• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Persalinan prematur

N/A
N/A
Riza Ma'rufin

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Persalinan prematur "

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persalinan prematur merupakan persalinan terlalu dini yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum 37 minggu (American College of Obstetrians and Gynecologist, 2016), Secara Global angka kelahiran prematur pada tahun 2000 hingga tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 8,5%

(Chawanpaiboon et al., 2019). Selain itu berdasarkan Data global, sebesar 16%

kematian balita disebabkan oleh kelahiran prematur dan menyebabkan kematian bayi baru lahir sebesar 35% (Chawanpaiboon et al., 2019).

Bayi yang dilahirkan dalam persalinan prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko penyakit, disabilitas dalam hal motorik jangka panjang, kognitif, visual, pendengaran, sikap, emosi sosial, kesehatan, dan masalah pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi normal (Zhang et al., 2012).

Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial.

Kombinasi keadaan maternal, demografi, psikososial dan faktor genetik mempunyai pengaruh terjadinya persalinan prematur. Penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenik (20%), infeksi (30%), ketuban pecah dini saat preterm (20 - 25%), dan persalinan preterm spontan (20 - 25%) (Norwitz & Schorge 2006) Pada Tahun 2014 Indonesia masuk peringkat 5 dari 10 negara dengan angka kelahiran premature tertinggi dengan estimasi jumlah sebanyak 527.672 atau sebesar 10,4% dari jumlah kelahiran hidup (Chawanpaiboon et al., 2019). Pada tahun 2016, Indonesia berada di peringkat 7 dengan angka kematian balita

(2)

tertinggi yang diakibatkan oleh komplikasi dari kelahiran premature (Chawanpaiboon et al., 2019).

Sejumlah faktor risiko yang dikaitkan dengan terjadinya kelahiran premature yaitu riwayat kelahiran prematur, berat badan kurang, obseitas, diabetes, hipertensi, merokok, infeksi, usia ibu, genetika, kehamilan multi-janin, jarak kehamilan yang terlalu berdekatan, gangguan plasenta, dan KPD premature (Butali et al., 2016).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi, etiologi, epidemiologi Persalinan Prematur?

2. Bagaimana faktor resiko dan patogenesis Persalinan Prematur?

3. Bagaimana klasifikasi, penegakan diagnosis, dan penatalaksanaan Persalinan Prematur?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi Persalinan Prematur 2. faktor resiko dan patogenesis Persalinan Prematur

3. klasifikasi, penegakan diagnosis, dan penatalaksanaan Persalinan Prematur.

1.4 Manfaat 1. Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang Persalinan Prematur.

2. Manfaat Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi dokter klinisi dalam menangani pasien dengan Persalinan Prematur.

(3)

American College of Obstetrians and Gynecologist. (2016). PRACTICE BULLETIN : Management of Preterm Labor. 128, e156–e154.

Butali, A., Ezeaka, C., Ekhaguere, O., Weathers, N., Ladd, J., Fajolu, I., Esezobor, C., Makwe, C., Odusanya, B., Anorlu, R., Adeyemo, W., Iroha, E., EgriOkwaji, M., Adejumo, P., Oyeneyin, L., Abiodun, M., Badejoko, B., & Ryckman, K. (2016). Characteristics and risk factors of preterm births in a tertiary center in Lagos, Nigeria. Pan African Medical Journal, 24, 1–8. https://doi.org/10.11604/pamj.2 016.24.1.8382

Chawanpaiboon, S., Vogel, J. P., Moller, A. B., Lumbiganon, P., Petzold, M., Hogan, D., Landoulsi, S., Jampathong, N., Kongwattanakul, K., Laopaiboon, M., Lewis, C., Rattanakanokchai, S., Teng, D. N., Thinkhamrop, J., Watananirun, K., Zhang, J., Zhou, W., & Gülmezoglu, A. M. (2019). Global, regional, and national estimates of levels of preterm birth in 2014: a systematic review and modelling analysis. The Lancet Global Health, 7(1), e37–e46. https://doi.org/10.1016/S2214- 109X(18)30451-0

Yun-Ping Zhang, Xiao-Hong Liu, Su-Hong Gao, Jia-Mei Wang, Yue-Shan Gu, Jiu-Yue Zhang, Xia Zhou and Qing-Xia Li. Risk Factors for Preterm Birth in Five Maternal and Child Health Hospitals in Beijing.International Journal of PLOS ONE December 2012: Volume 7:Issue 12:e52780

Norwitz ER, Schorge JO. 2008. At Glance Obstetri dan Ginekologi. 2nd . Jakarta: Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

Banyak bukti yang mendukung bahwa telah terjadi infeksi intraamnion sebelum terjadi ketuban pecah, yaitu peningkatan kadar C-reaktif protein pada persalinan belum genap bulan,

tiba waktu persalinan (Varney, 2008; h.791-792). b) Ketuban pecah dini pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu. Penanganan yang dilakukan berupa tindakan aktif

Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk mengetahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur pada ibu bersalin spontan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Penelitian dengan jumlah sampel 359 orang didapatkan persalinan preterm < 7 hari dengan panjang serviks < 25 mm didapatkan sensitivitas 87% spesifisitas 61%,

Bakteri penyebab sepsis neonatorum yang terdapat pada jalan lahir saat ketuban pecah dini juga akan mengakibatkan infeksi chorioamnionitis. Umumnya diagnosis klinis

Kemudian 6 (30,4%) responden lahir dengan kondisi tidak terjadinya ketuban pecah dini pada saat persalinan namun mengalami sepsis hal ini disebabkan oleh responden yang lahir

Nifas Kf sebanyak 170 orang, data pengguna kontrasepsi sebanyak 123, Sedangkan kasus persalinan yang dirujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dikarenakan oleh kasus Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan