• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik, psikologis dan perilaku secara maksimal. Masa ini juga merupakan masa persiapan untuk memegang tanggung jawab yang lebih besar, masa eksplorasi dan memperluas wawasan, memantapkan kesehatan sepanjang perkembangan lebih lanjut. Kesehatan remaja tergantung pada beberapa factor yang kompleks yaitu: keadaan social ekonomi, lingkungan, dimana remaja hidup dan berkembang, kualitas hubungan dalam keluarga, masyarakat dan teman selama remaja dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan. (Petrucci, 2008).

Remaja sebagai salah satu subyek dari kesehatan reproduksi, merupakan kelompok yang beresiko tinggi untuk mengalami gangguan dalam kesehatan reproduksinya, oleh sebab itu perhatian terhadap kualitas ketahanan remaja Indonesia menghadapi era globalisasi harus ditingkatkan. Hal ini berarti bahwa remaja berhak mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksinya. Orang tua dan keluarga merupakan pihak pertama yang bertanggung jawab memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja, namun pada kenyataannya peran orang tua sangat kecil sekali dalam hal ini. Orang tua kurang memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada putri-putrinya (Petrucci, 2008)

(2)

Pubertas pada umumnya didefinisikan sebagai saat dimana seorang anak mengalami pematangan secara fisik dan seksual. Pada anak perempuan ditandai dengan menstruasi pertama kali (Menarche) (BKKBN, 2013). Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 11-16 tahun atau pada masa awal terjadi di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menstruasi adalah pendarahan periodic dan siklik dari uterus disertai pengelupasan (deskuamasi) endometrium. Menarche merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat tabu untuk membicarakan tentang masalah menstruasi dalam keluarga, sehingga remaja awal kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis terkait menarche.

Pengetahuan tentang menstruasi sangat dibututuhkan oleh remaja putri. Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan itu adalah kurangnya personal hygiene sehingga beresiko untuk terjadinya infeksi pada saluran kemih.

(Misaroh S, Proverawati A, 2018)

Peran adalah merupakan cakupan harapan atau standar perilaku yang telah diterima di dalam keluarga, komunitas, dan kultur. Setiap peran mencakup pemenuhan harapan tertentu dari orang lain. Pemenuhan harapan ini mengarah pada penghargaan. Ketidakberhasilan untuk memenuhi harapan ini menyebabkan tidak terima. Sebagaian besar individu mempunyai lebih dari satu peran. Peran yang umum termasuk peran sebagai ibu atau ayah (orang tua), istri atau suami, anak perempuan atau anak laki-laki. Seseorang yang telah melaksanakan hak dan

(3)

kewajiban dapat juga dikatakan telah menjalankan suatu peran (Notoatmojo, 2014).

Orang tua sebaiknya meluangkan waktunya untuk anaknya karena orang tua mempunyai tanggung jawab dalam memberikan penjelasan atau informasi mengenahi menstruasi kepada anak perempuannya agar anak lebih mengerti dan siap menghadapi menarche (Mayangsari, 2015). Berdasarkan hasil penelitian Nagar, (2010) tentang pengetahuan remaja Meghalaya (India) tentang menstruasi menunjukan bahwa sebanyak 50% pengetahuan tentang menstruasi diperoleh remaja dari teman, 36% pengetahuan tentang menstruasi diperoleh dari ibu dan 19% diperoleh dari keluarga.

Usia menstruasi pertama (menarche) anak perempuan di dunia adalah 12,4 tahun sedangkan di Indonesia terjadi pada umur 12,5 sampai 13 tahun (Benedikta, 2017) Usia datangnya menarche dapat dipengaruhi oleh faktor psikososial dan biologis, gizi yang baik akan dapat mempercepat datangnya menarche (Lestari, 2015). Haid pertama atau menarche dapat menimbulkan reaksi yang positif dan juga negatif bagi masa remaja putri. Mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Hurlock, 2007).

Namun tidak semua remaja putri mengerti tentang menarche, kebanyakan remaja putri hanya menganggap bahwa menstruasi adalah hal yang tidak menyenangkan.

(4)

Menurut Fajri & Khairani (2010) menjelaskan bahwa anak saat menghadapi menarche yaitu merasa takut , kaget, sedih, malu, cemas dan lain- lain. Selain itu perasaan negatif yang dialami ada juga anak yang merasa senang atau biasa saja saat menghadapi menarche. Kesiapan mental sangatlah diperlukan, karena perasaan cemas dan takut akan muncul bila kurangnya pemahaman remaja putri tentang menarche. remaja perlu persiapkan dalam menghadapi datangnya menarche (Sukarni & Wahyu, 2013).

Dalam mempersiapkan datangnya menarche memerlukan dukungan, baik dukungan secara emosional, informasi, penghargaan dan instrumental. Dukungan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan keluarga (orang tua), lingkungan sekolah (guru), lingkungan teman sebaya, dan lingkungan masyarakat (sosial budaya dan media massa). Lingkungan dalam keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak (Aryani, 2010).

Menurut Lestari, (2012) dukungan orang tua adalah sebagian dari interaksi yang dikembangkan oleh orang tua dalam melakukan perawatan, kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Orang tua merupakan satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung dan mengoptimalkan potensi anak. Sikap dan perilaku orang tua merupakan panutan di dalam membentuk sikap dan perilaku anak. Kasih sayang dan disiplin orang tua merupakan pengalaman yang penting. Kesatuan pandangan dan tujuan pendidikan Islamdari ibu, ayah merupakan landasan penting bagi perkembangan anak (Siswanto, 2010).

(5)

Jika seorang remaja tidak diberikan pemahaman tentang menarche dan tidak dipersiapkan untuk menghadapi menarche akan timbul perasaan atau keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut, pada remaja terkadang akan timbul anggapan yang salah tentang menstruasi, mereka akan beranggapan menstruasi itu sesuatu yang kotor, tidak suci, najis dan ternoda. Terkadang mereka akan beranggapan akan mati karena banyak darah yang keluar dari vagina (Mansur, Budiarti, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 29 juli 2022 di Kecamatan Kiaracondong Kelurahan Babakan Surabaya kepada ketua Rw. Hasil didapatkan sebanyak 5 remaja yang mengalami menarche. Seorang remaja mengalami menarche pada saat bermain, remaja tersebut beranggapan bahwa dirinya sedang buang air besar di rok karena merasa lembab pada bagian anus hingga vagina, sehingga remaja tersebut merasa malu, bingung, takut dan remaja tersebut tidak mau keluar rumah untuk melanjutkan bermain. Selain itu, 1 orang remaja yang mengalami menarche pada saat bermain remaja itu merasa risih karena rok yang dipakai basah karena menarche sehingga esok harinya siswi tersebut tidak mau ikut bermain karena merasa malu dan takut di ejek oleh teman-teman lainnya.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara kepada orang tua sebanyak 5 orang di Kecamatan Kiaracondong Kelurahan Babakan Surabaya dengan hasil wawancara terdapat 1 orang yang menyatakan sudah memebrikan informasi tentang menarche, dan 3 orang tua yang menyatakan belum memberikan informasi tentang menarche kepada anaknya.

(6)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang “Peran orang tua dalam menghadapi menarche pada remaja putri usia 10-14 tahun di Kecamatan Kiaracondong Kelurahan Babakan Surabaya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimana peran orang tua pada remaja putri usia 10-14 tahun di Kecamatan Kiaracondong Kelurahan Babakan Surabaya di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran orang tua dalam menghadapi menarche bagi remaja putri usia 10-14 tahun di Kecamatan Kiaracondong Kelurahan Babakan Surayaba

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi peran orang tua dalam fungsi afektif 2. Mengidentfikasi peran orang tua dalam fungsi sosialisasi 3. Mengidentifikasi peran orang tua dalam fungsi reproduksi

4. Mengidentifikasi peran orang tua dalam fungsi perawatan keluarga

(7)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Hasil penelitian sebagai bahan referensi kepustakaan dan sumbangan ilmu dalam memperbanyak ilmu pengetahuan serta merupakan acuan bagi penelitian berikutnya.

2. Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan mereka agar bisa mengetahui peran orangtua dalam menghadapi menarche pada anak.

3. Bagi Perawat

Dapat menyiapkan calon perawat yang dapat berkompeten dan berpendidikan tinggi dalam menganalisa peran orang dalam menarche bagi remaja putri

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Karya tulis ini dapat menjadi referensi bagi rekan mahasiswa yang ingin meneliti atau melakukan penelitian tentang factor-faktor yang mempengaruhi peran orang tua

Referensi

Dokumen terkait

dalam pembinaan akhlak peserta didik, peran guru pendidikan agama Islam di sekolah. dan orang tua dirumah sudah cukup optimal namun pada kenyataannya

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku merokok remaja adalah orang tua... keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok atau

Artinya: Ibu adalah tempat belajar yang pertama (al-Hadits). Orang tua dalam keluarga memiliki peran dan tanggung jawab terhadap anak. Peran dan tanggung jawab tersebut

baiknya dari orang yang lebih dewasa dan bertanggung jawab terhadap jiwa para remaja yang menurut kodratnya terbuka terhadap pengaruh dari luar. Tidak jarang para remaja

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Orang Tua Dalam Membina Etika Bermasyarakat Pada Anak Remaja Di Desa Anjir

Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Izzati (2017) yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Peran Orang Tua dengan Perilaku Cyberbullying Pada

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

Strategi komunikasi digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan orang tua dalam mencegah seks pranikah pada remaja karena dalam konteks keluarga, komunikasi merupakan suatu hal yang