• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur dan terkenal sebagai pusat pengolahan minyak bumi wilayah Indonesia Timur dan basis perusahaan migas, menurut gambaran umum pada Balikpapan.go.id (2019). Luas keseluruhan Kota Balikpapan menurut RTRW Tahun 2012-2032 adalah 81.495 hektar, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara di bagian utara, Selat Makassar di bagian selatan dan timur, dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) di bagian barat. Menurut sisi kependudukan, pertumbuhan penduduk di Kota Balikpapan berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Balikpapan Tahun 2019 adalah sebesar 2,61% atau sebesar 17.383 jiwa. Pertumbuhan tersebut terdiri dari 1,66% (11.058 jiwa) disebabkan oleh migrasi dan 0,95% (6.325 jiwa) disebabkan oleh faktor pertumbuhan.

Jumlah penduduk di Kota Balikpapan akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya di Kota Balikpapan.

Peningkatan jumlah penduduk semakin lama akan mengakibatkan terjadinya kepadatan penduduk. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Balikpapan Kota Balikpapan Tahun 2019, kepadatan penduduk di Kota Balikpapan pada tahun 2019 adalah sebesar 1.325/km2. Hal tersebut berbanding lurus dengan peningkatan permintaan kebutuhan tempat tinggal di Kota Balikpapan.

Peningkatan permintaan kebutuhan tempat tinggal di Kota Balikpapan berdampak pada maraknya pembangunan perumahan, baik berupa perumahan formal maupun perumahan non-formal. Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Balikpapan menjelaskan kebutuhan rumah di Balikpapan tercatat lebih dari 12.000 unit (Balikpapan.go.id, 2019). Agar permintaan kebutuhan tempat tinggal terpenuhi, pemerintah Kota Balikpapan menargetkan pembangunan

(2)

rumah sebanyak 3000 unit tiap tahun secara bertahap dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2024 mendatang. Pembangunan tempat tinggal yang dilakukan berupa pembangunan perumahan baik berupa perumahan formal maupun perumahan non-formal. Pembangunan perumahan tersebut dilakukan pada lahan yang awalnya merupakan ruang terbuka kosong yang kemudian beralih fungsi menjadi kawasan perumahan.

Pengalihan fungsi lahan menjadi kawasan perumahan menyebabkan terjadinya perubahan jenis tutupan lahan sehingga akan meningkatkan angka koefisien pengaliran. Berdasarkan United States Soil Conservation Service (USSCS 1973), nilai debit banjir berbanding lurus dengan koefisien pengaliran.

Koefisien pengaliran adalah hubungan antara puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan (Suripin, 2004). Semakin tinggi angka koefisien pengaliran, maka persentase air yang dapat diresapkan akan semakin berkurang sehingga menyebabkan peningkatan debit limpasan. Jika debit limpasan yang mengalir melebihi kapasitas dari saluran drainase kota, maka akan terjadi peningkatan tinggi muka air pada saluran. Hal tersebut merupakan penyebab terjadinya luapan.

Luapan disebabkan oleh perkembangan kawasan yang tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas saluran drainase kota. Drainase kota menerima dan mengalirkan air dari berbagai macam kawasan. Saat kondisi kawasan yang dilayani oleh saluran drainase kota masih sedikit, kapasitas saluran drainase kota masih mampu untuk mengalirkan air yang diterima. Setelah terjadi perkembangan kawasan secara terus-menerus, maka jumlah kawasan yang harus dilayani oleh saluran drainase kota akan semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan air yang harus diterima dan dialirkan menjadi melebihi kapasitas saluran drainase kota yang seharusnya. Masalah ini juga ditemukan pada saluran sekunder Posindo yang terletak di Jalan Manunggal, Balikpapan. Saluran sekunder Posindo melayani berbagai macam kawasan salah satunya adalah kawasan Perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II dan III. Pada tahun 2010 saat kondisi kawasan Perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II dan III belum sepenuhnya terbangun, saluran sekunder Posindo masih mampu melayani dan mengalirkan air yang diterima tanpa adanya luapan. Pada tahun 2021 setelah kondisi kawasan Perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II dan III 100% terbangun, terjadi

(3)

luapan pada saluran sekunder Posindo terutama ketika hujan turun. Hal ini dikarenakan saluran sekunder Posindo tidak mampu mengalirkan debit limpasan yang dihasilkan oleh kawasan perumahan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang sesuai untuk mereduksi besarnya debit limpasan akibat pembangunan perumahan dengan mengimplementasikan kebijakan Pemerintah berupa Zero Delta Q Policy pada kawasan perumahan.

Pada Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional disebutkan yang dimaksud dengan Zero Delta Q Policy yaitu keharusan agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai. Kebijakan ini bertujuan agar debit limpasan yang disebabkan oleh pengalihan fungsi lahan tidak membebani saluran drainase kota. Debit limpasan tersebut harus ditahan dan ditampung sementara sehingga tidak membebani saluran drainase kota. Terdapat berbagai macam bentuk penerapan teknologi Zero Delta Q Policy yang pernah diterapkan pada suatu kawasan seperti, Rain Water Harvesting atau pemanenan air hujan, sumur resapan air hujan, taman hujan, parit resapan air hujan, kolam tampung, kolam konservasi air hujan, dan sebagainya.

Implementasi kebijakan Zero Delta Q Policy merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan peningkatan debit limpasan agar tidak terjadi penambahan debit pada saluran drainase kota. Kebijakan ini kemudian akan diimplementasikan untuk menganalisis besarnya debit limpasan akibat pengalihan fungsi lahan menjadi kawasan perumahan. Lokasi perumahan yang akan dijadikan studi kasus yaitu perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III. Pemilihan lokasi perumahan tersebut dikarenakan lokasi di sekitar perumahan merupakan kawasan yang sering terjadi banjir ketika hujan turun, dan perumahan tersebut belum menerapkan kebijakan Zero Delta Q Policy sesuai dengan PP No. 26/2008 secara optimal.

Pada siteplan perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III, pihak pengembang perumahan telah merencanakan penyediaan kolam tampung sebagai salah satu sarana pengendali banjir pada lokasi perumahan. Akan tetapi luasan kolam tampung yang direncanakan belum dapat menampung keseluruhan debit limpasan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil Studi Rasio Penyediaan Bendali

(4)

Mandiri Berdasarkan Proporsi Tapak 2020, rasio kebutuhan bendali untuk perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I sebesar 4,7% dan Tahap II sebesar 5,3%. Jika dijumlahkan maka rasio kebutuhan bendali untuk perumahan BDS Tahap I dan II adalah sebsar 10%. Sedangkan pihak pengembang perumahan hanya menyediakan rasio kebutuhan bendali untuk perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III Balikpapanhanya sebesar 4,09%. Hal ini membuktikan bahwa terdapat sekitar 5,91% debit limpasan perumahan tidak dapat tertampung di kolam tampung yang telah disediakan. Sehingga mengakibatkan sisa debit limpasan tersebut mengalir dan membebani saluran drainase kota.

Agar permasalahan sisa debit limpasan yang mengalir dan membebani saluran drainase kota dapat diatasi, diperlukan tambahan metode penerapan kebijakan Zero Delta Q Policy lainnya seperti Rain Water Harvesting. Metode ini dipilih karena penerapannya yang mudah dan cocok untuk kawasan perumahan, serta tidak membutuhkan lahan yang luas. Rain Water Harvesting atau pemanenan air hujan adalah kegiatan menampung air hujan dari atap yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan manusia. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2009 pasal 1 ayat 1, pemanfaatan air hujan adalah serangkaian kegiatan mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke dalam tanah. Rain Water Harvesting merupakan teknologi sederhana yang mampu menyediakan kebutuhan air bersih sekaligus mengatasi banjir akibat peningkatan debit limpasan perumahan.

Penelitian ini diharapkan mampu membantu mengatasi permasalahan peningkatan debit limpasan yang mengakibatkan banjir di daerah sekitar lokasi perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III setelah terjadi pengalihan fungsi lahan. Sehubungan dengan tujuan untuk mereduksi besarnya debit limpasan yang masuk ke saluran drainase kota, maka perlu dilakukan analisis debit limpasan. Nilai debit limpasan yang dihasilkan dari hasil analisis nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk optimalisasi penerapan kebijakan Zero Delta Q Policy dalam mengurangi debit limpasan pada kawasan Perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II dan III Balikpapan. Penerapan Zero Delta Q Policy telah diimplementasikan pada beberapa studi kasus, salah satunya adalah pada kawasan perumahan Puri Bali, Depok. Kebijakan Zero Delta Q Policy berupa

(5)

Rain Water Harvesting dan kolam tampung merupakan salah satu solusi dari permasalahan banjir yang terjadi di sekitar lokasi perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III.

1.2. Rumusan Masalah

Secara garis besar, rumusan masalah yang akan dibahas dalam pengimplementasian kebijakan Zero Delta Q Policy berupa Rain Water Harvesting dan kolam tampung pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III adalah sebagai berikut:

1. Berapa nilai debit limpasan saat kondisi kawasan belum terbangun (Q awal) pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III?

2. Berapa nilai debit limpasan saat kondisi kawasan telah terbangun (Q terbangun) pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III?

3. Berapa selisih debit limpasan (Delta Q) saat kondisi kondisi kawasan belum terbangun (Q awal) dengan kawasan telah terbangun (Q terbangun) pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III?

4. Berapa nilai debit limpasan yang dapat ditampung oleh kolam tampung pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III?

5. Berapa nilai debit limpasan yang dapat dipanen saat kondisi hujan oleh tiap atap rumah pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III?

6. Bagaimana implementasi kebijakan Zero Delta Q Policy berupa Rain Water Harvesting dan kolam tampung pada kawasan perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pengimplementasian kebijakan Zero Delta Q Policy berupa Rain Water Harvesting dan kolam tampung pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai debit limpasan saat kondisi kawasan belum terbangun (Q awal) pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III.

(6)

2. Mengetahui nilai debit limpasan saat kondisi kawasan telah terbangun (Q terbangun) pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III.

3. Mengetahui selisih debit limpasan (Delta Q) saat kondisi kondisi kawasan belum terbangun (Q awal) dengan kawasan telah terbangun (Q terbangun) pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III.

4. Mengetahui nilai debit limpasan yang dapat ditampung oleh kolam tampung pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III.

5. Mengetahui nilai debit limpasan yang dapat dipanen saat kondisi hujan oleh tiap atap rumah pada perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III.

6. Mengetahui implementasi kebijakan Zero Delta Q Policy berupa Rain Water Harvesting dan kolam tampung pada kawasan perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan adalah:

1. Sebagai referensi bagi pembaca Tugas Akhir ini terkait penerapan kebijakan Zero Delta Q Policy sebagai salah satu upaya dalam mereduksi debit limpasan akibat pengalihan fungsi lahan dalam pengendalian banjir.

2. Sebagai acuan dalam merencanakan Rain Water Harvesting dan kolam tampung pada kawasan perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III.

1.5. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Penelitian hanya dilakukan pada kawasan perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III Balikpapan.

2. Bentuk penerapan teknologi kebijakan Zero Delta Q Policy yang digunakan hanya Rain Water Harvesting dan kolam tampung.

3. Tidak membahas perhitungan hidrolika saluran perumahan.

4. Tidak membahas rencana anggaran biaya.

(7)

5. Tidak menghitung limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga.

1.6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Tugas Akhir terletak pada kawasan perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III Balikpapan di Jalan AMD tembusan Jalan MT.

Haryono ke Jalan Masma Iswayudi, Kelurahan Sungai Nangka, Kecamatan Balikpapan Selatan yang ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Lokasi Penelitian perumahan Bukit Damai Sentosa Tahap I, II, dan III

(Sumber: Citra Satelit Google Maps 2021)

Referensi

Dokumen terkait

Besar debit limpasan yang terjadi pada sistem drainase di daerah Kelurahan Tihu adalah sebagai berikut, debit kalaulang 10 tahun Q10thn maksimal sebesar 0,108753 m3/det, debit minimum

Untuk mengantisipasi hal tersebut diatas, maka dilakukan suatu kajian teknis yaitu dengan membandingkan perhitungan debit limpasan pada Q awal Q tahun 2003 dengan Q akhir Q tahun 2012