A. Latar Belakang
Kesehatan gizi merupakan salah satu bagian dari kesehatan yang memiliki peran penting dan merupakan salah satu kajian dalam kesehatan masyarakat.
Adanya masyarakat yang masih mengalami masalah kesehatan gizi, yaitu salah satunya yang dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) bahwa salah satu masalah global kesehatan gizi terutama di negara berkembang, yaitu Anemia.1 Anemia merupakan suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah.Salah satu penyebab anemia yaitu karena kekurangan zat besi yang disebabkan oleh perilaku konsumsi asupan zat gizi kedalam tubuh kekurangan sumber zat besi, khususnya sumber pangan hewani.2
WHO menyatakan dalam Worldwide Prevalence Of Anemia yaitu sebanyak 30% penduduk dunia diperkirakan menderita anemia, terutama ibu hamil dan remaja.3 Defisiensi zat besi berisiko tinggi terjadi pada remaja, karena pada fase menuju remaja akan mengalami pertumbuhan yang semakin pesat dengan disertai berbagai perubahan hormonal. Remaja merupakan fase transisi menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan biologis, kognitif, dan emosional. Maka dari itu, masa remaja adalah masa yang lebih banyak membutuhkan energi dan membutuhkan nutrisi dua kali lipat pada masa
pertumbuhan, jika asupan zat gizi tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan masalah kesehatan gizi yaitu salah satunya anemia.2
Prevalensi anemia remaja di dunia berkisar 40-88%, di Asia Tenggara, di Indonesia proporsi remaja yang menderita anemia yaitu 47,5%. Proporsi anemia di Asia Tenggara berkisar 25-40% diantaranya adalah remaja putri, dan di Indonesia menunjukkan perempuan (27,2%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (20,3%).1,4 Hasil studi menunjukkan bahwa di Jawa Barat memiliki angka prevalensi anemia remaja putri di atas 50 persen.5 Remaja perempuan umumnya memiliki risiko lebih tinggi dan lebih rentan mengalami anemia karena mengalami masa menstruasi peluruhan darah setiap bulan, sehingga jika asupan makanan yang rendah zat besi maka memungkinkan untuk memicu anemia.2
Anemia memiliki dampak yang signifikan bagi kehidupan yaitu dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak yang dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan mudah lapar, sehingga dapat mengakibatkan produktifitas kerja menjadi rendah.6 Anemia yang dialami remaja akan berdampak pada penurunan konsentrasi belajar, penurunan kesegaran jasmani dan gangguan pertumbuhan hingga perubahan siklus menstruasi.7 Sedangkan anemia yang berlanjut pada remaja putri sampai kehamilan dapat meningkatkan risiko angka kematian ibu (AKI), infeksi, keguguran, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dan bayi lahir prematur.8
Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Sekitar dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah hemoglobin.9 Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia diantaranya yaitu perdarahan karena menstruasi, pendidikan, status ekonomi, pola haid yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang, aktifitas fisik, konsumsi zat besi, status gizi, pola makan, dan pengetahuan.7,8 Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang.10 Semakin tinggi pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dipilih dikonsumsinya.11
Upaya Pemerintah dalam penanggulangan anemia, yaitu dengan adanya pemberian suplemen Tablet Tambah Darah (TTD) berupa zat besi (60mg) dan asam folat (250 ug). Permenkes tahun 2014 telah menetapkan dosis suplementasi TTD pada WUS termasuk remaja adalah 1 tablet/minggu dan mengkonsumsi setiap hari selama menstruasi. Tujuannya untuk meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh secara bertahap dari 10% hingga mencapai 30%. Program tersebut dilakukan sebagai tindakan pencegahan sekaligus penanganan anemia pada remaja putri, yang dimana remaja putri memiliki risiko mengalami anemia. Maka dari itu, hal tersebut perlu dikaji lebih signifikan sebagai batas masalah kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya masalah kesehatan gizi pada remaja putri.2
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa upaya penanggulangan anemia gizi diprioritaskan kepada kelompok rawan yaitu ibu
hamil, balita, anak usia sekolah dan wanita usia subur termasuk pekerja wanita dan remaja putri, adapun capaian rencana strategi pemberian TTD pada remaja putri tahun 2019 di Jawa Barat yaitu 49%.12 Hal tersebut sejalan dengan rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, salah satu diantaranya yaitu Puskesmas Warungkiara yang melakukan program pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri jika terdapat acara kegiatan gebyar saja, sehingga dapat diketahui bahwa pemberian TTD tidak secara rutin dan menunjukkan bahwa puskesmas sudah melaksanakan program pemberian TTD namun belum maksimal karena keterbatasan fasilitas dan tim pelaksana.13,14
Pengetahuan gizi dan kesehatan yang terbatas pada remaja mengenai anemia dapat menyebabkan timbulnya kebiasaan makan yang merugikan kesehatan, sehingga untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku gizi perlu adanya pendidikan gizi atau Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) untuk menyampaikan pengetahuan agar dapat berlansung secara efektif, dibutuhkan metode dan media pembelajaran yang komprehensif.15,16 Salah satu metodenya yaitu video, yang dimana video merupakan sebuah media perantara yang materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat sasaran mampu memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media video juga merupakan jenis kecanggihan teknologi dalam memberikan edukasi yang saat ini dapat dengan mudah diakses 15
Pesantren adalah suatu model pendidikan yang sudah lama mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang memiliki kurikulum pendidikan agama
dan pendidikan umum. Adapun yang memadukan kurikulum pendidikan nasional dan kurikulum kepondokan, ditambah dengan kegiatan ekstrakurikuler.6 Oleh karena itu biasanya para santri memiliki jadwal kegiatan yang padat dibandingkan dengan siswa sekolah pada umumnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi masalah kesehatan terutama perilaku konsumsi asupan gizi yang dapat mendukung pertumbuhan serta perkembangan remaja, yang dimana jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan gizi dalam tubuh tidak terbentuk seperti Hemoglobin sehingga dapat mengakibatkan rasa mudah lelah, tidak fokus, serta gangguan perkembangan lainnya.6
Pondok Pesantren Al-Wasilah Lilhasanah memiliki kesesuaian kurikulum dengan yang dianjurkan Pemerintah. Kegiatan siswi memiliki tambahan daripada sekolah pada umumnya, seperti kegiatan spiritual yang terhitung sejak Subuh hingga Malam dan diikuti juga dengan pembelajaran dikelas. Pola makan yang diterapkan di pondok pesantren memiliki jadwal dan pilihan menu yang sama. Pondok Pesantren Al-Wasilah Lilhasanah juga memberikan waktu pada santriwati untuk membeli jajanan dari sekitar area pondok. Adapun santriwati mengalami keluhan yang mengarah pada Anemia seperti mudah lelah, pusing dan pandangan kabur setelah duduk maupun sujud. Berdasarkan hal tersebut, sebagai Tenaga Kesehatan Masyarakat memiliki peran dalam bidang promotif dan preventif untuk mencegah kejadian Anemia pada remaja putri. Salah satu diantaranya dengan mendukung upaya Pemerintah dalam pemberian TTD serta melakukan tindakan promotif dengan penyuluhan mengenai anemia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeti Susanti, dkk variabel yang ditelitinya yaitu kadar Hb dan kadar Hb saat menstruasi dengan intervensi yang diberikan yaitu tablet tambah darah dan pendidikan gizi. Sedangkan pada penelitian Dwi Kartika, dkk variabel yang diteliti yaitu kadar Hb dengan pemberian intervensi berupa tablet tambah darah saja. Berdasarkan kedua penelitian yang telah ada melakukan penelitian intervensi berbeda atau hanya satu intervensi. Oleh karena itu, pada penelitian yang saya lakukan yaitu intervensi yang dilakukan selain tablet tambah darah juga berupa penyuluhan langsung dengan dukungan media video mengenai anemia dan pencegahannya.
Berdasarkan uraian diatas, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan gizi pada masyarakat yang menjadi permasalahan global, sehingga memerlukan kesadaran pada masyarakat luas, tenaga kesehatan dan pada remaja putri untuk melakukan tindakan preventif dan promotif terhadap kejadian anemia. Adapun salah satu penyebab yang sering terjadi yaitu kurangnya pengetahuan gizi pada remaja, dan kurangnya konsumsi TTD. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penyuluhan Langsung dengan Media Video dan Konsumsi TTD terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin pada Santriwati”.
B. Rumusan Masalah
Pokok masalah adalah masih tingginya anemia pada remaja putri yang masih menjadi masalah kesehatan gizi secara global. Anemia memiliki dampak pada remaja putri yaitu penurunan konsentrasi, kesegaran dan pertumbuhan
usia remaja serta dampak jangka panjang pada saat kehamilan sehingga memerlukan penanganan yang serius. Maka dari itu perlu dilakukannya tindakan preventif sebagai upaya mencegah terjadinya anemia.
Salah satu upaya yaitu mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) sebagaimana upaya Pemerintah, serta perlu adanya pemberian penyuluhan kesehatan sebagai upaya untuk memberikan edukasi kepada remaja putri mengenai anemia dan asupan gizi sebagai pencegahan terhadap anemia.
Penelitian ini juga menjadi upaya untuk mendukung upaya pemerintah untuk Pemberian TTD kepada remaja putri, yang dimana diharapkan kedepannya dapat menajdi acuan pihak Pondok Pesantren untuk melakukan kegiatan tersebut. Maka dari itu, perumusan masalah pada skripsi penelitian ini yaitu
“Apakah ada Pengaruh Penyuluhan Langsung dengan dan Pemberian Tablet Tambah Darah terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin pada Santriwati?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penyuluhan melalui media video dan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) terhadap perubahan kadar Hemoglobin (Hb) pada santriwati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kadar Hb santriwati sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok yang mendapat intervensi penyuluhan melalui video dan pemberian Tablet Tambah darah.
b. Mengidentifikasi kadar Hb santriwati sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok yang mendapat intervensi pemberian Tablet Tambah darah.
c. Mengetahui perbedaan perubahan kadar Hb pada kelompok santriwati yang mendapat intervensi penyuluhan melalui video dan pemberian Tablet Tambah darah dan kelompok yang mendapat intervensi pemberian Tablet Tambah darah.
d. Mengetahui perbedaan kadar hemoglobin santriwati sebelum intervensi pada kelompok yang mendapat intervensi penyuluhan melalui video dan pemberian Tablet Tambah darah dan kelompok yang mendapat intervensi pemberian Tablet Tambah darah.
e. Mengetahui perbedaan kadar hemoglobin santriwati sesudah intervensi pada kelompok penyuluhan melalui video dan pemberian Tablet Tambah darah dan kelompok yang mendapat intervensi pemberian Tablet Tambah darah.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan teori kesehatan masyarakat dalam bidang preventif dan promotif yang telah diperoleh dari institusi pendidikan kepada suatu tindakan praktik, serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan bagi peneliti dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan dan pemberian TTD terhadap perubahan kadar hemoglobin sebagai langkah preventif kepada remaja putri.
2. Bagi Responden Remaja Putri
Diharapkan dapat menerapkan upaya promotif dan preventif terhadap kejadian anemia, diantaranya yaitu dengan adanya intervensi penyuluhan kesehatan dan pemberian TTD sebagai langkah awal remaja putri untuk melakukan pencegahan terjadinya anemia.
3. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Dharma Husada Bandung Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan maupun referensi pendukung dalam menambah pengetahuan pada bidang kesehatan masyarakat, khususnya dalam intervensi pencegahan terhadap kejadian anemia pada remaja putri.