• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas perekonomian perkotaan merupakan salah satu kegiatan penting dalam menunjang pembangunan dan pengembangan suatu kota. Perekonomian yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya terfokus pada sektor formal namun juga menyorot sektor informal yang keberadaannya sangat nyata di sekitr masyarakat.

Istilah sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang (Manning dan Tadjuddin, 1996).

Kemunculan sektor informal yang pesat bisa menjadi tolak ukur kemampuan suatu kota dalam menyediakan lapangan pekerjaan karena pada umumnya para pelaku sektor informal adalah mereka yang miskin, berpendidikan rendah, tidak terampil, dan kebanyakan merupkan para migran yang tidak mampu terserap di sektor formal. Merujuk pada Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pekerja informal adalah indivdu yang bekerja tanpa relasi kerja, yang berarti tidak ada perjanjian yang mengatur elemen-elemen kerja, upah, dan kekuasaan. Keberadaan dan keberlangsungan sektor informal dalam sistem ekonomi bukanlah gejalah negative namun dapat dilihat sebagai realitas ekonomi kerakyakan yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala keterbatasan dan kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternative peluang pekerjaan bagi angkatan kerja (Wauran, 2012). Di Indonesia sendiri berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2019) diketahui bahwa sejak tahun 2015- Februari 2019 sektor informal mendominasi pekerjaan di Indonesia dimana tercatat bahwa penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor informal per tahun 2019 adalah sebanyak 74 juta jiwa sedangkan penduduk yang bekerja di sektor formal hanya 55,3 juta jiwa. Perbandingan tersebut sudah dapat

(2)

2 dengan jelas menunjukkan peranan sektor informal dalam menyokong perekonomian masyarakat.

Salah satu bentuk kegiatan yang paling kental dengan sektor informal adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Pedagan Kaki Lima sering dipandang sebagai fenomena negative dalam perkotaan. Padahal keberadaan PKL juga merupakan bentuk usaha masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan pokok demi bertahan hidup. Namun sayangnya dengan segala kekurangan PKL, citra yang timbul dari aktivitas PKL sendiri sangatlah buruk. Hal tersebut karena stigma yang tumbuh sejak zaman penjajahan yang mengkategorikan PKL sebagai kegiatan yang merusak keindahan kota dan merupakan beban bagi kota. Padahal, mereka bukanlah komponen ekonomi perkotaan yang menjadi beban bagi perkembangan perkotaan, melainkan PKL adalah fonomena yang timbul akibat lemahnya penyerapan angkatan kerja pada sektor formal. Keberadaan sektor informal pun adalah wujud tersedianya lapangan pekerjaan (Rukmana, 2005). Namun karena sifat kegiatannya yang informal dan tidak dinaungi oleh sistem kerja yang formal, banyak pula permasalahan yang ditimbulkan dari aktivitas PKL tersebut salah satunya adalah dimana sebagian besar PKL menguasai bagian trotoar jalan dan tidak menyisahkan ruang bagi pejalan kaki. Tidak hanya itu aktivitas dari PKL juga kerap menggangu kelancaran lalu lintas akibat penggunaan badan jalan sebagai sarana parkir para pembeli (Indrawati, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun kegiatan PKL merupakan bentuk usaha masyarakat untuk dapat bertahan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya namun permasalahan yang ditimbulkan tidak bisa diabaikan begitu saja. Berkaca dari Pemerintah Kota Solo yang melakukan penataan PKL dengan metode relokasi dan penyediaan fasilitas serta izin usaha yang disesuaikan dengan karakteristik Pedagang Kaki Lima telah berhasil menata sebagian besar PKL Kota Solo. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan penataan PKL bisa ditangani melalui kebijakan yang terarah dan pendekatan yang sesuai dengan memperhatikan karakteristik dasar dari Pedagang Kaki Lima tersebut.

Kota Samarinda merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur yang sangat aktif dalam sektor perekonomian dan tidak terlepas dari aktivitas Pedagang Kaki Lima. Pusat-pusat Pedagang Kaki Lima di Kota Samarinda umumnya berada

(3)

3 pada kawasan yang ramai dikunjungi masyarakat salah satunya adalah kawasan perdagangan dan jasa yaitu pasar tradisional Pasar Pagi di Kelurahan Pasar Pagi, Kecamatan Samarinda Kota. Pasar Pagi merupakan pasar tertua di Kota Samarinda. Pada awalnya, posisi dari Pasar Pagi dibangun tepat di pinggir sungai Mahakam. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya penataan Kota Samarinda, letak Pasar Pagi dipindahkan agak menjauh dari tepi sungai Mahakam karena daerah sempadan tersebut telah ditetapkan sebagai jalur hijau (RPIJM Kota Samarinda, 2016). Letak Pasar Pagi yang strategis menjadikan pasar ini sebagai Entry-Point dalam pendistribusian barang ke wilayah lain yang ada di Kalimantan

Timur. Sebagai pasar pertama yang ada di Kota Samarinda, menjadikan Pasar Pagi sebagai tempat yang lengkap dalam penyediaan berbakai kebutuhan primer, sekunder, dan tersier (Dinas Perdagangan Kota Samarinda, 2021). Pedagang Kaki Lima pada Kawasan Pasar Pagi aktif berdagang mulai dari pagi hingga sore hari dan mengundang keramaian pada peak hou. Sesuai dengan agenda penanganan dan penataan PKL yang masuk dalam salah satu agenda prioritas RPJMD Kota Samarinda 2017-2021 yaitu melakukan penataan PKL dan sektor informal lainnya pada kawasan perdagangan, bentuk upaya yang telah dilakukan oleh pihak berwenang adalah dengan menerapkan kegiatan penertiban dan pembubaran PKL yang berdagang pada sekitar Kawasan Pasar Pagi. Namun berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat fenomena dimana PKL yang telah digusur terus kembali berjualan pada kawasan yang sama.

Berdasarkan survey pula diketahui bahwa hal yang mendasari terjadinya fenomena tersebut adalah karena setelah melakukan penggusuran, tidak ada tindak lanjut lebih jauh dari Pemerintah kepada PKL yang tergusur. Sedangkan dari PKL mengharapkan adanya pengarahan untuk lokasi berjualan yang sesuai, dengan kata lain Pemerintah tidak menyediakan lokasi pasca penggusuran PKL di Kawasan Pasar Pagi. Sehingga diketahui bahwa upaya pembubaran dan penertiban tidak memberikan solusi dalam penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi. Oleh karena itu penelitian berikut difokuskan untuk mencari kriteria penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi yang disusun berdasarkan karakteristik Pedagang Kaki Lima. Bentuk kriteria yang dimaksud adalah berupa poin-poin kriteria lokasi untuk relokasi PKL di Pasar Pagi. Hasil

(4)

4 penelitian berikut diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi dalam mewujudkan penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi agar tidak menimbulkan permasalahan pada lain tempat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan salah satu agenda prioritas RPJMD Kota Samarinda tahun 2017-2021 yaitu melakukan penataan PKL dan sektor informal lainnya pada kawasan perdagangan, upaya yang dilakukan oleh pihak berwenang adalah melakukan penertiban dan pembubaran terhadap PKL di kawasan perdagangan termasuk pada kawasan perdagangan Pasar Pagi. Namun meskipun sudah dilakukan penertiban dan pembubaran, PKL di kawasan Pasar Pagi akan terus kembali berdagang pada lokasi yang sama.

Berdasarkan permasalahan dan kebijakan di atas maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi?

2. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh dalam penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi?

3. Bagaimana kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi, Kelurahan Pasar Pagi, Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda. Untuk mencapai tujuan tersebut maka disusun pula sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis karakteristik Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi

2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi

3. Merumuskan kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi

(5)

5

1.4 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian yang dijadikan objek dalam penelitian adalah Kawasan PKL Pasar Pagi yang berada di Kelurahan Pasar Pagi dengan batas Kawasan PKL di Pasar Pagi adalah adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Samarinda Ulu Sebelah Selatan : Sungai Mahakam

Sebelah Timur : Kelurahan Pelabuhan Sebelah Barat : Kelurahan Bugis

Kemudian disajikan peta lokasi studi sebagai berikut

(6)

6 Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi

Sumber : Penulis, 2021

(7)

7

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah menganalisis karakterisitk PKL di Kawasan Pasar Pagi dan menganalisis faktor-faktor penataan PKL berdasarkan sudut pandang stakeholder. Hasil dari identifikasi karakteristik PKL dan faktor-faktor penataan PKL kemudian digunakan untuk merumuskan kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi dan dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan permasalahan PKL di Kawasan Pasar Pagi.

1.6 Ruang Lingkup Substansi

Subtansi dalam penelitian ini meliputi perumusan kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi Kelurahan Pasar Pagi Kota Samarinda dimana perumusahan didasarkan pada karakteristik dari Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi serta faktor-faktor yang berpengaruh dalam penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi.

Landasan dari penelitian yang dilakukan adalah berdasarkan tinjauan studi pustaka yang dirumuskan dalam bentuk variable penelitian.

1.7 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis

1.7.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai masukan studi terkait kriteria penataan, pengendalian kegiatan, serta pemanfaatan ruang bagi Pedagang Kaki Lima secara objektif, dan termasuk dalam substansi ilmu perencanaan tata guna lahan perkotaan.

1.7.2 Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjadi masukan kepada Pemerintah Kota Samarinda sebagai regulator dalam pembuat kebijakan

(8)

8 terkait penataan dan pengendalian lokasi Pedagang Kaki Lima dalam menyusun kebijakan yang sesuai berdasarkan kondisi eksisting di lapangan

1.8 Pola Pikir Penelitian

Berikut merupakan alur pola pikir penelitian yang dituangkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

(9)

9 Gambar 1.2 Pola Pikir Penelitian

Sumber : Penulis, 2021 .

Fenomena Pedagang Kaki Lima yang terus tumbuh khususnya pada pusat-pusat pedagangan dan jasa seperti pada kawasan pasar tradisional

Salah satu agenda prioritas RPJMD Kota Samarinda 2017-2021 adalah melakukan penataan Pedagang Kaki Lima dan Sektor Informal lainnya pada kawasan perdagangan yang telah diwujudkan melalui penertiban

dan pembubaran PKL pada kawasan Pasar Pagi

Perdagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi terus kembali pada lokasi yang sama meskipun telah dilakukan pembubaran dan penertiban. Hal tersebut karena tidak ada alternative lokasi berdagang bagi PKL pasca

dilakukannya penggusuran dan penertiban.

Telah dilakukan penertiban namun Pedagang Kaki Lima tetap kembali berdagang pada lokasi yang sama yaitu kawasan Pasar Pagi Sehingga

muncul pertanyaan penelitian berupa (1) Bagaimana karakteristik Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi?; (2) Apa saja faktor-faktor

yang berpengaruh dalam penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi? (3) Bagaimana kriteria penataan Pedagang Kaki Lima

berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi?

Menyusun kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi, Kelurahan Pasar Pagi,

Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda

Menganalisis karakteristik Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi

Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam penataan Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Pagi

Merumuskan kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi

Kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi, Kelurahan Pasar Pagi, Kecamatan

Samarinda Kota, Kota Samarinda LATAR

BELAKANG

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN

SASARAN

LUARAN

Referensi

Dokumen terkait

3.2 Dirichlet’s proof of sufficiency in the three-square theorem In this section we introduce Dirichlet’s way of approaching to construct a positive-definite ternary quadratic form F