• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Penderita dengan gangguan bipolar atau orang dengan bipolar (ODB) adalah orang yang mengalami gangguan perasaan dengan dua kutub yang berbeda.

Gangguan perasaan dibedakan dalam dua kelompok besar. Yang pertama gangguan depresi unipolar (major depressive episode) yaitu jika seseorang mengalami perasaan yang hanya depresi saja dan gangguan bipolar (manic depressive) yaitu jika seseorang mengalami dua kutub yang berbeda.(Panggabean, 2015).

Gangguan perasaan atau suasana hati dikelompokkan atas depresi yaitu gangguan perasaan yang diwarnai dengan perasaan sedih, rendahnya keinginan, dan mania yaitu perasaan yang kebalikannya, sangat bergembira, semangat yang berlebihan. Kedua gangguan perasaan ini, depresi dan mania disebut dengan bipolar. Bi artinya dua dan polar berarti kutub (Panggabean, 2015).

Tingkat prevalensi (jumlah keseluruhan suatu penyakit pada suatu wilayah) bipolar diseluruh dunia diperkirakan antara 1,0% dan 5,0% (Bebbington dan Ramana 1995). Selanjutnya, resiko bunuh diri di antara mereka yang memiliki gangguan bipolar kira-kira 20-30 kali lebih besar dari pada populasi umum (Pompili et al, 2013).

Sedangkan 25-60 persen orang dengan gangguan bipolar di kota besar jakarta pernah melakukan tindakan percobaan bunuh diri sekali dalam hidupnya.

Salah satu faktor terjadinya bunuh diri disebabkan karna terlambat nya diagnosa terhadap penderita gangguan bipolar. Percobaan bunuh diri terjadi saat penderita bipolar mengalami episode depresi (Amir, 2016).

(2)

Seperti dikutip dari jurnal ilmiah yang ditulis oleh (Merizha, et al) mengenai Komunikasi Psikiater dan Pasien Penderita Bipolar mengemukakan bahwa “Setiap orang pada umum nya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa antusias dan bersemangat (mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania atau disaat ringan disebut sebagai hipomania”.

Seiring dengan berkembangnya zaman, peran teknologi informasi menjadi bagian penting dalam kehidupan di masyarakat. Semua bidang membutuhkan teknologi informasi baik hukum, ekonomi, perbankan dan kesehatan. Salah satu penerapan teknologi yang dapat digunakan yaitu pemograman mobile android, yaitu pembuatan aplikasi berbasis android yang berjalan pada perangkat bergerak seperti handphone atau tablet (Rahmanti, 2016).

Tujuan dari diagnosis menggunakan mobile aplikasi ini bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan sebagai sistem yang dapat merepresentasikan pengetahuan manusia dalam bentuk alat. Terdapat dua pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam mobile aplikasi yaitu Forward Chaining, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis. Pelacakan ke depan mencari fakta yang sesuai dengan bagian IF dari aturan IF-THEN. Dan Backward Chaining, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dahulu dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta

(3)

yang ada. Pelacakan ke belakang mencari fakta yang sesuai dengan bagian IF-AND dari aturan IF-AND-THEN (Arhami, 2005).

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai diagnosa penyakit bipolar disorder dalam skripsi yang berjudul “Aplikasi Android Diagnosa Penyakit Bipolar Disorder Menggunakan Metode Forward Chaining”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang mobile aplikasi untuk mendiagnosa penyakit bipolar disorder dengan menggunakan metode forward chaining berbasis android?

2. Bagaimana menerapkan metode forward chaining untuk mendiagnosa penyakit bipolar disorder?

1.3. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, adapun maksud dari penelitian ini antara lain :

1. Merancang mobile aplikasi untuk mendiagnosa penyakit bipolar disorder dengan menggunakan metode forward chaining berbasis android.

2. Menerapkan metode forward chaining untuk mendiagnosa penyakit bipolar disorder.

Tujuan dari perancangan mobile aplikasi diagnosa penyakit bipolar disorder ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan Program Strata (S1) Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas BSI Bandung dan memberikan

(4)

kemudahan mengenai informasi kepada masyarakat untuk mengetahui penyakit bipolar disorder.

1.4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam menyusun skripsi ini sebagai berikut :

1.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data sangatlah penting dalam metode ilmiah, maka dari itu penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

A. Wawancara

Pada tahap ini, penulis melakukan kegiatan mewawancarai beberapa narasumber di lapangan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema yang diambil penulis guna mendapatkan data yang dibutuhkan.

B. Studi Pustaka

Dalam mendukung penelitian dan pengumpulan data ini, penulis mengumpulkan beberapa referensi yang memiliki keterkaitan dengan penelitian agar dapat menghasilkan penelitian yang baik.

1.4.2. Metode Pengembangan Aplikasi

Metode pengembangan aplikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode air terjun atau yang sering disebut metode waterfall. Metode ini sering dinamakan siklus hidup klasik (classic life cycle), dimana hal ini menggambarkan pendekatan yang sistematis dan juga berurutan pada pengembangan perangkat

(5)

lunak, dimulai dengan spesifikasi kebutuhan pengguna lalu berlanjut melalui tahapan-tahapan perencanaan (planning), permodelan (modeling), konstruksi (construction), serta penyerahan sistem ke para pelanggan/pengguna (deployment), yang diakhiri dengan dukungan pada perangkat lunak lengkap yang dihasilkan (Pressman, 2012).

Dalam pengembangannya metode waterfall memiliki beberapa tahapan yang berurut yaitu: requirement (analisis kebutuhan), design system (desain sistem), Coding (pengkodean) & Testing (pengujian), Penerapan Program, pemeliharaan.

Tahapan tahapan dari metode waterfall adalah sebagai berikut : 1. Requirement Analisis

Tahap ini pengembang sistem diperlukan komunikasi yang bertujuan untuk memahami perangkat lunak yang diharapkan oleh pengguna dan batasan perangkat lunak tersebut. Informasi ini biasanya dapat diperoleh melalui wawancara, diskusi atau survei langsung. Informasi dianalisis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh pengguna.

2. System Design

Spesifikasi kebutuhan dari tahap sebelumnya akan dipelajari dalam fase ini dan desain sistem disiapkan. Desain Sistem membantu dalam menentukan perangkat keras (hardware) dan sistem persyaratan dan juga membantu dalam mendefinisikan arsitektur sistem secara keseluruhan.

3. Implementation

Pada tahap ini, sistem pertama kali dikembangkan di program kecil yang disebut unit, yang terintegrasi dalam tahap selanjutnya. Setiap unit dikembangkan dan diuji untuk fungsionalitas yang disebut sebagai unit testing.

(6)

4. Integration & Testing

Seluruh unit yang dikembangkan dalam tahap implementasi diintegrasikan ke dalam sistem setelah pengujian yang dilakukan masing-masing unit. Setelah integrasi seluruh sistem diuji untuk mengecek setiap kegagalan maupun kesalahan.

5. Operation & Maintenance

Tahap akhir dalam model waterfall. Perangkat lunak yang sudah jadi, dijalankan serta dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya.

Perbaikan implementasi unit sistem dan peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru.

1.5. Ruang Lingkup

Agar pembahasan penelitian ini nantinya tidak meluas, maka memerlukan ruang lingkup sebagai berikut:

1. Aplikasi yang dibangun untuk mengetahui penyakit bipolar disorder berdasarkan gejala yang dialami oleh seseorang

2. Aplikasi dibuat dengan menggunakan metode forward chaining 3. Aplikasi yang digunakan berbasis android

4. Aplikasi yang dibuat bersifat offline

Referensi

Dokumen terkait

Bandung: Alphabeta Law Number 23 of 2014 concerning Regional Government Government Regulation Number 12 of 2019 concerning Regional Financial Management Presidential Regulation

Volume 34 Issue 1 Article 1 2-12-2021 The effects of a telephone-based orientation program, delivered The effects of a telephone-based orientation program, delivered during the