• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan medis yang adil dan tidak memihak merupakan salah satu cara untuk mewujudkan hak setiap orang atas kesehatan. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), seluruh masyarakat Indonesia yang terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berhak atas manfaat kesehatan. Hal ini merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk mewujudkan hak individu atas kesehatan masyarakat Indonesia.

Namun, dalam situasi saat ini di Indonesia, jaminan kesehatan dijamin oleh negara dan dapat mempengaruhi jumlah orang yang menggunakan layanan medis. Apabila jumlah pengguna jasa medis tidak diimbangi dengan ketersediaan penyedia jasa medis, maka fasilitas medis akan mengurangi layanan yang digunakan dan fasilitas medis yang akan disediakan dibandingkan dengan standar pelayanan medis, yang dapat menurunkan kualitas dari pelayanan (pelayanan yang tidak memadai).

Untuk itu, BPJS Kesehatan harus mengkaji badan hukum yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan sesuai dengan Pasal 83 UU BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan jaminan kesehatan.

Salah satunya adalah untuk memenuhi standar kualitas pelayanan medis dan penyediaan pelayanan medis. Selain BPJS Kesehatan, otoritas kesehatan perlu memberikan pelayanan medis yang komprehensif (Perpres No. 1, Pasal 57, 2014) dan memperhatikan mutu pelayanan (Perpres No. 12 Tahun 2013, Pasal 42).

(2)

Untuk derajat kesehatan yang tinggi, kita perlu mengontrol kualitas pelayanan yang diberikan dan dapat terus bekerjasama dengan BPJS kesehatan. Kepuasan pengguna fasilitas kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan fasilitas kesehatan tersebut.

Diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan medis terapeutik dan rehabilitatif dapat diberikan melalui rumah sakit yang juga bertindak sebagai pemberi pelayanan medis rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56/Menkes/PER/2014 tentang Penggolongan dan Pengesahan Rumah Sakit Kelompok Rumah Sakit Berdasarkan Penyelenggaraannya, yaitu Rumah Sakit Negara, Rumah Sakit Pemerintah Daerah, Rumah Sakit Swasta. Rumah Sakit Umum adalah departemen pelaksana teknis dari instansi pemerintah (Kementerian Kesehatan, Polri, TNI dan kementerian lainnya). Rumah sakit negara bagian spesifik wilayah (penyedia negara bagian, kabupaten, dan pemerintah lokal). Rumah sakit swasta adalah perusahaan nirlaba.

Pembentukan Kabupaten Natuna dikukuhkan oleh Menteri Dalam Negeri (Feisal Tanjung) pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999, dan baru-baru ini telah beberapa kali diubah dengan UU No. 34 Tahun 2008. Kabupaten Natuna terletak pada koordinat 1016'-7019' Lintang Utara (Utara Lintang) dan 10500'-110000' Bujur Timur (Bujur Timur) dan secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Natuna. Berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di utara dan Kabupaten Bintan di selatan. , Kabupaten dan Kepulauan Anambas di sebelah barat, Malaysia Timur (Sarawak) dan Kalimantan Barat di sebelah timur.

(3)

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008, luas wilayah Kabupaten Natuna adalah 264.198,37KM2, yang terdiri dari daratan 2.001.30KM2 dan luas laut 262.197,07KM2, serta ibu kota Kabupaten Natuna adalah Ranai. Kabupaten Natuna memiliki 154 pulau, terdiri dari 30 pulau berpenghuni (19,48%) dan 124 pulau tidak berpenghuni (80,52%). Ada dua pulau besar, Bunguran dan Serasan.

Kabupaten Natuna hanya memiliki satu rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Natuna yang merupakan jenis rumah sakit umum. Rasio tempat tidur per 1.000 penduduk menunjukkan apakah suatu daerah memenuhi kebutuhan perawatan medis dan rujukan individu. Standar WHO adalah satu tempat tidur untuk setiap 1.000 penduduk. Rasio lokasi Pada tahun 2017 Rumah Sakit Natuna menampung 1 dari 841 orang. Menurut WHO, jumlah tempat tidur di Kabupaten Natuna belum terpenuhi. Oleh karena itu, pemerintah perlu menambah jumlah tempat tidur di RS Natuna.

Di Kabupaten Natuna pada tahun 2017, JKN diikuti 27.748 peserta.

Dibandingkan tahun 2016, jumlah peserta JKN meningkat sebanyak 8.347 orang.

Peserta JKN 2017 terdiri dari 10.958 peserta PBI dan 16.790 peserta non-PBI.

Peserta PBI terdiri dari 8.958 peserta dari APBN dan 2.000 peserta dari APBD.

Sedangkan peserta non-PBI terdiri dari 13.351 pekerja berupah, 2.806 pekerja bukan penerima upah, dan 633 bukan pekerja. Berdasarkan persentasenya, jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional pada tahun 2017 tertinggi sebesar 48,11%

pada segmen Pekerja Pengupahan (PPU), diikuti oleh 32,28% pada segmen Peserta PBI APBN dan Pekerja Bukan Penerima Upah. 10.11. Dalam%, segmen PBI APBD adalah 7,21%. Persentase peserta Jaminan Kesehatan Nasional

(4)

terendah sebesar 2,28% pada segmen non-karyawan. Namun, jumlah peserta BPJS kesehatan yang mengalami kenaikan surcharge terbesar dari tahun sebelumnya adalah pada segmen penerima upah. Seluruh peserta JKN berhak atas pelayanan kesehatan, antara lain:

Rawat Jalan Tingkat I (RJTP), Rawat Inap Tingkat I (RITP), Rawat Jalan Lanjut (RJTL), Rawat Inap Lanjut (RITL), Instalasi Gawat Darurat dan pelayanan medis lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh lembaga pelayanan kesehatan dasar (PTK) tempat peserta terdaftar, kecuali dalam keadaan tertentu yaitu peserta di luar wilayah KKTP tempat peserta terdaftar. Pelayanan medis dari. atau keadaan darurat medis. Jika peserta memerlukan pelayanan kesehatan yang bermutu, maka FKTP harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan terdekat (FKRTL) sesuai jadwal rujukan.

Tabel 1.1 Jumlah Pasien Pengguna BPJS Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUD Tahun 2021 di Kabupaten Natuna

Tahun Rawat Inap Rawat jalan Jumlah

2021 1557 1013 2570

Sumber: Olahan data Peneliti, 2022

Terdapat isu-isu dari masyarakat Natuna mengenai pelayanan pasien BPJS di Natuna, yakni kurangnya pelayanan yang di dapatkan seperti lambatnya layanan yang di terima. Dalam hal ini peneliti juga mewawancarai pihak rumah sakit umum daerah Natuna menanyakan tentang fenomena yang terjadi pada masyarakat. Dalam wawancara tersebut pihak RSUD Natuna menerangkan bahwanya RSUD Natuna sudah menyediakan kotak saran untuk pasien pengguna

(5)

BPJS mengadu keluh kesahnya. Namun pihak RSUD tidak menjelaskan isi dari kotak saran tersebut, karena bersifat rahasia.

Layanan dan fasilitas di RSUD Natuna terbilang terbatas. Selain itu masalah SDM medis pun masih menjadi kendala klasik selama ini. sejumlah alat misalnya CT Scan dan Hyperbaric sudah lama rusak dan belum ada peremajaan.

Kekosongan dokter spesialis juga masih terjadi saat ini. Selain itu masalah SDM medis pun masih menjadi kendala klasik selama ini. Tak jarang pasien yang jauh- jauh datang dari pulau-pulau di Kabupaten Natuna harus pulang dengan tangan hampa. "Paling direkomendasi untuk rujuk dan berobat ke luar Natuna," ucap salah seorang keluarga pasien. Novita, ibu dari seorang pasien bayi yang didiagnosa mengalami kebocoran jantung, mau tak mau harus berjuang untuk membawa buah hatinya yang masih berumur 11 bulan rujuk ke RSCM Jakarta.

"Tim dokter menyarankan untuk di rujuk keluar Natuna, karena di sini tidak bisa menangani penyakit anak saya." (Ikhsan,2019)

kurangnya ketersediaan obat di RSUD Natuna “Kita mengapresiasi pihak BPJS Kesehatan, bahwa mereka akan membayar seluruh obat yang dibutuhkan pasien hingga sembuh. Ternyata permasalahan yang ada sekarang kurangnya ketersediaan obat di RSUD Natuna,” terang pemuda asal Desa Sungai Ulu, Kecamatan Bunguran Timur. (LintasKepri2019).

Kepuasan pribadi ditentukan oleh persepsi atas pelayanan yang diterima.

Individu akan merasa puas ketika menerima pelayanan yang melebihi atau memenuhi harapan. Namun, jika Anda menerima layanan kurang dari yang Anda

(6)

harapkan, Anda mungkin puas atau tidak puas. Kepuasan merupakan hasil dari proses pemberian pelayanan medis oleh institusi medis.

Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit membutuhkan tenaga medis yang mumpuni untuk menunjang kelengkapan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Di rumah sakit, tenaga medis harus memiliki tempat untuk melayani pasien yang datang saat dokter tidak ada, dan perawat medis selalu memeriksa kondisi pasien dan bersiap untuk melihat pasien datang berobat. Penilaian atau kesadaran pasien terhadap mutu pelayanan rumah sakit berkaitan langsung dengan proses pemberian asuhan kepada pasien, serta aspek fisik dan persyaratan kinerja.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Natuna memberikan pelayanan berupa pelayanan medis di tatanan rawat jalan dan rawat inap. Namun masih terdapat kendala seperti lamanya pelayanan dan kemudahan pemberian pelayanan kepada masyarakat sekitar dalam pemberian pelayanan medis. Walaupu pihak rumah sakit telah berusaha menawarkan layanan terbaik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana kualitas pelayanan kesehatan RSUD Kabupaten Natuna Terhadap Pasien BPJS?

1.3 Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan RSUD Kabupaten Natuna Terhadap Pasien BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Natuna.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat secara teoritis mengenai kualitas pelayanan, kepuasan masyarakat, dan untuk mengungkapkan faktor- faktor yang menyebabkan kepuasan pasien serta dapat dimanfaatkan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan RSUD Natuna mengenai upaya peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan.

Referensi

Dokumen terkait

Kunjungan Pasien Gawat Darurat Bulan September 2020 Data kunjungan pasien rawat inap di RSUD Dr.Tjitrowardojo Purworejo disajikan pada Tabel 2.1 tentang kunjungan pasien rawat inap

24 BAB III Kinerja Keuangan 3.1 REALISASI PENDAPATAN RAWAT INAP Target pendapatan Rawat Inap pada tahun anggaran 2019 adalah Rp.. Untuk realisasi pendapatan Rawat Inap tahun