• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA PADA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA PADA (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

A. PENGERTIAN

Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002). Bronkopneumonia menurut Ngastiyah (1997) merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Ngastiyah, 1997).

Pneumonia merupakan peradangan alveoli atau pada parenchim paru yg umumnya terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001). Pneumonia ialah suatu peradangan yg mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yg mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta dapat menimbulkan konsolidasi jaringan paru & menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).

B. ETIOLOGI

1. Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.

2. Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial. 3. Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.

4. Protozoa : Pneumokistis karinii. Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (Reeves, 2000)

5. Bahan kimia :

a. Aspirasi makanan/susu/isi lambung

b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).

C. KLASIFIKASI

Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :

1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah suatu organisme penyebab umum. Type pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi anatominya.

(2)

D. MANIFESTASI KLINIK

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996). Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah: 1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

a. Nyeri pleuritik

b. Nafas dangkal dan mendengkur c. Takipnea

2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi a. Mengecil, kemudian menjadi hilang

b. Krekels, ronki,

c. Gerakan dada tidak simetris

3. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium 4. Diafoesis

5. Anoreksia 6. Malaise

7. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat

8. Gelisah

9. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan

(3)

Bagan Pathway

F. KOMPLIKASI

1. Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura. 2. Atelektasis : pengembangan paru yang tidak sempurna.

3. Abses paru : pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan. 4. Meningitis : peradangan pada selaput otak.

5. Infeksi sistomik

(4)

G. PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Leukosit meningkat mencapai 15.000-40.000/mm3 b. Laju endap darah meningkat mencapai 100mm

c. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat adanya albumin urin ringan lantaran adanya peningkatan suhu tubuh.

d. ASTO meningkat pada adanya infeksi streptococcus.

e. GDA menunjukkan adanya hipoksemia tanpa hiperkapnea atau sebuah retensi CO2 2. Pemeriksaan Radiologi

Tampak adanya bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

H. PENATALAKSANAAN 1. Terapi oksigen (O2)

2. Antibiotic seperti ; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.

Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.

a. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :

Kombinasi :

Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol 50-100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.

atau kombinasi :

Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.

atau kombinasi :

Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda). b. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus

atau Entero bacteriaceae. Kombinasi :

Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.

atau kombinasi :

Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.

Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.

c. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia :

- Penisilin prokain IM atau

- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau - Eritromisin (dosis sda) atau

(5)

d. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.

e. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada : - kemajuan klinis penderita

- jenis kuman penyebab

3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan pemberian bronkodilator. 4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy eritromicin 4x 500 mg

/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari. 5. Istirahat yang cukup.

I. PENCEGAHAN

1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.

2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA 3. Membiasakan melakukan pemberian ASI

4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan sesak pada anak.

5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN a. Identitas.

b. Riwayat Keperawatan. 1) Keluhan utama.

Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai adanya pernapasan cuping hidupng, serta sianosis disekitar hidung & mulut.

Kadang disertai muntah serta diare, tinja berdarah dengan atau tanpa adanya lendir, dan anoreksia

2) Riwayat penyakit sekarang.

Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat sangat mendadak mencapai 39-40oC dan kadang pula disertai adanya kejang akibat demam yang tinggi.

3) Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan menurunnya sistem imun

4) Riwayat kesehatan keluarga.

Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka keluarga lain dapat tertular.

5) Riwayat kesehatan lingkungan.

(6)

Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan lingkungan yg kurang juga dapat menyebabkan anak menderita sakit.

6) Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko tinggi untuk mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk dapat melawan infeksi sekunder.

c. Pemeriksaan persistem. 1) Sistem kardiovaskuler.

Takikardi, iritability. 2) Sistem pernapasan.

Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, , takipnea, ronki, wheezing, batuk produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler, pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, terdapat adanya sputum/sekret.

3) Sistem pencernaan.

Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan mengalami penurunan, lemah.

4) Sistem eliminasi.

Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa memahami mengenai alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi (ringan sampai berat).

5) Sistem saraf.

Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum.

6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal. Tonus otot menurun, lemah secara umum, 7) Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan atau masalah. 8) Sistem integumen.

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering.

9) Sistem penginderaan.

Tidak ada masalah attau kelainan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produk mukus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif.

- Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Martin Tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Referensi

Dokumen terkait

Barometer telah lama digunakan untuk mengukur pola cuaca. +ekanan udara dari tinggi dan rendah yang bergerak di seluruh dunia berguna dalam menentukan atau memprediksi seperti

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Masa pandemi saat ini ada bantuan dari pemerintah melalui perbankan untuk UMKM nilainya cukup besar Rp2,4 Juta untuk satu pelaku usaha. Namun

Uji ini digunakan untuk mengukur atau menguji apakah variabel bebas yang terdiri dari Komitmen Kualitas (X1), Keterlibatan Pegawai (X2), Fokus Pelanggan (X3),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kontekstual yang diterapkan oleh guru pada mata pelajaran biologi kelas VII di SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta telah

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan bilangan peroksida pada saat penggorengan kedua dan ketiga baik pada minyak goreng curah

Penelitian terdahulu menunjukkan hubungan yang positif antara keadilan distributif dengan penanganan atas keluhan, dimana pengadu yang menganggap ganti rugi yang

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemi oral.( Hudak / Galu)..

Kolmogorov-Smirnov: Perbedaan Pengaruh Globalisasi Terhadap Perubahan Akhlak Remaja Muslim FELDA Berdasarkan Kebiasaan SMS Menggunakan Handphone Dalam.