• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang

Setiap manusia pasti membutuhkan tempat tinggal yang berfungsi sebagai tempat beristirahat, tempat berlindung serta merupakan status sosial bagi pemilik rumah tersebut (Azwar, 1996), karena itu penyediaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan penyediaan standar permukiman merupakan isu penting yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Perpindahan penduduk dari desa ke kota tanpa adanya persiapan untuk menunjang kebutuhan di perkotaan akan menyebabkan permasalahan perkotaan, meningkatnya penduduk maka meningkatkan kebutuhan akan rumah, meningkatnya kebutuhan akan rumah menyebabkan berkurangnya lahan yang tersedia (faktor urbanisasi) (Djoko, 1985).

Pemukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh sebagian besar negara – negara berkembang, dimana hal tersebut timbul akibat dari jumlah penduduk yang terus meningkat tanpa adanya upaya pengendalian baik dari segi penyediaan permukiman yang layak maupun kontrol dari pertambahan jumlah penduduk tersebut (Cahya, 2012) hal tersebut sudah menjadi umum terhadap daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.

Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dijelaskan bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang ketidakteraturan bangunan serta memiliki kepadatan bangunan yang tinggi, maupun kondisi sarana dan prasarana yang tidak memnuhi syarat, sedangkan perumahan kumuh adalah rumah yang mengalami penurunan kualitas sebagai tempat hunian. Didalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah tercukupinya kebutuhan hunian layak huni bagi seluruh masyarakat dengan sistem yang berkelanjutan, sehingga terwujud kota tanpa kumuh. Pengentasan permukiman kumuh juga menjadi program utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 dalam kemasan program 100-0-100 yaitu pemenuhan kebutuhan air minum sebesar 100 %, penanganan kawasan kumuh hingga 0 % tertangani serta penyediaan sanitasi yang layak dan terjangkau sebesar 100 %.

(2)

2

Provinsi Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi di Pulau Kalimantan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi yaitu sekitar 2,58% di mana hal tersebut menunjukan bahwa Provinsi Kalimantan Timur memiliki pertumbuhan penduduk tertinggi di Pulau Kalimantan setelah Kalimantan Tengah (2,33%), Kalimantan Selatan (1,81%), dan Kalimantan Barat (1,63%) berdasarkan data yang diperoleh Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2017. Perkembangan suatu kota sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk menuntut adanya penyediaan ruang, sarana prasarana, hal ini tentu saja akan menimbulkan beberapa dampak negatif, salah satunya adalah meningkatnya permukiman kumuh (Laporan Akhir Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Jetayu Kota Pekalongan).

Balikpapan merupakan salah satu Kota yang terdapat di provinsi Kalimantan Timur. Secara administratif luas lahan kawasan perkotaan memiliki luas sebesar 50.330,57 ha atau sekitar 503,3 km2 yang terbagi menjadi 6 (enam) Kecamatan dan 34 (tiga puluh empat) Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2017 mencapai 636.012 jiwa dan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.251 jiwa/km2 (BPS Kota Balikpapan, 2018) diproyeksikan akan meningkat 50% untuk 10 tahun kedepan. Jumlah penduduk miskin di Kota Balikpapan tahun 2018 mencapai 17.086 jiwa dengan tingkat pengangguran 6,58%. Dari luas total lahan permukiman di Balikpapan sebesar 3.147,32 Ha yang diperuntukan sebagai kawasan permukiman terdapat kawasan permukiman kumuh yang dibuktikan berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kota Balikpapan Nomor 188.45-667/2014 tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Di Kota Balikpapan luas permukiman kumuh perkotaan Kota Balikpapan mencapai 282,2 Ha atau sekitar 8,97% merupakah kawasan permukiman kumuh. Banyaknnya bangunan dalam kawasan yang terdelineasi sebagai kawasan permukiman kumuh di Kota Balikpapan adalah 7.103 unit bangunan dengan tingkat kepadatan bangunan rata – rata adalah 36,48 unit/Ha (SK Walikota Balikpapan No. 188.45-667/2014). Kota Balikpapan memiliki visi untuk membangun kota yang nyaman untuk dihuni, hal ini pun didukung dengan misinya yaitu untuk menyediakan berbagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan yang salah satunya merupakan tempat hunian (Visi Pembangunan Daerah Kota Balikpapan Untuk Periode RPJMD 2016-2021). Oleh karena itu pemerintah Kota Balikpapan menargetkan bahwa pada tahun 2020, Kota

(3)

3 Balikpapan akan menjadi kota yang terbebas dari permukiman kumuh (Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Balikpapan, 2018).

Terdapat 7 (tujuh) indikator untuk menilai permukiman kumuh berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 02/PRT/M/2016, yaitu kondisi fisik bangunan, jaringan jalan, jaringan drainase, penyediaan air minum, pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan dan proteksi kebakaran. Umumnya kondisi bangunan pada kelurahan yang ditetapkan sebagai kawasan permukiman kumuh Kota Balikpapan memiliki kondisi fisik bangunan yang kurang memadai dengan bangunan semi permanen hingga non permanen lebih dari 50% dari total bangunan yang ada dan sekitar 4211 rumah tangga tidak memiliki septic tank, kondisi pengelolaan persampahan di Kota Balikpapan dapat dikatakan kurang memadai dengan melihat sampah yang dapat diangkut oleh DLH Kota Balikpapan hanya dapat mengangkut sampah hingga 250 ton/hari, sedangkan timbulan sampah perhari dari kegiatan rumah tangga mencapai 350 ton/hari, hal tersebut menyebabkan penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada dan kurangnya TPS (300 TPS, 45 TPS pejalan kaki, 112 kontainer, dan 135 gerobak) mengakibatkan warga mencari alternatif dengan membuang ke lapangan kosong, sungai ataupun laut (Dokumen Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Balikpapan, 2016). Kebutuhan air rata – rata Kota Balikpapan sebesar 1.620L/det, sedangkan kapasitas yang ada pada tahun 2018 hanya mampu menyediakan sebesar 1.190L/det, sehingga cakupan pelayanan air bersih di Kota Balikpapan memiliki presentase 76,70%, hal tersebut juga diakibatkan oleh sulitnya menyalurkan air ke permukiman di daerah perbukitan serta jika terjadi musim kemarau (Identifikasi Jurnal Ilmiah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan).

Penelitian ini cukup penting untuk dilakukan guna merumuskan strategi penanganan permukiman kumuh di Kota Balikpapan. Stragtegi tersebut sangat penting guna menciptakan kawasan perkotaan serta dapat menghilangkan kawasan kumuh perkotaan yang ada.

(4)

4

Rumusan Masalah

Kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kota Balikpapan memiliki luas hingga 282,2 Ha sesuai dengan SK Walikota yang tersebar di 12 kelurahan dengan kondisi yang kurang memadai yang ditinjau berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Kementrian PUPR. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan memberikan visualisasi buruk sebagai kawasan perkotaan Kota Balikpapan. Oleh karena itu, diperlukan upaya penanganan permukiman kumuh untuk mengendalikan pertumbuhan permukiman kumuh dan menghilangkan kawasan permukiman kumuh tersebut. Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana penanganan permukiman kumuh di Kota Balikpapan?

Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah terumuskannya strategi penanganan permukiman kumuh di Kota Balikpapan. Untuk menjawab tujuan tersebut disusun sasaran penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi munculnya permukiman kumuh.

2. Menganalisis tipologi kawasan berdasarkan tingkat kekumuhan permukiman kumuh di Kota Balikpapan.

3. Merumuskan strategi penanganan permukiman kumuh Kota Balikpapan berdasarkan tipologi kawasan.

Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan secara praktis adalah agar penelitian yang telah dilakukan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi masukan serta bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Balikpapan dalam mengambil kebijakan kedepannya serta dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya.

(5)

5

1.4.2 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan keilmuan pengembangan kawasan permukiman kumuh di Kota Balikpapan.

Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah kawasan permukiman kumuh yang ada di Kota Balikpapan meliputi 12 Kelurahan yang telah ditetapkan dalam SK kumuh Walikota. Adapun 12 Kelurahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Balikpapan Utara meliputi Kelurahan Muara Rapak. (8,47 Ha) dengan jumlah bangunan 474 unit

2. Kecamatan Balikpapan Barat yang meliputi:

a. Kelurahan Baru Ulu. (13,72 Ha) dengan jumlah bangunan 974 unit b. Kelurahan Baru Tengah. (8,75 Ha) dengan jumlah bangunan 446 unit c. Kelurahan Margomulyo. (22,73 Ha) dengan jumlah bangunan 682 unit d. Kelurahan Margasari. (20,1Ha) dengan jumlah bangunan 1266 unit 3. Kecamatan Balikpapan Selatan meliputi Kelurahan Sepinggan. (12,78 Ha)

dengan jumlah bangunan 511 unit

4. Kecamatan Balikpapan Tengah meliputi Kelurahan Karang Jati. (8,31 Ha) dengan jumlah bangunan 299 unit

5. Kecamatan Balikpapan Kota meliputi:

a. Kelurahan Klandasan Ulu. (2,97 Ha) dengan jumlah bangunan 232 unit b. Kelurahan Damai. (5,79 Ha) dengan jumlah bangunan 249 unit

c. Kelurahan Telagasari. (4,42 Ha) dengan jumlah bangunan 296 unit 6. Kecamatan Balikpapan Timur meliputi:

a. Kelurahan Manggar. (31,21 Ha) dengan jumlah bangunan 593 unit b. Kelurahan Manggar Baru. ( 27,72 Ha) dengan jumlah bangunan 1081

unit.

(6)

6

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(7)

7

(8)

8

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(9)

9

(10)

10

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(11)

11

(12)

12

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(13)

13

(14)

14

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(15)

15

(16)

16

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(17)

17

(18)

18

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(19)

19

(20)

20

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(21)

21

(22)

22

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(23)

23

(24)

24

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(25)

25

(26)

26

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(27)

27

(28)

28

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(29)

29

(30)

30

“Halaman Ini Sengaja Di Kosongkan”

(31)

31

1.5.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Fokus bahasan pada penelitian ini adalah mengenai identifikasi karakteristik serta tingkat kekumuhan permukiman kumuh dan analisis terkait kebutuhan penanganan permukiman kumuh sesuai dengan tipologi kawasannya. Setelah diketahui hal-hal tersebut dapat dilakukan perumusan strategi penanganan permukiman kumuh Kota Balikpapan.

Pembahasan tersebut dapat dilakukan dengan inventarisasi data kondisi penduduk, infrastruktur, fasilitas umum, kondisi sosial budaya serta perekonomian masyarakat yang kemudian disesuaikan dengan kriteria dan/atau teori mengenai permukiman layak huni.

1.5.3 Ruang Lingkup Substansi

Dalam penelitian ini teori-teori dan konsep yang akan digunakan adalah:

1. Teori permukiman kumuh.

2. Kriteria permukiman kumuh.

3. Kriteria permukiman layak huni.

4. Kebijakan terkait.

5. Konsep/Strategi penanganan permukiman kumuh.

6. Penelitian terdahulu.

(32)

32

Kerangka Berpikir

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Sumber: Penulis, 2019

Permukimah Kumuh di Kota Balikpapan

Permukimah Layak Huni:

1. Ketersediaan air bersih memadai.

2. Pembuangan air hujan dan kotoran yang baik.

3. Penempatan utilitas yang mudah dicapai.

4. Pembuangan sampah yang terintegrasi.

5. Tersedianya sarana pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, peribadatan.

6. Dan lain - lain.

Kualitas Permukiman yang Kurang Memadai (eksisting),

seperti kebutuhan air yang belum tercukupi dengan tingkat

pelayanan 76% dan rata – rata bangunan terdiri dari bangunan

semi/non permanen hingga 50% serta kualitas sanitasi yang

kurang memadai.

Faktor – faktor yang mempengaruhi munculnya permukiman kumuh

Tingkat kekumuhan permukiman kumuh di Kota Balikpapan

Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Kota Balikpapan Berdasarkan Tipologi Kawasan

Kebijakan terkait penanganan permukiman kumuh

dan penelitian terdahulu.

Bagaimana penanganan permukiman kumuh di kota Balikpapan

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir  Sumber: Penulis, 2019

Referensi

Dokumen terkait

Kepadatan Bangunan, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk,dan kemudian data Hasil responden terhadap Faktor timbulnya Permukiman Kumuh di tinjau dari kondisi non Fisik