• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN TUBEX DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD KOTA KENDARI - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN TUBEX DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI RSUD KOTA KENDARI - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi. Demam tifoid merupakan permasalahan kesehatan yang penularannya sulit untuk diatasi. Faktor penyebab demam tifoid adalah karena banyaknya jumlah penduduk, kondisi lingkungan, kondisi air serta kebersihan lingkungan yang buruk. Serta penularan dari makanan dan minuman kemasan yang pedoman higienitas dari perusahaannya kurang baik sehingga bakteri dengan mudah menyebar. Gejala klinisnya demam > 37°C, gangguan pencernaan mual, muntah, nyeri perut atau tanpa gangguan kesadaraan. Untuk mengurangi jumlah kasus yang tinggi saat ini, diperlukan diagnosis demam tifoid yang akurat keterlambatan dapat memperburuk kondisi pasien (Wardhani, 2021).

Jumlah kasus demam tifoid diseluruh dunia terdapat 21 juta kasus dengan 128.000 sampai dengan 161.000 kematian setiap tahun, kasus terbanyak terdapat di Asia Tenggara. Di Indonesia prevalensi demam tifoid 1,6%, berkisar antara 350-810/100.000 penduduk. Di Indonesia sendiri penyakit demam tifoid merupakan penyakit epidemik yang menempati urutan ke 10 di yang telah menyebabkan kematian sebesar 3,3 % dari seluruh jumlah kematian. Kasus demam tifoid terbanyak di Indonesia ditemukan di Jakarta 182,5 kasus dan rata-rata yang terkena infeksi demam tifoid berusia sekitar 3 - 19 tahun sebanyak 64% (Khairunnisa, 2020).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara angka kejadian kasus Demam tifoid di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 berjumlah 4.644 kasus yang tersebar di seluruh Kabupaten dan Kota dengan prevalensi yang berbeda-beda di setiap tempat. Prevalensi Demam tifoid di Kota Kendari menempati urutan pertama di Sulawesi Tenggara dengan angka kejadian kasus sebanyak 1.311 atau 28,22 %. Pada tahun 2017 kasus demam tifoid berjumlah 234 orang, pada tahun 2018 kasus demam tifoid

(2)

2

berjumlah 223 orang, dan pada tahun 2019 berjumlah 331 orang. Angka ini menunjukkan bahwa pravalensi demam tifoid mengalami peningkatan setiap tahun (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2019).

Berdasarkan data RSUD Kota Kendari kasus demam tifoid, pada tahun 2020 pasien demam tifoid rawat jalan berjumlah 47 orang dan rawat inap berjumlah 69 orang. Pada tahun 2021 pasien demam tifoid rawat jalan berjumlah 38 orang dan rawat inap berjumlah 83 orang. Pada tahun 2022 pasien demam tifoid rawat jalan berjumlah 40 orang dan rawat inap berjumlah 89 orang. Dan pada tahun 2023 dibulan Januari dan Mei rawat jalan berjumlah 17 dan rawat inap 42 (Profil RSUD Kota Kendari, 2023).

Sebagian kasus demam tifoid dapat berakhir dengan kematian.

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang, termasuk pemeriksaan laboratorium. Dalam diagnosis demam tifoid, pemeriksaan laboratorium meliputi: tubex,widal, Enzym immunoessay (EIA), Enzyme-linked immunoessay (ELISA), dan dipstik. Pemeriksaan laboratorium yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan serologi diantaranya adalah pemeriksaan widal. Pemeriksaan uji laboraturium masih banyak yang menggunkan widal hingga saat ini, karena uji widal akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid. Berbagai metode diagnostik masih terus dikembangkan untuk mencari yang cepat, dan mudah dilakukan dengan sensitifitas dan spesitifitas yang tinggi (Murzalina, 2019).

Tubex merupakan tes serologi yang mendeteksi immunoglobulin M (IgM) dalam melawan antigen spesifik O9 Salmonella Typhi. Tes ini menggunakan metode aglutinasi kompetitif semi kuantitatif dengan partikel berwarna sebagai tolak ukur penegakan diagnosis. Tes tubex berpotensi menjadi pemeriksaan yang ideal dan dapat digunakan untuk pemeriksaan rutin karena kecepatan, kemudahan, dan kesederhanaannya, terutama di negara berkembang. Tes ini memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik 75-90% yang relatif tinggi. Meskipun tidak secara spesifik mengidentifikasi Salmonella Typhi, hasil tes tubex positif menunjukkan infeksi Salmonella

(3)

3

Serogrup D, sedangkan hasil tes tubex negatif dapat menunjukkan infeksi Salmonella Paratyphi atau penyakit lain (Ilham dkk, 2017).

Widal merupakan pemeriksaan imunoserologi yang berdasarkan pada prinsip aglutinasi, yaitu reaksi ikatan antara antibodi dan antigen. Pada interpretasinya, hasil ditandai dengan terbentuknya aglutinasi yang dikatakan positif dan tidak terbentuk aglutinasi yang dikatakan negatif . Uji serologi ini cepat, mudah dilakukan, relatif murah dan pemeriksaan widal sangat umum digunakan. Namun, pemeriksaan ini hanya memiliki spesifisitas dan sensitifitas 60-80% karena pengaruh berbagai faktor serta manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi atau titer agglutinin diberbagai laboraturium (Renowati, 2019).

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran pemeriksaan tubex dan widal pada penderita demam tifoid di RSUD Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan tubex dan widal pada penderita demam tifoid?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan tubex dan widal pada penderita demam tifoid di RSUD Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan tubex pada penderita demam tifoid.

b. Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan widal pada penderita demam tifoid

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

a. Meningkatkan wawasan pengetahuan peneliti.

(4)

4

b. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di program studi Teknologi Laboratrium Medis Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Bagi institusi

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan tentang gambaran hasil pemeriksaan tubex dan widal dalam mendiagnosa demam tifoid yang cepat dan akurat.

3. Bagi tempat penelitian

Dapat menjadi tempat sumber informasi tentang gambaran hasil pemeriksaan tubex dan widal pada penderita demam tifoid.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Manfaat bagi tempat peneliti lain yaitu dapat menjadi sumber bertambahnya ilmu pengetahuan, referensi, ataupun acuan bagi peneliti lain tentang gambaran hasil pemeriksaan tubex dan widal pada penderita demam tifoid.

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosis Banding Demam berdarah dengue, Malaria, Leptospirosis, infeksi saluran kemih, Hepatitis A, sepsis, Tuberkulosis milier, endokarditis infektif, demam rematik akut, abses