• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang dari dilakukannya penelitian. Dalam bab ini juga disebutkan tujuan beserta tiga sasaran yang akan dicapai. Penelitian ini juga dibatasin oleh ruang lingkup yang terdiri dari ruang lingkup wilayah, pembahasan dan substansi serta diakhiri dengan kerangka pemikiran penelitian.

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim merupakan fenomena alami terhadap perubahan unsur-unsur iklim yang terjadi secara alami maupun yang dipercepat akibat aktivitas manusia (Nurdin, 2011; dalam Fekri, 2018). Perubahan iklim terjadi karena keadaan ozon di atmosfer yang semakin memburuk. Keadaan ozon yang semakin memburuk sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia yang terus meningkat dan berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi energi. Gas-gas yang termasuk golongan Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu CO2, CH4, N2O dan gas-gas terfluorinasi (IPCC, 2007b; dalam Wahyudi, 2016). Dengan semakin meningkatnya emisi gas rumah kaca maka menyebabkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.

Meningkatnya temperatur udara oleh GRK akan berakibat kepada mencairnya es di kutub sehingga permukaan air laut naik (Diposaptono, et al., 2009; dalam Ramadhan, et al., 2015).

Perubahan iklim berdampak negatif bukan hanya kepada lingkungan, namun juga bedampak kepada manusia sehingga banyak pihak berfokus terhadap cara mengatasi perubahan iklim tersebut (Mustangin, 2017; dalam Fekri, 2018).

Berdasarkan World Risk Report (2016) menyebutkan bahwa Indonesia termasuk sebagai negara yang memiliki tingkat risiko bencana yang tinggi. Kota Balikpapan juga rentan akan bencana seperti abrasi dan air pasang di lokasi yang dekat laut, air pasang tersebut sering meluap dan berdampak kepada permukiman nelayan (Ristianti, 2015). Selama kurun waktu 8 (delapan) tahun yaitu dari tahun 2010 –

(2)

2017 terjadi peningkatan sebanyak 887 kejadian bencana hidrometeorologi atau bencana yang disebabkan oleh iklim. Berdasarkan dokumen Penilaian Kerentanan dan Risiko Iklim Kota Balikpapan Tahun 2020, Kota Balikpapan mengalami peningkatan suhu dan perubahan pola hujan tercatat pada tahun 1987 – 2017.

Kondisi iklim historis yang terekam pada Stasiun Meteorologi Kelas 1 Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (1987 – 2017) Kota Balikpapan memiliki 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Iklim Kota Balikpapan termasuk ke dalam tipe iklim A berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson yang mana termasuk tipe sangat basah dengan curah hujan yang relatif tinggi. Suhu rata-rata bulanan Kota Balikpapan yakni sebesar 27,4°C dengan suhu terendah sebesar 26,8°C dan suhu tertinggi sebesar 28,1°C. Adapun pada dokumen Penilaian Kerentanan dan Risiko Iklim Kota Balikpapan Tahun 2020, dalam selang waktu 30 tahun yakni tahun 1987 – 2017 Kota Balikpapan mengalami peningkatan suhu udara rata-rata berkisar kurang lebih 0,7°C dan peningkatan frekuensi suhu udara ekstrim di masa mendatang yaitu dalam 30 tahun ke depan mencapai di atas 32°C dan 35°C. Sementara itu, Kota Balikpapan memiliki curah hujan rata-rata setiap bulan sekitar 278 mm dan dalam data historis tahun 1991 – 2020 besar curah hujan tahunan Kota Balikpapan yaitu 2200 – 2400 mm. Pola sebaran curah hujan tahun 1991-2020 pada Kota Balikpapan menunjukan perubahan, yang mana adanya peningkatan curah hujan pada Kota Balikpapan dari daerah perbukitan hingga daerah pesisir.

Dalam mengatasi dampak dari adanya perubahan iklim dan dalam rangka mendukung National Determine Contribute (NDC) Kota Balikpapan menargetkan untuk menurunkan emisi sebesar 19,26% sampai dengan tahun 2020. Pemerintah Kota juga berkomitmen untuk menaikan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kota Balikpapan dari 62,45 pada tahun 2016 menjadi 66,81 pada tahun 2021 dengan melakukan program-program mitigasi. Tindakan mitigasi, keberhasilan dalam penurunan emisi gas rumah keca dan dukungan infrastruktur perkotaan merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan ketahanan kota terhadap perubahan iklim (Wijayanti, 2013). Kota Balikpapan telah melakukan beberapa tahap mitigasi baik yang dilakukan Pemerintah Daerah maupun oleh swasta diantaranya program pengurangan gas emisi seperti penggantian lampu jalan

(3)

dengan lampu LED, pengelolaan limbah, dan penggunaan pupuk ramah lingkungan yang telah dilaksanakan di Kelurahan Manggar, Teritip dan Lamaru.

Selain ketiga aksi mitigasi tersebut Kota Balikpapan masih memiliki aksi mitigasi lainnya namun kejadian bencana akibat iklim di Kota Balikpapan masih terjadi. Berdasarkan informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan, tercatat pada tahun 2010 – 2019 Kota Balikpapan telah mengalami 2.273 bencana terkait iklim. Kejadian tersebut diantaranya terjadi fluktuasi terhadap kejadian tanah longsor dalam kurun waktu 2 tahun yaitu 2016 - 2018 akibat pola kejadian hujan yang berurutan atau secara terus menerus dalam beberapa hari, kemudian pada tahun 2019 tercatat terjadi 29 kejadian tanah longsor, 28 kejadian pohon tumbang, dan 125 kejadian kebakaran hutan/lahan. Bersamaan dengan hal tersebut, Kota Balikpapan mengalami peningkatan suhu dan perubahan pola hujan tercatat pada tahun 1987 – 2017 (Pemerintah Kota Balikpapan, 2018).

Sehingga berdasarkan kondisi tersebut diperlukannya strategi mitigasi perubahan iklim berdasarkan kerentanan di Kota Balikpapan.

1.2 Rumusan Masalah

Peningkatan populasi yang meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi energi yang mengasilkan gas rumah kaca yang memperburuk kondisi ozon sehingga berdampak kepada perubahan iklim. Perubahan iklim ini juga terjadi di Kota Balikpapan dengan ditandai pada meningkatnya suhu serta perubahan pola hujan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi di Kota Balikpapan dan membuat khususnya wilayah pesisir menjadi rentan akibat meluapnya air laut. Dalam mengatasi hal tersebut Pemerintah Kota Balikpapan telah melakukan beberapa aksi mitigasi dengan cara mengurangi gas emisi rumah kaca. Meskipun aksi mitigasi telah dilakukan, namun kejadian terkait iklim di Kota Balikpapan masih terus terjadi, dimana terjadi fluktuasi terhadap bencana tanah longsor, kemudian masih terjadi 2.273 bencana terkait iklim lainnya yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun di Kota Balikpapan. Apabila aksi mitigasi tersebut tidak mengalami peningkatan keberhasilan dalam mengatasi perubahan iklim, maka dikhawatirkan jumlah kejadian bencana ataupun dampak lainnya akibat perubahan iklim di Kota Balikpapan terus meningkat. Sehingga, rumusan masalah

(4)

dalam penelitian ini yaitu bagaimana strategi mitigasi perubahan iklim berdasarkan tingkat kerentanan perubahan iklim di Kota Balikpapan.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu merumuskan strategi mitigasi perubahan iklim berdasarkan tingkat kerentanan perubahan iklim di Kota Balikpapan dengan sasaran penelitian sebagai berikut:

a. Menganalisa faktor yang mempengaruhi kerentanan perubahan iklim di Kota Balikpapan

b. Memetakan kerentanan perubahan iklim di Kota Balikpapan c. Merumuskan strategi mitigasi perubahan iklim di Kota Balikpapan

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Adapun ruang lingkup wilayah penelitian yaitu Kota Balikpapan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Kutai Kartanegara Sebelah Selatan : Selat Makassar

Sebelah Timur : Selat Makassar

Sebelah Barat : Kabupaten Penajam Paser Utara

Ruang lingkup wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi dan menganalisa faktor kerentanan perubahan iklim serta upaya- upaya perubahan iklim di Kota Balikpapan.

1.4.3 Ruang Lingkup Substansi

Adapun ruang lingkup substansi pada penelitian ini adalah melakukan identifikasi dan analisa terhadap faktor-faktor kerentanan perubahan iklim di Kota Balikpapan yang kemudian akan dipetakan sehingga akan muncul suatu usulan

(5)

strategi mitigasi perubahan iklim berdasarkan kerentanan di masa mendatang berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan. Adapun unit analisis penelitian ini adalah kelurahan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan melalui penelitian ini meliputi:

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai referensi dan tambahan ilmu pengetahuan dalam perencanaan wilayah dan kota khususnya pada bidang ketahanan kota terhadap perubahan iklim

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai masukan dan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Balikpapan dan dinas terkait mengenai strategi mitigasi perubahan iklim Kota Balikpapan

1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran berisi uraian permasalahan yang telah dipaparkan di latar belakang. Kerangka pemikiran berfungsi untuk mempermudah dalam hal memahami maksud serta tujuan dari dilakukannya penelitian ini. Adapun bagan untuk kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.2

(6)

Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kota Balikpapan

(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Kota Balikpapan, 2020)

(7)

Gambar 1. 2 Kerangka Pemikiran Penelitian (Penulis, 2020)

Peningkatan populasi meningkatkan konsumsi

energi

Gas Rumah Kaca (GRK) meningkat menyebabkan

penipisan lapisan ozon dan perubahan iklim

Terjadi peningkatan suhu dan perubahan pola

hujan yang tidak menentu

Terjadinya bencana hidrometeorologi (banjir,

tanah longsor)

Membutuhkan strategi mitigasi perubahan iklim

terkait kerentanan di Kota Balikpapan

Referensi

Dokumen terkait

38/2017 Key determinants of innovation in rural areas Head of village and Government of Village Local government is key actor to boost local innovation Leaders who support

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa kemampuan membaca cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat berada pada