• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi yang diambil adalah semua pasien suspek demam tifoid dengan jumlah sampel sebanyak 50 sampel

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Populasi yang diambil adalah semua pasien suspek demam tifoid dengan jumlah sampel sebanyak 50 sampel"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi Instansi Pendidikan
  • Bagi Masyarakat
  • Bagi Peneliti

TINJAUAN PUSTAKA

Demam Tifoid

  • Definisi
  • Salmonella Typhi
  • Epidemiologi
  • Patogenesis
  • Etiologi
  • Gejala Klinis

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella entericia, terutama disebabkan oleh Salmonella typhi (Alba, 2016). Komplikasi lebih sering terjadi pada individu yang tidak diobati, menyebabkan perdarahan dan perforasi usus atau infeksi feses, misalnya abses visceral (Naveed dan Ahmed, 2016). Salmonella typhi adalah bakteri Gram-negatif yang menyebabkan spektrum sindrom klinis yang berbeda, termasuk gastroenteritis, demam enterik, bakteremia, infeksi endovaskular, dan infeksi tinja seperti osteomielitis dan abses (Naveed dan Ahmed, 2016).

Bakteri Salmonella typhi memiliki sel berbentuk batang berukuran sekitar 0.7-1.5 pm x 14.0-17.0 pm, bakteri ini bersifat gram negatif, sehingga memiliki komponen lapisan luar yang tersusun atas LPS (lipopolysaccharides) dan berfungsi sebagai endotoksin, bergerak dengan bantuan peritrichous flagela, tidak membentuk spora. Demam tifoid merupakan penyakit menular yang terjadi di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis, dimana kualitas air tidak memadai dan higienitas dan sanitasi yang jauh dari rendah, bahkan telah menjadi endemik di Indonesia sendiri (Putra A., 2012) . Jumlah infeksi bakteri Salmonella typhi yang dapat menyebabkan tifus dengan kisaran antar organisme.

Tifus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dapat ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran manusia yang mengandung bakteri Salmonella typhi. Bakteri yang tertelan bersama makanan kemudian berhasil melewati lambung akan masuk melalui lapisan epitel usus dan kemudian berkembang biak di makrofag. Begitu bakteri memasuki aliran darah, mereka kemudian memasuki organ, terutama hati dan sumsum tulang.

Selain itu, proses pelepasan bakteri dan endotoksin ke dalam aliran darah menyebabkan bakteremia kedua.Bakteri di hati kemudian akan masuk kembali ke usus kecil, mengakibatkan infeksi, dan beberapa bakteri ini akan dikeluarkan bersama feses. . Gejala selama masa inkubasi dapat berupa demam, sakit perut dan diare (Totora et al., 2013). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negatif yang bersifat motil, bersifat aerobik dan tidak membentuk spora yang menghasilkan endotoksin yang dapat merusak usus halus.

Bakteri Salmonella typhi memiliki beberapa komponen antigenik, yaitu antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan antigen Flagela (H) spesifik kelompok, yang merupakan komponen protein di dalam flagela dan spesifik spesies (Putra, 2012). Tifoid dapat diikuti dengan gejala atipikal lainnya seperti diare atau batuk, pada kasus yang berat dapat disertai dengan gangguan kesadaran. Gejala tifus mengakibatkan tiga penyakit yaitu demam berkepanjangan, gangguan pada sistem pencernaan dan gangguan kesadaran (Widoyono, 2011).

Leukosit

  • Definisi
  • Fungsi Leukosit
  • Struktur sel Leukosit
  • Kelainan Pada Leukosit
  • Hubungan Leukosit Dengan Demam Tifoid

Leukosit yang berperan ini adalah basofil yang menghasilkan heparin, sehingga memungkinkan untuk mencegah pembentukan bekuan darah pada pembuluh darah. Butiran ini memiliki kemampuan mengikat pewarna yang berbeda, misalnya eosinofil memiliki butiran merah cerah, basofil berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat. Sedangkan agranulosit merupakan bagian dari sel darah putih yang memiliki inti sel tunggal dan tidak memiliki butiran di dalam sitoplasmanya.

Leukositosis, yaitu peningkatan jumlah sel darah putih, penyebab tersering adalah infeksi, obat-obatan seperti prednisone atau leukemia. Penyakit granulomatosa kronis adalah kelainan di mana jenis sel darah putih tertentu (neutrofil, monosit, makrofag) tidak dapat berfungsi dengan baik. Defisiensi adhesi leukosit adalah kelainan di mana sel darah putih tidak dapat bergerak ke area infeksi.

Bila jumlah leukosit dalam tubuh terlalu tinggi (leukositosis), hal ini dapat menandakan adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, penyakit pada sumsum tulang, yang menyebabkan produksi leukosit menjadi tidak normal. Selain itu, kadar leukosit juga dapat berada di bawah normal yaitu kurang dari 3.500/mm³ akibat penyakit autoimun, infeksi virus, kanker dan dapat juga akibat obat-obatan yang dapat merusak sel leukosit (Setiyawan D, 2018). Minggu ketiga adalah minggu komplikasi dan ditandai dengan respons peradangan usus yang lebih intens terkait dengan nekrosis yang dapat menyebabkan.

Leukosit diproduksi atau dihasilkan di dalam sumsum tulang dan berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Jika bakteri tersebut sampai ke sumsum tulang maka akan menghambat pembentukan sel leukosit, hal ini juga disebabkan oleh endotoksin bakteri yang terjadi pada kasus demam tifoid.

METODE PENELITIAN

  • Jenis/ Desain Penelitian
  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Populasi dan Sampel
    • Populasi
    • Sampel
  • Persiapan Penelitian
    • Persiapan Alat
    • Persiapan Sampel dan Bahan
  • Prosedur Penelitian
    • Prosedur Pengambilan Sampel
    • Prosedur Hitung Jumlah Leukosit dengan Hematologi
    • Prinsip Kerja Hematologi Analyzer
  • Jenis dan Cara Pengumpulan Data
  • Pengolahan dan Analisa Data

Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer karena penelitian ini diperoleh dari pemeriksaan darah pasien demam tifoid di RSUD Padang Panjang. Berdasarkan Tabel 4.2, jumlah leukosit pada pasien demam tifoid sebagian besar memiliki jumlah leukosit normal sebanyak 27 orang (54%), ada yang rendah dan ada yang tinggi. Berdasarkan Tabel 4.4 jumlah leukosit pada penderita demam tifoid berdasarkan jenis kelamin, dibawah normal (<5.000/mm3) kebanyakan terjadi pada wanita, nilai normal mm3) kebanyakan pada laki-laki, dan diatas normal (>10.000/mm3) keduanya memiliki jumlah laki-laki dan perempuan seimbang.

Dari tabel hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Maret – Juni 2021 di laboratorium RSUD Padang Panjang, didapatkan sebanyak 50 sampel pasien tifoid yang mayoritas pasien berusia antara 21 sampai 50 tahun (70%), berjenis kelamin laki-laki (52). %), Mengenai jumlah leukosit pasien tifus, mayoritas jumlah leukosit normal adalah mm3 (54%). Menurut penelitian (Okky Purnia Pramitasari, 2013), persentase kasus demam tifoid tertinggi terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pada penderita demam tifoid, jumlah leukosit yang tinggi diduga karena adanya infeksi pada tubuh penderita, baik akibat infeksi bakteri, virus, maupun parasit.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah leukosit pada penderita demam tifoid adalah adanya infeksi pada tubuh penderita, selain itu trauma dan stress juga dapat meningkatkan jumlah leukosit (Haldar, 2009). Pada usia 5-14 tahun, usia anak yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan kebiasaan ngemil yang asal-asalan, sehingga dapat menyebabkan demam tifoid. Demam tifoid merupakan penyakit yang banyak ditemukan di negara berkembang dengan iklim tropis dan subtropis.Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia.

Frekuensi penderita tifus menurut umur dan jenis kelamin terbanyak adalah 35 orang (70%) berumur 21-50 tahun dan 26 orang (52%) berjenis kelamin laki-laki. Rata-rata jumlah leukosit terbanyak pada penderita demam tifoid di bawah normal (<5.000/mm3) pada usia 21-50 tahun jenis kelamin laki-laki, nilai normal mm3) pada usia 21-50 tahun jenis kelamin laki-laki dan nilai ​​di atas normal (>10.000/mm3) pada usia 51-80 tahun, pria dan wanita memiliki angka yang sama. Hubungan antara higiene lingkungan, higiene perorangan dan karakteristik individu dengan kejadian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Gambaran jumlah leukosit dan trombosit pada pasien suspek demam tifoid di Program Studi D3 RS Dr M Teknologi Laboratorium Medik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia. Hubungan lama demam dengan kadar leukosit pada penderita demam tifoid pada anak usia 5-10 tahun dirawat di RS Al-Ihsan periode Januari-Desember 2014 Demam tifoid pada anak di bawah 5 tahun di Bagian Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pembahasan

Distribusi jumlah leukosit sebagian besar normal (mm3) pada 27 subjek (54%), namun ada juga yang di bawah normal dan di atas normal.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Diakses pada 20 Maret 2021, dari https://www.halodoc.com/artikel/inilah-kelainan-darah-terkait-sel-darah-putih.

Gambar 1. Persiapan Alat dan Bahan
Gambar 1. Persiapan Alat dan Bahan

Gambar

Gambar 2.1.2 salmonella typhi, Sumber: Archer J, CDC, 2013
Gambar 2.2.1 Leukosit, Sumber: Doktersehat.com
Tabel  4.1 Distribusi  Frekuensi  Pasien  Demam Tifoid  Berdasarkan Umur  dan Jenis Kelamin
Tabel 4.2  Distribusi frekuensi jumlah leukosit pada pasien suspek demam  tifoid
+6

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini didapat langsung dari pengisian kuesioner (angket) yang diberikan kepada responden dalam bentuk pertanyaan tertutup yang kemudian akan dijawab