• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Repository UNISBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Repository UNISBA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis (M. tuberculosis) complex, terdapat juga spesies Mycobaterium lain, seperti M. afrinacum, M.bovis, dan M.caprae. M.

tuberculosis dikenal sebagai basil tahan asam (BTA) karena tidak dapat didekolorisasi oleh asam alkohol saat perwarnaan gram. Bakteri tersebut bisa menginfeksi paru-paru menjadi TB paru dan dapat menginfeksi organ selain paru disebut TB ekstraparu.1

Tuberkulosis termasuk ke dalam 10 penyebab kematian tertinggi di dunia.

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2017 jumlah kematian diakibatkan oleh tuberkulosis diperkirakan mencapai 1.300.000 pasien dengan HIV negatif ditambah 300.000 pasien dengan HIV positif. Insidensi tuberkulosis secara global diperkirakan mencapai 10.000.000 kasus pada tahun 2017, dengan 5,8 juta adalah pria, 3,2 juta wanita dan 1 juta adalah anak-anak. Dilaporkan sebanyak 6,4 juta kasus yang mewakili 64% dari total diperkirakan 10,0 juta kasus baru yang terjadi pada tahun 2017. Sepuluh negara menyumbang 80% dari total 3,6 juta kasus, tiga teratas adalah India (26%), Indonesia (11%) dan Nigeria (9%).2

Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan beban tuberkulosis terbesar didunia setelah India dan disusul oleh China, Philipina, dan Pakistan.1

(2)

kasus atau 319 kasus per 100.000 kasus.2 Sedangkan kasus kematian TB di Indonesia diperkirakan sebanyak 107.000 kasus atau 40 kasus per 100.000 kasus.

Jumlah kasus TB di provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 78.698 kasus dengan prevalensi kelompok umur tertinggi 15 24 tahun. Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi pada tahun 2017 dengan 31.598 adalah kasus tuberkulosis paru kasus baru BTA positif.3

Tuberkulosis paru adalah TB dengan gejala utama dari tuberkulosis paru biasanya adalah batuk selama kurang lebih 2 minggu dan dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitu dahak yang bercampur dengan darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, keringat malam, dan demam meriang yang lebih dari satu bulan. Sampai saat ini angka keberhasilan pengobatan dan angka kesembuhan mempunyai kesenjangan persentase sehingga kontribusi pasien yang sembuh menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.1

Evaluasi kemajuan hasil pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan cara pemeriksaan apus sputum secara mikroskopis dan radiologi thoraks yang dilakukan setelah pengobatan fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Saat ini belum ada parameter hematologi memprediksi hasil dari pengobatan tuberkulosis. Laju endap darah (LED) tidak digunakan untuk evaluasi kemajuan treatment karena tidak spesifik untuk TB.4 Beberapa penelitian terbaru menunjukan adanya korelasi antara komponen hematologi dengan perjalanan penyakit TB. Pada TB anak Rasio monosit limfosit menunjukan korelasi dengan resiko/proteksi terhadap penyakit TB.5 Sedangkan menurut Chowdury yang melakukan penelitian terhadap 76 pasien TB aktif dan 97 pasien saat akhir dari

(3)

pengobatan TB dengan metode cohort menunjukan jumlah monosit tinggi saat TB aktif sedangkan jumlah limfosit T CD8+ yang tinggi saat akhir dari pengobatan.6

Tuberkulosis dianggap sebagai penyebab yang penting dari peningkatan jumlah monosit (monositosis) yang akan kembali normal saat infeksi selesai.

Sedangkan jumlah limfosit masih diperdebatkan, beberapa mengalami peningkatan sementara yang lain mengalami penurunan. Monosit merupakan sel target bagi M. tuberculosis untuk berproliferasi sedangkan limfosit berperan memberi resistensi dari penyebaran infeksi menyebabkan pembersihan dari mikobakteri sehingga rasio monosit limfosit dapat dipertimbangkan untuk dijadikan alat prediktif dari hasil pengobatan TB.7 Penelitian Iqbal (2014) mengenai “Monocyte Lymphocyte Ratio as a Possible Prognostic Marker in Antituberculous Therapy”, menemukan pasien tuberkulosis kasus baru sejumlah 45 pasien dan kontrol sejumlah 45 orang sehat dengan metode cohort prospective menunjukan hasil bahwa rasio monosit limfosit dapat dipertimbangkan sebagai penilai prognosis dan prediktor dari pengobatan OAT.7

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti bermaksud melakukan penelitian evaluasi hasil kemajuan pengobatan TB menggunakan rasio monosit limfosit di Rumah Sakit Al-Islam Bandung karena Rumah Sakit Al-Islam Bandung merupakan rumah sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (UNISBA) juga belum pernah dilakukan penelitian ini sebelumnya, dan penyakit TB membutuhkan penilai yang sederhana yang dapat membantu dalam diagnosis dan memprediksi perjalanan penyakit dari TB secara akurat. Salah satu upaya yang ingin dilakukan dalam penelitian ini adalah menemukan parameter

(4)

hematologi untuk menilai hasil pengobatan TB dengan menilai rasio monosit limfosit.1

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perubahan rasio monosit limfosit setelah 2 bulan pengobatan intensif dibandingkan dengan saat awal terdiagnosis TB?

2. Bagaimana konversi apus sputum BTA setelah 2 bulan pengobatan fase intensif pada pasien TB Paru Aktif?

3. Apakah terdapat hubungan antara perubahan rasio monosit limfosit dengan konversi BTA hasil pengobatan TB pada pasien TB Paru dewasa saat terdiagnosis TB dan setelah menjalani pengobatan fase intensif selama 2 bulan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan perubahan rasio monosit limfosit terhadap konversi BTA hasil pengobatan TB pada pasien TB paru dewasa saat awal terdiagnosis dan saat akhir dari 2 bulan pengobatan fase intensif

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menilai perubahan rasio monosit limfosit pada saat akhir dari 2 bulan pengobatan intensif dibandingkan dengan saat awal diagnosis TB

(5)

2. Menganalisis hubungan perubahan rasio monosit limfosit dengan konversi BTA setelah pasien menjalani pengobatan intensif TB Paru Aktif selama 2 bulan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

1. Hasil penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang hubungan rasio monosit limfosit dengan prediksi hasil pengobatan TB Paru pada orang dewasa di RS Al-Islam sebagai penelitian awal peran parameter hematologi dalam perjalanan penyakit TB untuk penelitian selanjutnya.

2. Menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan rasio monosit limfosit terhadap konversi BTA hasil pengobatan TB paru.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat bahwa evaluasi kemajuan hasil pengobatan dari TB paru dapat dilihat dari rasio monosit limfosit, dan untuk Rumah Sakit Al-Islam dapat menjadi tambahan parameter untuk mengevaluasi hasil pengobatan.

Referensi

Dokumen terkait

Jika tidak tepat penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi bakteri, seperti tetrasiklin merupakan antibiotik yang resistensi terhadap bakteri E.. coli dan

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang tahan asam

Golongan Statin Mekanisme kerja dari inhibitor HMG co-A reduktase adalah menghambat enzim HMG co-A reduktase yang berperan dalam hati untuk mengubah HMG- coA menjadi asam mevalonat,

Maka dari itu ditetapkan bahwa perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi kecacatan dan kerugian yang terjadi sehingga dapat dilakukan analisis atau mencari sumber dari masalah yang

Kemudian dari analisis tersebut dapat memberikan kesimpulan apakah perusahaan sensitif atau tidak terhadap perubahan harga jual andesit dan biaya produksi, serta dilihat dari aspek

Maka dari itu tujuan dari aplikasi Metode Penginderaan Jauh Remote Sensing untuk bahan galian emas di Blok Cianjur Bagian Timur, Provinsi Jawa Barat ini yaitu agar kegiatan eksplorasi

environmental performance berpengaruh positif signifikan terhadap economic performance Sumber: Diolah dari beberapa jurnal dan skripsi Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah

Grafik 1.2 Rasio BOPO Earning Sumber: Statistik Perbankan, Data Diolah oleh penulis: 2015 Grafik 1.2 di atas menunjukkan rasio BOPO tahun 2010-2011 mengalami peningkatan signifikan