BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu dari panca indra yang memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai organ penglihatan. Jika terjadi gangguan pada mata atau penyakit mata, maka akan sangat menggangu dan jika tidak ditindaklanjuti dapat berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia. Jadi sudah mestinya mata merupakan anggota tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan sehari- hari (Ongko, 2014).
Kelainan refraksi mata merupakan gangguan mata yang sering terjadi pada seseorang. Gangguan ini terjadi ketika mata tidak dapat melihat/ fokus dengan jelas pada suatu area terbuka sehingga pandangan menjadi kabur dan untuk kasus yang parah, gangguan ini dapat menjadikan visual impairment (melemahnya penglihatan). Kelainan refraksi yang umum terjadi antara lain miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisme. Selain itu, gangguan presbiopia kadang juga dimasukkan ke dalam golongan kelainan refraksi (Ruther et al., 2019). Miopia atau rabun jauh merupakan suatu kondisi dimana cahaya yang memasuki mata terfokus di depan retina sehingga membuat objek yang jauh terlihat kabur (James, 2006). Miopia meliliki prevalensi kejadian yang tinggi di dunia. Di Asia 70-90%, Eropa 30-40%, dan Amerika 10- 20%. Khusus di Indonesia prevalensinya mencapai 22,1%. Adapun di Sulawesi
Selatan menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) sebesar 11,4%. Miopia merupakan salah satu penyebab penurunan tajam penglihatan pada anak-anak berusia 8-12 tahun. Antara usia 13-19 tahun, ketika tubuh mengalami pertumbuhan yang pesat, miopia semakin memburuk (Handriani, Rika, 2016).
Faktor resiko yang berhubungan dengan aktivitas jarak dekat, seperti membaca, menulis, menggunakan komputer dan bermain video game. Selain aktivitas, miopia juga berhubungan dengan genetik. Anak dengan orang tua yang miopia cenderung mengalami miopia. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah 32,9%, sedangkan 18,2% pada anak dengan salah satu orang tua yang miopia dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (Correa & Montero, 2013).
Tekanan intraokuler merupakan suatu pemeriksaan mendasar dalam pemeriksaan Oftalmologi. Tekanan TIO pada umumnya berkisar 11- 20 mmHg dengan nilai rata-rata 15-16 mHg. Tekanan intraokular (TIO) adalah salah satu dari beberapa faktor terlibat dalam patogenesis miopia. Pada umumnya miopia tinggi terkait dengan TIO menunjukan adanya peningkatan TIO seiring dengan bertambahnya tingkat derajat pada mata miopia. Keterkaitan peningkatan TIO merupakan suatu ukuran penting dikarenakan kejadian tersebut, dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit mata seperti glaukoma. (Vaughan et al, 2009; Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan hasil penelitian di BKMM bahwa dari 160 sampel, sebanyak 145 (90.6%) mengalami TIO normal/rendah sedangkan sebanyak 15 (9.4%) yang mengalami TIO tinggi. Berdasarkan derajat miopia ditemukan jumlah penderita miopia terbanyak yakni miopia ringan
berjumlah 96 (60.0%), miopia sedang berjumlah 50 (31.3%) dan miopia berat berjumlah 14 (8.8%) (Elviseyana Hani et al., 2022).
Pedagang merupakan salah satu pekerjaan yang sering di temukan di berbagai tempat dan berbagai daerah, baik itu pedagang toko atau pedagang kaki lima.
Pedagang kaki lima biasanya sering berkeliling tempat seperti pedagang nasi goreng keliling, aci telor bakso dll, dan ada juga pedagang kaki lima yang diam di suatu tempat. Pedagang kaki lima yang berkeliling maupun yang diam di tempat merupakan pekerjaan yang cukup lelah, baik lelah fisik maupun mata karena bekerja dari pagi, siang, sore bahkan sampai malam. Ada beberapa macam pedagang di daerah Mayawati yaitu, pedagang keliling, pedagang setempat, dan pedagang toko. masing masing mempunyai kegiatan bekerja nya berbeda beda. Pedagang keliling sering berkeliling dari pagi, siang sore, dan sampai malam yang menyebabkan mata lelah dan tidak berakomodasi begitupun dengan pedagang toko. Aktivitas pedagang toko dan pedagang setempat adalah menunggu pembeli yang datang ke tempat pedagangnya. Pedagang toko sering menggunakan gadget ketika dagangannya tidak ada pembeli dan pencahayaan yang sangat kurang di sekitar dagangan nya sehingga mata harus berakomodasi tinggi dan bermain gadget dengan jarak yang dekat. fenomena yang ditemukan diantaranya pedagang jam mengeluh mata nya buram ketika melihat jauh, ketika di anamnesa orang tersebut sering melakukan aktifitas jarak dengan dengan waktu yang lama karena pekerjaan nya sebagai pedagang jam dan orang tersebut belum pernah menggunakan kacamata, setelah di periksa orang tersebut mengalami kelainan refraksi miopia. Peneliti memilih pedagang kaki lima
dikarenakan pedagang kaki lima jarang sekali ada yang melakukan penelitian ke pedagang tentang kelainan refraksi sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah Mayawati.
Sehubungan dengan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui
“Gambaran Kelainan Refraksi Miopia pada Pedagang di Daerah Mayawati Kota Sukabumi”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, identifikasi masalah dari peneliti yaitu bagaimana gambaran kelaian refraksi miopia pada pedagang di daerah Mayawati kota Sukabumi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kelainan refraksi miopia pada pedagang kaki lima di daerah Mayawati Kota Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kelainan refraksi miopia pada pedagang dari riwayat keluarga
b. Mengetahui gambaran kelainan refraksi miopia dari usia dan jenis kelamin
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis di harapkan dapat menambah kekayaan bahan ajar khususnya dalam ilmu refaraksi klinik
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan bisa menambah pemahaman peneliti terhadap gambaran kelainan refraksi miopia.
b. Manfaat Bagi Profesi Optometri
Dengan penelitian ini di harapkan bisa menjadi masukan dan mengembangkan ilmu dan skill bagi ruang lingkup profesi Optometri c. Manfaat Bagi Institusi
Dengan Karya Tulis Ilmuah ini diharapkan memberikan manfaat bagi keilmuan optometri dan menjadi salah satu rujukan referensi penelitian d. Manfaat Bagi Pedagang
Dengan penelitian ini diharapkan Pedagang kaki lima bisa lebih peduli terhadap kesehatan mata khususnya para pedagang yang memiliki riwayat miopia dari orang tua atau keturunan.
E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Masalah
Masalah pokok dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah mengenai gambaran kelainan refraksi miopia pada pedagang kaki lima di daerah Mayawati Kota Sukabumi
2. Ruang Lingkup Metode
Ruang lingkup metode ini menggunakan metode Deskriptif kuantitatif 3. Ruang Lingkup Keilmuan
Ruang Lingkup keilmuan dalam karya tulis ilmiah ini yaitu merujuk pada keilmuan refraksi klinik
4. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu
Penelitian karya tulis ilmiah ini dilakukan pada bulan Maret – Mei tahun 2022 kepada Pedagang kaki lima di Mayawati Atas Kota Sukabumi