BAB I
PENDAHULUAN
Ibu memiliki banyak peran, antara lain sebagai istri untuk suaminya, sebagai ibu dari anak-anaknya, dan sebagai seseorang yang melahirkan dan merawat anak-anaknya (Anton, 1990). Ibu juga bisa menjadi benteng bagi keluarga yang dapat menguatkan setiap anggota keluarganya. Ibu dapat mengambil peran pada perkembangan anak-anaknya (Aniebue , 2009). Menurut Ningsih (2015), peran ibu lebih berkonsentrasi pada kewajiban menjaga rumah dan membesarkan anak. Ibu menjadi pengasuh utama bagi anak-anaknya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gunarsa dan Gunarsa (2008) menyatakan bahwa peran ibu adalah fokus pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan psikis anak, merawat, mendidik dan mengurus keluarga dengan sabar dan penuh kasih sayang secara lembut, sebagai pendidik yang mengatur anak.
Menurut Effendy (dalam Farid, 2016), peran ibu dapat dimaknai dengan seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengasuh, mendidik, dan menentukan kepribadian anaknya. Peran besar ibu dalam pengasuhan dimulai sejak anak di dalam kandungan hingga anak lahir dan tumbuh menjadi dewasa.
Pada anak baru lahir hingga dua tahun, ibu berperan penting dalam pertumbuhan anak, dengan cara memberikan air susu ibu (ASI). Hal ini sesuai dengan Firman Allah yang menjelaskan bahwa peran dan tanggung jawab ibu hingga anak usia dua tahun, seperti yang terdapat dalam Q.S. Al- Baqarah (1) : 233:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para orangtua dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al-Baqarah(1):233).
Berdasarkan ayat Al-Qur’an diatas, dapat diketahui bahwa peran ibu sangat penting dalam fase awal mengasuh dan mendidik anak, dimulai dari menyusui pada saat anak masih bayi. Selanjutnya, pada saat anak berusia 3 hingga 6 tahun (periode kanak – kanak awal) peran ibu semakin kompleks, yaitu mendidik anak untuk mengembangkan karakteristiknya. Hal ini sejalan dengan teori dari Hurlock (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2013) yang mengatakan bahwa periode kanak-kanak awal adalah periode prasekolah, masa dimana anak- anak dididik untuk mengembangkan karakteristiknya.
Pada saat anak berusia 3-6 tahun, orangtua mengalami tantangan dalam membentuk kepribadian anak, sehingga anak akan belajar untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan dalam bersekolah (seperti mentaati peraturan, mengidentifikasi huruf, dan lain sebagainya), serta anak diberikan pengajaran untuk disiplin dalam mengatur waktunya sendiri. Jika pada masa ini anak berhasil maka anak akan
menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Sebaliknya jika pada masa ini anak memiliki hambatan, dampak yang akan ditimbulkan yaitu anak akan memiliki pemikiran egosentrisme. Anak akan mengembangkan ketidakmampuan dalam mempertimbangkan sudut pandang orang lain, sehingga anak akan melakukan apapun yang mereka yakini dan percaya tanpa memikirkan tindakan tersebut baik atau buruk (Papalia, Sally & Feldman, 2013). Oleh karena itu, mengasuh anak dalam masa anak berusia 3-6 tahun merupakan suatu tantangan bagi orangtua atau khususnya pada seorang ibu untuk harus selalu memperhatikan dan memberikan kasih sayang kepada anaknya dengan memenuhi kebutuhan tugas perkembangannya.
Seorang ibu akan dapat memenuhi kebutuhan perkembangan anak apabila mereka mengutamakan responsivitas dan memberikan tuntutan yang seimbang terhadap anak-anaknya. Responsivitas dan memberikan tuntutan yang seimbang ini merupakan dimensi pengasuhan yang dijelaskan oleh Baumrind (dalam Sigelman & Rider 2002). Responsivitas atau disebut juga acceptance ditunjukkan oleh orang tua yang merespon dengan tepat interaksi dan kebutuhan anak, memberikan dukungan dan kehangatan terhadap anak. Sementara tuntutan yang seimbang merupakan dimensi demandingeness yang ditunjukkan oleh seorang ibu yang menjadi kontrol bagi anak-anaknya. Fokus pada peran ibu dalam dimensi demandingeness ini adalah membatasi tingkah laku anak, membuat aturan agar anak mematuhi, sekaligus dapat bersikap tegas. Baumrind (dalam Papalia, Old, &
Feldman, 2013) mengatakan bahwa bagaimana orangtua atau peran ibu dapat memiliki komposisi dua dimensi ini akan menghasilkan salah satu dari ketiga tipe pola asuh. Pola asuh yang pertama adalah authoritative. Pola asuh yang kedua adalah authoritarian dan pola asuh yang ketiga adalah permissive ( Baumrind, 1991).
Pada tipe pola asuh authoritative, orangtua memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu terdapat aturannya dimana anak tetap di arahkan dengan bimbingan yang penuh dari orangtua (Baumrind, 1991). Pada tipe pola asuh authoritarian, sikap orangtua mendidik anak dengan
membuat aturan-aturan dan batasan – batasan yang sudah diterapkan oleh orangtua tanpa adanya persetujuan terlebih dahulu dengan anak, sedangkan pada pola asuh permissive, sikap orangtua cenderung memberikan kebebasan sesuai dengan apa yang di inginkan oleh anak , akibatnya anak tidak peduli apakah hal yang di inginkannya sesuai dengan nya atau tidak (Baumrind, 1991).
Seorang ibu bisa menjadi sosok yang dapat mengembangkan pengasuhan yang terbaik atau ideal dengan menggunakan tipe pola asuh authoritative. Pada tipe pola asuh authoritative ibu mengasuh dengan cara memperhatikan, menghargai kebebasan anak, namu menghargai kebebasan dalam mengembangkan aturan-aturannya dimana anak tetap diarahkan dengan bimbingan yang penuh dari ibu. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari kedua dimensi pola asuh, bahwa seorang ibu akan memberikan pengasuhan yang tepat apabila dapat memberikan responsivitas dan kontrol secara tepat (Baumrind, 1991).
Responsivitas dan kontrol secara tepat dapat dilakukan jika ibu dapat bersikap fleksibel dalam berinteraksi dengan anak, responsif terhadap keadaan ibu dan juga anak, serta konsisten dalam pengasuhan yang dilandasi dengan tujuan dan nilai (MacCaffrey, 2017). Hal ini sejalan dengan konsep yang ada di dalam mindful parenting, pemberian perhatian dan proses pengasuhan yang menekankan pada apa adanya anak, tanpa adanya penghakiman. Hasil penelitian terdahulu oleh Gouveia, Carona, Canavarro dan Moreira (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara mindful parenting dengan tipe pola asuh authoritative.
Menurut Kabat-Zinn dan Kabat Zinn ( dalam McCaffrey,2017 ), mindful parenting adalah cara atau bentuk pendekatan orangtua yang memberikan perhatian kepada anak dan proses pengasuhan dengan cara menekankan pada apa adanya anak dan dengan intensitas hubungan antara orangtua dengan anak, fokus pada saat ini dan disini, serta melakukan proses pengasuhan tanpa adanya penghakiman. Menurut McCaffrey (2017) terdapat dua dimensi di dalam mindful parenting yaitu mindful discipline dan being in the moment with the child.
Peran ibu yang menggunakan pengasuhan mindful parenting dapat mendorong anak- anak untuk melakukan perilaku yang positif dan konsisten dalam mencegah perilaku bermasalah (Bluth & Wahler, 2011 dalam Mubarok,2016). Sementara bagi seorang ibu, kemampuan mindful parenting membuat dirinya tidak mudah stres ketika menghadapi anak-anak dalam pengasuhannya, lebih dapat menghargai pendapat dan perilaku yang dilakukan oleh anak, dan dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan anak (Mubarok, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Gouveia, Carona, Canavarro dan Moreira (2016) menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki level mindfulness yang baik seringkali dikaitkan dengan level mindful parenting yang lebih baik pula serta gaya pengasuhan yang lebih positif. Mindful parenting dengan gaya pengasuhan pada penelitian tersebut secara langsung menunjukkan korelasi positif dengan gaya pengasuhan tipe authoritative, sementara korelasinya negatif dengan gaya pengasuhan tipe authoritarian dan permissive. Sehingga dapat dikatakan bahwa mindful parenting yang dilakukan oleh orangtua dapat menumbuhkan pola asuh yang positif dengan pola asuh autoritatif dapat mengembangkan pola asuh yang positif (Mubarok, 2016).
Penelitian mengenai mindful parenting dan gaya pengasuhan yang peneliti temui belum banyak dilakukan di Indonesia. Mengingat pentingnya pengasuhan yang utama pada sisi ibu dan pentingnya masa pengasuhan usia 3-6 tahun, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara mindful parenting dengan gaya pengasuhan pada ibu yang memiliki anak usia 3 hingga 6 tahun. Penelitian ini merupakan bagian dari paying penelitian mindfulness pada seting keluarga.
Penelitian dengan tema mindful parenting lainnya adalah terkait dengan stress pengasuhan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan peneltian ini adalah : 1. Apakah terdapat hubungan antara mindful parenting dengan pola
asuh pada ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun ?
2. Bagaimana hubungan antara mindful parenting dengan pola asuh pada ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun serta tinjauannya dalam Islam ? 1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara mindful parenting dengan pola asuh pada ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun.
2. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan antara mindful parenting dengan pola asuh pada ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun tetapi menurut pandangan Islam.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4. 1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap kajian dan penelitian psikologi terkait pola asuh ibu dengan anak usia 3-6 tahun dan mindful parenting. Penelitian ini juga sekaligus memperkaya dan menguji penelitian-penelitian sebelumnya tentang mindful parenting khusudnya di Indonesia.
1.4. 2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para orangtua khususnya pada ibu yang bertujuan agar seorang ibu dapat membentuk pola asuh yang lebih sesuai dengan anak.
1.5 Kerangka Berfikir
BAB
Pentingnya Peran Ibu dalam Pengasuhan Anak Usia 3-6
Tahun
Mindful Parenting Pola Asuh Ibu
1. Apakah terdapat hubungan signifikan antara mindful parenting dengan masing-masing tipe pola asuh pada ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun ? 2. Bagaimana hubungan antara mindful parenting dengan pola asuh pada ibu
yang memiliki anak usia 3-6 tahun serta tinjauannya dalam Islam ?