• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek pada dirinya dalam keadaan tidak terganggu baik tubuh, psikis, maupun sosial. Apabila fisiknya sehat, maka mental atau jiwa dan sosial sehat, demikian pula sebaliknya jika mentalnya terganggu atau sakit maka fisik dan sosialnya pun akan sakit (Hidayat, 2012). Maka dari itu pentingnya kesehatan deteksi dini kekambuhan gangguan jiwa yaitu untuk mengetahui dan menanggulangi kekambuhan gangguan jiwa secara dini dari tanda dan gejala yang muncul, selain itu juga merupakan awal usaha dalam memberikan kondisi yang kondusif bagi pasien.

Deteksi dini juga berfungsi meningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental pasien dan keluarganya sebagai sumber problem mengenai persoalan kejiwaan (Notosoedirjo dan Latipun, 2009). Pengetahuan yang terbatas mengenai penyebab, gejala dan penyakit jiwa akan membuat individu merasa bahwa penyakit jiwa berasal dari roh-roh jahat, kutukan, hukuman atau bagian dari garis keturunan, padahal penyakit jiwa tersebut berasal dari individu itu sendiri (Chen, 2016)

Adapun pengertian dari kesehatan jiwa itu sendiri yaitu kondisi kesehatan emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan intrapersonal

(2)

yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kesehatan emosional (Videbeck, 2009). Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (Kusumawati, 2010).

Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

Sedangkan perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan sering disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2011). Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan kepada diri sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan (Depkes RI, 2015).

Departemen kesehatan dan WHO pada tahun 2010 memperkirakan masalah gangguan jiwa tidak kurang dari 450 juta penderita yang ditemukan didunia. Khususnya Indonesia mencapai 2,5 juta atau 60 % yang terdiri dari pasien perilaku kekerasan. Setiap tahunnya lebih dari 1,6 juta orang meninggal dunia akibat perilaku kekerasan, terutama pada laki-laki yang berusia 14 - 44 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

(3)

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil.

Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi rukun tetangga yang pernah memasung asisten rumah tangga gangguan jiwa berat 14,3 % dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuantil indeks kepemilikan terbawah (19,5%).

Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6 %.

Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Provinsi Sumatera Barat merupakan peringkat sembilan mencapai angka 1,9 juta. Di Sumatera Barat gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan juga menggalami peningkatan dari 2,8 % meningkat menjadi 3,9% (Riskerdas, 2013). Di Jawa Barat sendiri orang dengan gangguan jiwa berat ada sekitar 5% dari jumlah penduduk Jawa Barat seluruhnya (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan observasi data rekam medis di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung pada tahun 2017 sampai tahun 2018 tercatat bahwa jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan sebanyak 7.610 orang, kasus terbanyak pertama adalah depresi dengan rincian rawat inap dan rawat jalan sebanyak 3.747 orang, kasus kedua terbanyak adalah skizofrenia dengan halusinasi sebanyak 1.276 orang, kasus skizofrenia dengan waham sebanyak 1.205 orang, kasus bipolar sebanyak 914 orang, kasus penderita dengan dimensi sebanyak 486 orang. Kasus skizofrenia dengan halusinasi di Klinik

(4)

Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung terbanyak yaitu halusinasi pendengaran di bandingkan dengan halusinasi penglihatan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas Penulis tertarik untuk melihat

“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny.M dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung?”.

C. TUJUAN PENULISAN TUGAS AKHIR

1. Tujuan Umum

Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Perilaku Kekerasan di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu agar penulis mampu :

a. Mengetahui pengkajian pada pasien Ny. M dengan Perilaku Kekerasan di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung.

b. Mengetahui cara menegakan diagnosa keperawatan pada pasien Ny.M dengan Perilaku Kekerasan di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung.

c. Mengetahui intervensi keperawatan pada pasien Ny. M dengan Perilaku Kekerasan di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung.

(5)

d. Mengetahui implementasi keperawatan pada pasien Ny. M dengan Perilaku Kekerasan di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung.

e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dengan Perilaku di Klinik Utama Kesehatan Jiwa Nur Ilahi Kota Bandung.

D. MANFAAT PENULISAN TUGAS AKHIR

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan informasi tentang Asuhan Keperawatan Jiwa khususnya masalah Perilaku Kekerasan.

2. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan penulis tentang Asuhan Keperawatan Jiwa mengenai masalah Perilaku Kekerasan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh di bangku kuliah serta penggalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan.

3. Institusi Pendidikan

Sebagai acuan dan tambahan referensi mengenai Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Pasien Perilaku Kekerasan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil rekap data kepuasan pasien di bagian pendaftaran rawat jalan didapati data : Tabel 1.2 Kepuasan Pasien Rawat Jalan Tahun 2021 No Bulan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Jumlah