1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dunia saat ini mengalami pergeseran besar dan hal ini dapat mempengaruhi pembangunan dan perekonomian suatu Negara dalam semua sektor, tanpa terkecuali sektor industri. Sektor industri adalah salah satu penopang utama dan memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian dan pembangunan nasional. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi tahun 2013, menyikapi adanya prediksi Indonesia sebagai Negara berpengaruh dalam perekonomian Asia Tenggara 2040.
Beliau menerangkan bahwa perlu adanya ekonomi secara mandiri dengan mengurangi kegiatan impor dengan melakukan terobosan baru. Selain itu juga untuk mengembangkan kebutuhan sektor industri maka perlu adanya peningkatan dari segi kuantitas dan kualitas produk, demi menghasilkan produk dengan pangsa pasar yang luas serta ramah lingkungan. Peningkatan kualitas dan kuantitas ini dapat ditunjang dengan pemilihan bahan baku, proses yang sesuai, ataupun pemilihan katalis yang optimal untuk produksi.
Salah satu produk dan industri kimia yang dibutuhkan saat ini adalah Dioctyl Phthalate (DOP) dimana DOP ini sangat luas penggunaannya di berbagai sektor industri kimia sebagai bahan penunjang atau tambahan pada proses pembuatan benda/barang plastik. Pasar impor pada produk ini dalam kurun 2014- 2018 pun terus mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 20.60% setiap tahunnya dan diprediksi akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. DOP merupakan senyawa organik dan termasuk plasticizer dengan rumus C6H4(CO2C8H17)2. DOP lebih cenderung disukai dikarenakan spesifikasi dan biayanya yang rendah. DOP memiliki karakteristik berwarna bening tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat larut dalam air. Aplikasi DOP dapat dilihat dan juga dapat digunakan untuk melunakkan dan membuat PVC (Poly Vinyl Chloride) lebih fleksibel. Beberapa industri yang memerlukan DOP dalam proses produksinya antara lain, industri pembuatan pipa dan selang plastik, industri kulit
2 imitasi, pembuatan peralatan medis juga memerlukan DOP dalam proses produksinya.
Pendirian pabrik Dioctyl Phthalate (DOP) akan menguntungkan jika ditinjau dari beberapa aspek salah satunya adalah harga jualnya melebihi dari biaya untuk bahan baku. Permintaan pasar akan DOP khususnya dalam negeri ditinjau dari jumlah impor yang meningkat membuktikan pernyataan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara pengguna plastik terbesar di dunia (Plastic Europe, 2016). Pemilihan katalis berupa tetrabutyl titanate (TBT) memberikan proses yang lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan katalis lain seperti H2SO4, selain itu pula limbah atau hasil samping dari produksi DOP yang berupa air, 2-EH, isopropyl alkohol dan slurry yang tidak memerlukan penanganan kompleks dalam penanganan limbahnya sehingga tidak membahayakan lingkungan.
1.2 Analisa Pasar
Adapun hal yang perlu diketahui dalam menganalisis pasar, diuraikan dalam sub-sub bab berikut :
1.2.1 Kebutuhan Dioctyl Phthalate dalam Negeri
Indonesia memiliki beberapa pabrik yang memproduksi dioctyl phthalate untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, Indonesia masih perlu memerlukan impor dioctyl phthalate dari negara lain. Adapun data impor dioctyl phthalate yang diperoleh dari Trend Economy disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Data Impor Dioctyl Phthalate di Indonesia
Tahun Impor Dioctyl Phthalate (Ton/Tahun) Peningkatan (%)
2014 4,942.474 0
2015 7,142.104 30.80
2016 10,149.73 29.63
2017 19,118.41 46.91
2018 18,321.64 -4.35
Rata-rata 20.60
*) Trend Economy, 2021
3 Dari data pada Tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah impor dioctyl phthalate mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dalam produksi dioctyl phthalate menggunakan bahan baku berupa phthalic anhydride (PAN) dan 2-ethyl hexanol (2-EH) yang dapat diperoleh pada beberapa perusahaan yang ada di Indonesia. Untuk phthalic anhydride (PAN) diperoleh dengan kerjasama pabrik lokal yaitu PT. Petrowidada Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas produksi sebesar 70.000 ton/tahun, sedangkan untuk 2-ethyl hexanol (2-EH) diperoleh dari PT. Oxo Nusantara Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas produksi sebesar 135.000 ton/tahun. Dengan diperolehnya bahan baku dan kerja sama dengan pabrik atau perusahaan tersebut diharapkan memenuhi kebutuhan sebagai bahan baku dari pabrik dioctyl phthalate. Berikut daftar perusahaan yang memerlukan DOP dalam proses produksinya, antara lain:
Tabel 1. 2 Kebutuhan DOP pada Perusahaan Indonesia
Perusahaan Kapasitas per Tahun
PT. Wavin Duta Jaya 43200 ton
PT. Rusli Vinilon Sakti 18000 ton
PT. Indonesia Polymer Compound 24000 ton
PT. Oneject Indonesia 900 juta
PT. Universal Gloves Indonesia 350 juta
*) Kemenperin, 2021
Tabel 1.2 memuat informasi mengenai beberapa data perusahaan atau pabrik yang memerlukan DOP untuk menjalankan proses produksinya. Diluar dari data diatas, masih banyak pabrik atau perusahaan lain yang memerlukan DOP dan hal ini menjadi sasaran pemasaran dari pabrik DOP.
4 Adapun pabrik dioctyl phthalate (DOP) yang telah berdiri di Indonesia dan luar negeri antara lain sebagai berikut.
Tabel 1. 3 Pabrik DOP yang telah berdiri di Indonesia
Pabrik Kapasitas (Ton/Tahun)
PT. Petronika 30000
PT. Sari Daya Plasindo 30000
*) Kemenperin, 2021
Tabel 1. 4 Pabrik DOP yang telah berdiri di Luar Negeri
Pabrik Kapasitas (Ton/Tahun)
Pantochim 100000
Euroftal 70000
Sisas Chemical 20000
*) Conserpa, 2018
1.2.2 Kapasitas Produksi
Berdasarkan data dari Tabel 1.1 jumlah impor dioctyl phthalate mengalami peningkatan setiap tahunnya. Oleh karena itu, direncanakan dibangun pabrik dioctyl phthalate untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor yang meningkat. Berdasarkan data diatas maka didapatkan rata-rata peningkatan sebesar 20.60% dan untuk itu perkiraan kapasitas produksi pabrik dioctyl phthalate yang akan didirikan pada tahun 2026 dapat menggunakan persamaan berikut:
𝑚 = 𝑃(1 + 𝑖)𝑛 (1.1) Dimana m adalah jumlah produk pada tahun 2026 dengan satuan ton/tahun, P adalah data jumlah impor pada tahun 2018 (ton), dan i yang merupakan rata-rata kenaikan impor tiap tahun (%), serta n yang merupakan selisih tahun. Sehingga diperoleh
𝑚 = 18,321.64(1 + 20.60%)5 𝑚 = 18,321.64(1 + 0.00206)5
𝑚 = 46,734 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
5 Dan berdasarkan rata-rata kenaikan impor sebesar 20.60% per tahun, diketahui perkiraan nilai impor pada tahun 2026 sebesar 46,734 ton, maka kapasitas pabrik dapat ditentukan dengan persamaan:
𝑚1+ 𝑚2+ 𝑚3 = 𝑚4+ 𝑚5 (1.2) Dimana m1 yang merupakan nilai impor, m2 yang merupakan kapasitas pabrik lama, m3 yang merupakan kapasitas pabrik baru, m4 yang merupakan jumlah ekspor dan m5 yang merupakan konsumsi dalam negeri. Sehingga peluang kapasitas pabrik baru dapat ditentukan melalui persamaan (1.2)
𝑚3 = (𝑚4 + 𝑚5) − (𝑚1+ 𝑚2) 𝑚3 = (0 + 46,734) − (0 + 0)
𝑚3 = 46,734 𝑡𝑜𝑛
Untuk memenuhi kebutuhan impor yang akan dipenuhi sebesar 20.60% dari nilai kapasitas pabrik baru, sehingga diperoleh:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 20.60% 𝑥 (𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 𝐵𝑎𝑟𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2026) 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 20.60% 𝑥 (46.734 𝑡𝑜𝑛)
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 9628,155 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ≈ 10000 ton/tahun
Dari perhitungan peluang kapasitas, maka ditetapkan kapasitas pabrik baru di Indonesia pada tahun 2026 adalah sebesar 10000 ton/tahun dengan pertimbangan- pertimbangan berikut:
1. Dapat memenuhi kebutuhan dioctyl phthalate dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor yang meningkat setiap tahunnya.
2. Berdirinya industri kimia baru yang menggunakan dioctyl phthalate sebagai bahan baku dalam proses produksinya.
3. Pengembangan produk DOP menggunakan katalis tetrabutil titanates (TBT) dengan waktu produksi yang singkat serta limbah hasil produksi yang mudah dikelola.
1.3 Pemilihan Lokasi
Secara geografis, penentuan lokasi perlu diperhatikan dalam perencanaan berdirinya suatu pabrik, karena hal ini dapat mempengaruhi kedudukan dalam persaingan dan penentuan dari kelangsungan hidupnya. Lokasi pabrik yang dipilih perlu untuk memperluas dan memperbesar pabrik untuk memberikan keuntungan
6 jangka panjang, serta dengan adanya penentuan lokasi pabrik yang baik maka akan memberikan operasi produksi yang lancar, efektif dan efisien. Sehingga produksi, distribusi maupun biaya investasi seminimum mungkin serta sekaligus dapat memenuhi sasaran dengan kualitas dan harga yang layak. Berdasarkan tinjauan- tinjauan tersebut, maka pabrik dioctyl phthalate berbahan baku phthalic anhydride (PAN) dan 2-ethyl hexanol (2-EH) direncanakan berlokasi Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur dan secara astronomis, Kota Gresik terletak dibagian Pulau Jawa bagian Timur dengan posisi 112° - 113° BT dan 7° - 8°
LS .
Gambar 1.2 Lokasi Pemilihan Pabrik di Daerah Gresik
Adapun faktor yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Bahan Baku
Penyedia bahan baku menjadi faktor utama dalam pemilihan lokasi pabrik.
Untuk memudahkan dan menjaga kelancaran dalam produksi, maka pabrik perlu memperhatikan harga bahan baku, jarak tempuh dari penyedia bahan baku, biaya transportasi, serta ketersediaan bahan baku yang kontinyu. Bahan baku dalam produksi dioctyl phthalate adalah phthalate anhydride (PAN) dan juga 2-ethyl hexanol (2-EH). Phthalate anhydride (PAN) didapatkan dari PT. Petrowidada yang
7 berlokasi di Gresik, Jawa Timur, sedangkan 2-ethyl hexanol didapatkan dari PT.
Petro Oxo Nusantara yang juga berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Distribusi bahan baku dapat melalui jalur darat yaitu tol dan jalur laut melalui pelabuhan.
2. Pemasaran Produk
Daerah Gresik dipilih sebagai daerah pendirian pabrik dioctyl phthalate dikarenakan terdapat industri yang berada di daerah Gresik yang memerlukan dioctyl phthalate untuk memproduksi produknya. Hal ini dinilai efekif dikarenakan akan menguntungkan pabrik dioctyl phthalate.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja juga menjadi faktor penting dalam berjalannya proses produksi. Diharapkan tenaga kerja dari daerah setempat ataupun dari daerah lain dapat mengisi semua atau sebagian besar posisi di dalam pabrik. Dalam penerimaan tenaga kerja pun perlu untuk memperhatikan tingkat pendidikan, keterampilan, dan upah minimum pada daerah tersebut.
4. Utilitas
Utilitas seperti penyediaan air, bahan bakar, ataupun listrik merupakan kebutuhan penting untuk membantu berjalannya proses dalam memproduksi dioctyl phthalate. Kebutuhan air dapat diperoleh dari laut yang berada dekat dengan lokasi pabrik ataupun water treatment plant yang berada di Gresik. Banyaknya industri di lokasi tersebut, menjadikan pabrik ini berada pada posisi strategis dan kebutuhan akan listrik dan bahan bakar pun dapat terpenuhi.
5. Infrastruktur
Infrastruktur yang menjadi faktor pendukung dalam pendirian pabrik DOP ini ditunjang dengan adanya fasilitas jalan tol yang baik yang memudahkan transportasi darat dan adanya pelabuhan yang cukup dekat dan tidak memakan waktu lama sehingga memudahkan pengiriman produk di sekitar Jawa dan luar Jawa.
6. Sosial Ekonomi
Pada sisi sosial ekonomi, pendirian pabrik dioctyl phthalate ini akan memberikan lapangan kerja baru bagi warga sekitar Gresik ataupun dari daerah lain. Pabrik dioctyl phthalate ini juga dapat membantu dan mendapatkan keuntungan dalam pemasokan dioctyl phthalate maupun penjualan ke pabrik daerah ataupun luar
8 daerah yang membutuhkan bahan tersebut. Pendirian pabrik ini juga tidak merusak atau membahayakan lingkungan dikarenakan limbah atau hasil samping dari produksi tidak memerlukan penanganan kompleks.
7. Kondisi Geografis
Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia terletak 20 kilometer sebelah utara Kota Surabaya. Terletak di 112° - 113° BT dan 7° - 8° LS dengan dataran rendah dan ketinggian sekitar 2-12 meter diatas permukaan air laut. Kabupaten Gresik terletak pada daerah yang memiliki tanah kapur dan cenderung tandus. Dengan luas wilayah Gresik 1.191,25 km2.