• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Repository UNISBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Repository UNISBA"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan bagian atas atau bawah, biasanya menular yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai yang mematikan. Biasanya timbul gejalanya cepat, yaitu dalam beberapa jam hingga waktu beberapa hari.

Gejalanya meliputi demam, batuk, maupun pilek.1

Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Tercatat sekitar 4,2 juta kejadian infeksi saluran pernapasan atas yang menyebabkan kematian, 1,8 juta di antaranya kematian pada anak.2 Prevalensinya meningkat pada usia di antara 5 hingga 15 tahun.3 Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.1 Berdasar atas penelitian Annals of the American Thoracic Society, dilaporkan bahwa mortalitas penyakit ISPA didapatkan 4 juta per tahun.4

Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf yang melibatkan dua aspek, yaitu identifikasi suara dan lokasi sumber suara.

Suara ditandai dengan nada (pitch), intensitas nada suatu suara ditentukan oleh besar frekuensi getaran. Frekuensi yang dapat didengar oleh manusia

::repository.unisba.ac.id::

(2)

2

20 - 20.000 siklus per detik atau dilambangkan dengan satuan Hertz (Hz).

Intensitas suara atau kekuatan suara dilambangkan dengan satuan desibel (dB)5 Pendengaran merupakan salah satu aspek penting untuk berkomunikasi ataupun bersosialisasi. Oleh karena itu, gangguan pendengaran berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, baik gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan bawaan sejak lahir maupun gangguan pendengaran yang disebabkan oleh penumpukan sekret di salah satu organ pendengaran.

Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan telinga untuk mendeteksi suara lebih dari 40dB pada orang dewasa dan lebih dari 30 dB pada anak (0 hingga 14 tahun)6

World Health Organization (WHO) mencatat terdapat 250 juta penderita gangguan pendengaran di dunia7 sedangkan prevalensinya di Indonesia menurut Departemen Kesehatan (Depkes) menyatakan bahwa pada tahun 2013 penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas 2,6% mengalami gangguan pendengaran, 0,09% mengalami ketulian, 18,8% sumbatan serumen, dan 2,4% ada sekret di liang telinga.8 Jumlah hasil sebelumnya di Jawa Barat tercatat sekitar 1,6% kasus gangguan pendengaran.9 Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan pendengaran masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat khususnya akibat sekret dalam telinga.

Gangguan pendengaran disebabkan oleh proses degeneratif, mutase genetik, paparan bising, paparan obat terapeutik, merokok, penyakit kronis dan penyakit kronis. Selain itu juga, gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh infeksi pada telinga luar, tengah maupun dalam. Bakteri ini

::repository.unisba.ac.id::

(3)

3

mendapatkan akses ke rongga telinga tengah ketika terjadi sumbatan di tuba eustachius akibat infeksi saluran pernapasan bagian atas atau karema hipertrofi adenoid.10

Sumbatan di tuba eustachius menyebabkan tekanan di rongga telinga tengah semakin negatif dan memfasilitasi refluks bakteri nasofaringeal. Sekresi cairan yang terhambat dari rongga telinga tengah ke faring dan refluks bakteri memicu terjadi efusi rongga telinga tengah yang terinfeksi.10

Rumah Sakit Al Islam Bandung adalah Rumah Sakit Yayasan RSI Jawa Barat yang mempunyai visi, yaitu menjadi rumah sakit yang unggul, terpercaya, serta islami dalam pelayanan dan pendidikan. RS Al Islam memiliki salah satu fasilitas unggul, yaitu mempunyai ruang khusus untuk pemeriksaan audiometri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar atas latar belakang penelitian didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. apakah terdapat hubungan ispa dengan gangguan pendengaran pada di ruang audiometri RS Al-Islam periode Agustus-Oktober 2019?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dengan gangguan pendengaran pada pengunjung ruang audiometri di RS Al-Islam Bandung.

::repository.unisba.ac.id::

(4)

4

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah;

1. mengetahui hubungan ispa bagian atas dengan gangguan pendengaran pada pengunjung ruang audiometri di RS Al-Islam periode Agustus-Oktober 2019.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan tentang hubungan infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan dengan gangguan pendengaran untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pedoman pencegahan ISPA bagian atas dan gangguan pendengaran untuk masyarakat.

::repository.unisba.ac.id::

Referensi

Dokumen terkait

KEPALA KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS.. BANYUDONO I

Berdasarkan pada cukup tingginya tingkat kejadian dari pasien stroke hemoragik yang mengalami infeksi dan tingginya resiko kematian dari stroke hemoragik dengan

Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat sangat mendadak mencapai 39-40oC dan kadang

3 1.2.Rumusan Masalah Dari hasil data kejadian ibu hamil dengan IUFD di RSUD Koja Jakarta Utara pada tahun 2011 mulai Januari - Desember tercatat ibu hamil yang mengalami kematian

5.1.3 Hasil analisis yaitu terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Aluh-Aluh dengan hasil uji

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padongko Kabupaten Barru.. Doctoral dissertation, Universitas

World Stroke Organization menunjukan bahwa pada tahun 2018, sebanyak 5,5 juta kematian di dunia terjadi akibat penyakit stroke dan setiap tahunnya terdapat 13,7 juta kasus penderita

Menurut Goel tahun 2015, angka kejadian NPB sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki karena wanita lebih lemah sehingga risiko keluhan otot rangka meningkat, dan pada kondisi