1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk memenuhi aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara (Zeyn, 2011). Rakyat berharap pada pemerintah agar dapat terselenggaranya good governance, yaitu penyelenggaraan pemerintah yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab (Maryam, 2016).
Untuk mewujudkan pemerintahan yang good governance diperlukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya.
SKPD merupakan instansi pemerintah daerah yang menerima dan menggunakan anggaran untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya (Lestari & Supadmi, 2017).
Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan keleluasaan kepada pemerintah untuk melaksanakan otonomi daerah. Salah satunya pemerintah daerah dituntut untuk mempertanggungjawabkan dan menyelenggarakan pengelolaan keuangannya sendiri dengan menyajikan laporan keuangan (Kemenkeu, 1999). Laporan keuangan berfungsi sebagai alat untuk menganalisis kinerja keuangan yang dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam membuat keputusan ekonomi (Bernardin et al., 2018).
Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dari pemerintah kepada masyarakat mengenai aktivitas keuangan di institusi pemerintahan. (Lestari & Supadmi, 2017). Laporan Keuangan menjadi suatu dokumen penting karena bisa dijadikan suatu acuan untuk menilai kinerja, maka laporan keuangan yang baik dan berkualitas akan sangat berpengaruh untuk menarik calon investor (Suparwo et al., 2019). Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami (Humairoh, 2013).
Mengingat pentingnya informasi yang ada dalam laporan keuangan, maka laporan keuangan harus disusun sesuai standar akuntansi yang berlaku (Lestari &
Supadmi, 2017).
Persaingan dalam dunia pemerintahan yang dilandasi unsur politik telah mempengaruhi pimpinan melakukan kecurangan (Yuliani, 2018). Selain itu tuntutan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tidak menutup kemungkinan adanya kecurangan dari pemerintah (Lestari & Supadmi, 2017).
Kecurangan merupakan upaya atau tindakan yang disengaja untuk menggunakan hak orang lain untuk kepentingan pribadi (Ade, 2017). Kecurangan akuntansi dapat terjadi di berbagai sektor, di sektor swasta maupun pemerintahan. Fraud yang sering terjadi di pemerintahan yaitu korupsi (Ika Ruly, 2012). Tindakan korupsi yang dilakukan memanipulasi laporan keuangan, pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau perekonomian negara (Adelin & Fauzihardani, 2013). Dalam lingkup akuntansi, konsep kecurangan atau fraud merupakan penyimpangan dari prosedur akuntansi yang seharusnya tidak diterapkan dalam suatu entitas (Tarigan, 2016).
Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Secara harfiah korupsi adalah perilaku pejabat publik, maupun politisi maupun pegawai negeri yang memperkaya diri sendiri secara tidak wajar, tidak legal dan dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka (Ika Ruly, 2012).
Fraud disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: (1) Pressure merupakan faktor pendorong pelaku kecurangan untuk melakukan kecurangan, misalnya tekanan karena memiliki hutang, tekanan untuk mendapatkan posisi atau memperbaiki posisinya di perusahaan (Yuliani, 2018). (2) Opportunity memungkinkan terjadi kecurangan biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan wewenang (Zulkarnain, 2013). (3) Rationalization sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang memperbolehkan pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur atau mereka dalam lingkungan yang cukup menekan sehingga mendorong mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur (Chandrayatna & Sari, 2019).
Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi di dunia, Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2018 Indonesia menempati posisi ke-89 dari 180 negara. Nilai yang didapatkan oleh Indonesia yakni 38 dengan skala 0-100, semakin rendah nilainya maka semakin korup negaranya, begitu pun sebaliknya (Transparency, 2018). Indonesia Corruption Watch (ICW) melakukan pemetaan kasus dugaan korupsi berdasarkan modus yang dilakukan, ada sebanyak 13 modus yang ICW klaster kerap digunakan oleh tersangka korupsi modusnya antara lain: mark up, penyalahgunaan anggaran,
penggelapan, laporan fiktip, suap, kegiatan atau proyek fiktif, pungutan liar, penyalahgunaan wewenang, penyunatan atau pemotongan, gratifikasi, pemerasan, anggaran dana dan mark down (Antikorupsi, 2018)
Tabel I.1.
Pemetaan Korupsi Berdasarkan Modus
No Modus Jumlah
Kasus
Nilai Kerugian Negara
Nilai Suap/Gratifikasi
/ Nilai Pungutan
Liar
Nilai Pencucian
Uang
1 Mark Up 76 Rp 541 miliar - -
2
Penyalahgunaan
Anggaran 68 Rp 445 miliar - -
3 Penggelapan 62 Rp 441 miliar - -
4 Laporan Fiktif 59 Rp 160 miliar - -
5 Suap 51 - Rp 67,9 miliar
Rp 57 miliar
6
Kegiatan/Proyek
Fiktif 47 Rp 321 miliar - -
7 Pungutan Liar 43 - Rp 6,7 miliar -
8
Penyalahgunaan
Wewenang 20 Rp 3,6 triliun - -
9
Penyunatan/
Pemotongan 16 Rp 38,2 miliar - -
10 Gratifikasi 7 - Rp 6,5 miliar
Rp 34 miliar
11 Pemerasan 2 - Rp 80 juta -
12 Anggaran Ganda 2 Rp 2,7 miliar - -
13 Mark Down 1 Rp 1,4 miliar - -
TOTAL 454 Rp 5,6 triliun Rp 140,8 miliar
Rp 91 miliar Sumber: Antikorupsi.org (2018)
Modus yang paling banyak digunakan adalah mark up ada sebanyak 76 kasus korupsi yang melibatkan 185 orang tersangka. Nilai kerugian negara yang ditimbulkan akibat penggelembungan harga sebesar Rp541 Miliar. Rata-rata kerugian negara yang timbul akibat kasus dugaan mark upsebesar Rp2,9 Miliar per kasus (Antikorupsi, 2018). ICW melakukan pemetaan kasus korupsi berdasarkan
lembaga tempat terjadinya korupsi, hasil dari pemetaan kasus korupsi berdasarkan Provinsi diketahui sekitar 94 persen terjadi di daerah (Antikorupsi, 2018).
Tabel.I.2
Pemetaan Korupsi Berdasarkan Lembaga
No Lembaga Jumlah
Kasus
Nilai Kerugian
Negara Nilai Suap
1 Pemerintah Kabupaten 170 Rp 833 miliar Rp 23,5 miliar
2 Pemerintah Desa 104 Rp 1,2 triliun Rp 80 juta
3 Pemerintah Kota 48 Rp 122 miliar Rp 4,3 miliar
4 Pemerintah Provinsi 20 Rp 7,9 miliar Rp 66,7 miliar
5 BUMN 19 Rp 3,1 triliun Rp 500 juta
6 BUMD 15 Rp 179 miliar -
7 Kementrian 15 Rp 58 miliar Rp 19,8 miliar
8 DPRD 12 Rp 38 miliar Rp 400 juta
Sumber:Antikorupsi.org (2018)
Pemerintah daerah menjadi lembaga yang paling dominan terjadinya korupsi. Sebanyak 170 kasus korupsi terjadi di pemerintah kabupaten dengan nilai kerugian negara sebesar Rp833 miliar. Jumlah aktor yang ditetapkan sebagai tersangka sebanyak 390 orang (Antikorupsi, 2018).
Faktor- faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi yaitu keefektifan sistem pengendalian internal (Amalia, 2015). Pengendalian internal merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi dan mengukur sumber daya suatu organisasi selain itu berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi fraud (Sukadwilinda & Ratnawati, 2018). Pengendalian internal merupakan proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai terkait dengan pencapaian individu (Tarigan, 2016). Pengendalian internal yang lemah memberikan peluang kepada seseorang untuk melakukan perilaku tidak etis yang merujuk pada tindakan kecurangan akuntansi yang dapat merugikan lembaga
atau instansi (Shintadevi, 2019). Sebaliknya jika pengendalian internalnya kuat, maka kemungkinan terjadinya kecurangan dapat diperkecil, dengan keefektifan pengendalian internal mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya pencegahan kecenderungan kecurangan akuntansi (Dewi & Ratnadi, 2017). Penelitian yang dilakukan (Deni, 2016) jika pengendalian internal telah dirancang serta diterapkan dengan baik maka pengendalian internal akan melindungi dari adanya tindakan kecurangan. Pengendalian internal yang diterapkan akan adanya pengecekan pekerjaan seseorang secara otomatis oleh orang lain (Adelin & Fauzihardani, 2013).
Keefektifan pengendalian internal diharapkan dapat meminimalisasikan tindak kecurangan akuntansi (Shintadevi, 2019).
Kompetensi seseorang menjadi dasar individu dikaitkan dengan standar kriteria kinerja yang efektif dalam menentukan perilaku kinerja seseorang yang juga menentukan apakah seseorang melakukan pekerjaannya dengan baik berdasarkan standar kriteria yang telah ditentukan (Zahrah et al., 2017). Sumber daya manusia sebagai pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam mewujudkan visi misi serta tujuan organisasi. Suatu sistem yang baik akan dapat ditunjang dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai, khususnya kualitas pribadi sumber daya manusia yang terdiri dari potensi pendidikan, pengalaman, dan pelatihan (Indriasih, 2014). Sumber daya yang tidak memiliki kompetensi tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara efesien, efektif, dan ekonomis (Wati et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh (Siregar, 2017) mengenai pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap kecurangan akuntansi bahwa kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi, dengan demikian rendah atau tingginya kompetensi yang
dimiliki pegawai tidak mempengaruhi pegawai atau seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan atau fraud.
Locus of control sebagai variable sentral dalam struktur kepribadian yang implisit dalam proses belajar, dan mempengaruhi tingkah laku aktual, mewarnai sikap dan perasaan, pusat hirarki dalam pola pikir, serta mendasari tingkah laku, penyesuaian diri maupun antisipasi, termasuk dalam konteks tingkah laku atau perilaku dalam membuat keputusan (Busro, 2017). Locus of control membagi individu dalam bentuk dua kriteria yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal, internal individu meyakini bahwa mereka pemegang kendali dan memilki peran atas apapun yang terjadi pada diri mereka sedangkan eksternal individu yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan. External locus of control akan menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain, hidup mereka cenderung dikendalikan oleh kekuatan di luar diri mereka, serta lebih mencari dan memilih kondisi yang lebih menguntungkan (Robbins, 2007). Penelitian yang dilakukan (Wirakusuma & Setiawan, 2019) locus of control berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, semakin tinggi tingkat locus of control eksternal maka semakin tinggi kecenderungan akuntansi.
Penelitian ini dilakukan di Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung yang merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemerintahan Kabupaten Bandung yang berdasarkan Peraturan Bupati Bandung Nomor 61 Tahun 2016 tugas dan fungsi Badan Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan bidang keuangan daerah.
(Bandungkab, 2016). Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori atribusi, teori yang menjelaskan perilaku seseorang. Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi seseorang terhadap peristiwa di sekitar mereka, teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu hanya dengan melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap orang tersebut dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tertentu (Ayuningtas, 2012).
Kinerja pemerintah akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat khususnya dalam pembuatan laporan keuangan karena penitngnya peranan BUMD khususnya sebagai salah satu sumber PAD di daerah (Tarigan, 2016). Pada kenyataannya laporan keuangan pemerintah masih belum memenuhi kriteria dan ketepatwaktuan karena pada kenyataannya didalam laporan keuangan masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai dan masih banyaknya praktik kecurangan akuntansi. Seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung, Sekertaris Dinas Koperasi dan Usaha Menengah Kecil Mikro DS ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi berdasarkan Surat Perintah Penyidikan No: Print- 60/O.2.1/Fd.1/01/2018 yang dikeluarkan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tanggal 31 Januari 2018. DS diduga melakukan penggelembungan dana atau mark updalam pengadaan buku sejarah purbakala dengan total kerugian negara sebesar Rp3,95 miliar (Supriadi, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian Internal, Kompetensi dan Locus Of Control Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung”.
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengendalian internal yang lemah dan belum efektif memungkinkan terjadinya kecurangan
2. Masih rendahnya pengawasan memungkinkan akan berdampak pada kecurangan akuntansi karena adanya kesempatan yang terbuka lebar dalam organisasi.
3. Diperlukannya kompetensi sumber daya manusia yang memadai untuk memahami gejala fraud yang memungkinkan dapat mendeteksi dan menangani lebih dini secara efektif terkait kasus kecurangan.
4. Seseorang dengan locus of control eksternal dikhawatirkan akan mendapat ancaman dan menjadikan seseorang bertindak tidak etis.
5. Tingkat korupsi di Indonesia yang masih tinggi dikhawatirkan akan terus terjadi khususnya mengenai kecurangan akuntansi baik di instansi pemerintahan maupun swasta.
1.2.2. Rumusan Masalah
Untuk menyederhanakan permasalahan dan memperjelas arah penelitian sesuai dengan judul yang dikemukakan rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran Pengendalian Internal, Kompetensi dan Locus of Control pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung?
2. Seberapa besar pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
3. Seberapa besar pengaruh kompetensi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
4. Seberapa besar pengaruh locus of control terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?
5. Seberapa besar pengaruh secara simultan antara pengendalian internal, kompetensi dan locus of control terhadap kecenderungan kecerungan akuntansi.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini yaitu:
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan Program Strata Satu (S1) jurusan Akuntansi pada Universitas BSI Bandung.
2. Mengumpulkan dan mengelola data yang mendukung terkait penelitian mengenai analisis pengendalian internal, kompetensi dan locus of control terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa Pengendalian Internal Komeptensi dan Locus Of Control Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung?
2. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung
3. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh kompetensi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung
4. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh locus of control terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung
5. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh pengendalian internal, kompetensi dan locus of control terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis
Manfaat akademis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan atau wawasan dan referensi mengenai kecenderungan kecurangan akuntansi agar memperoleh hasil yang bermanfaat bagi peneliti lainnya di masa akan datang.
2. Bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal, kompetensi, dan locus of control terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
1.4.1 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa yang ingin berkarir di bidang akuntansi, untuk mengetahui lebih jauh mengenai berbagai skandal akuntansi yang terjadi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membuat mahasiswa lebih mengutamakan etika dalam bertindak, sehingga terhindar dari berbagai skandal yang terjadi di bidang akuntansi ketika mereka telah terjun ke dalam dunia kerja.
2. Bagi Pemerintah diharapkan dapat memberikan masukan kepada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung untuk meminimalisasi kasus kecurangan akuntansi dengan cara mematuhi semua aturan yang telah ditetapkan, dan diharapkan dapat tercapai tujuan untuk memberantas kasus yang sering terjadi pada pemerintahan khususnya kasus kecurangan akuntansi.