1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi di negara-negara berkembang mengakibatkan transisi demografi dan epidemiologi yang ditandai dengan perubahan gaya hidup dan tumbuhnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM) (Fitriani, 2016). Terjadinya transisi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan,dan perubahan struktur penduduk. Saat masyarakat telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga perupakan faktor risiko PTM. Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insiden dan prevalensi PTM secara cepat, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang akan datang. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia.3 Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi (Yonata, 2016).
Hipertensi dianggap sebagai pembunuh manusia secara diam-diam atau dikenal dengan istilah “silent killer”. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Kemenkes RI (2014) adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai lebih dari 1,3 milyar orang, angka 1,3 milyar tersebut menggambarkan 31% jumlah penduduk dewasa di dunia yang mengalami peningkatan sebesar 5,1% lebih besar dibanding prevalensi global pada tahun 2000-2010 (Arum, 2019).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam Global Status Report On Non-Communicable Disease, prevalensi tekanan darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga bertanggung jawab atas 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke (Ansar, 2019).
Prevalensi hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 yaitu sebesar 34,1% dengan jumlah provinsi tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,1%, Provinsi Jawa Barat sendiri berada di posisi kedua dengan prevalensi sebesar 42%. Adapun di Kabupaten Bandung prevalensi penderita hipertensi pada tahun 2018 yaitu sebesar 41,36%.
Berdasarkan rekam medis yang ada di Griya Sehat Akupunktur Marga Husada hampir 90% Pasien pengunjung Griya sehat Akupunktur penderita hipertensi. Di Griya sehat Akupunktur Marga Husada penderita hipertensi pada lansia yaitu sebanyak 200 jiwa penderita hipertensi lansia. Pada umumnya, kejadian hipertensi banyak terjadi pada penduduk berusia lanjut namun tidak menutup kemungkinan penduduk usia remaja hingga dewasa juga dapat mengalami penyakit hipertensi tersebut. Remaja dan dewasa muda yang berada pada kisaran usia 15-25 tahun memiliki angka prevalensi
hipertensi 1 dari 10 orang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kini (2016), prevalensi pre-hipertensi dan hipertensi pada dewasa muda (usia 20-30 tahun) adalah sebesar 45,2%.
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi primer diakibatkan adanya perubahan pada struktur jantung dan pembuluh darah.
Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan penyakit lain dan biasanya penyebabnya diketahui, seperti penyakit ginjal, gangguan hormonal atau akibat penggunaan obat-obatan tertentu. Karena itu, perlu dikembangkan pengobatan yang dapat menurunkan tekanan darah dengan aman dan memiliki efektivitas yang sama bahkan lebih. Salah satu terapi komplementer yang sedang berkembang adalah menggunakan terapi akupunktur (Leem, 2016)
Hipertensi disebabkan oleh peningkatan dari curah jantung dan atau resistensi perifer melalui berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi ini.
Faktor faktor predisposisi ini termasuk genetika, aktivitas sistem saraf simpatis, mekanisme gangguan fungsi ginjal seperti asupan natrium berlebih dan peningkatan tekanan natriuresis, mekanisme vaskular seperti disfungsi sel endotel dan jalur oksida nitrat, mekanisme hormonal seperti sistem renin- angiotensin-aldosteron (RAAS), obesitas terutama obesitas sentral, obstructive sleep apnea (OSA), resistensi insulin dan sindrom metabolik;
asam urat; vitamin D, perbedaan gender, faktor ras, etnis, dan lingkungan,
peningkatan gaya ejeksi ventrikel kiri dan hipertensi dan hubungannya dengan peningkatan aktivitas simpatis basal koneksi kortikal (Li, 2014).
Pada hipertensi ditemukan aktivitas berlebihan simpatis yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam berbagai mekanisme hipertensi itu sendiri termasuk Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS), Obstructive Sleep Apnea (OSA), obesitas, dan lain-lain. Ini bukan aktivitas simpatik terbuka tetapi terganggunya impuls simpatik basal. Impuls simpatik basal muncul dari hipotalamus dan dapat dipengaruhi oleh kortikal.
Hipertensi bukan sekadar penyakit sistem peredaran darah saja.
Patogenesisnya melibatkan perubahan pada Autonomic Nervous System (ANS) atau sistem saraf otonom dan kemungkinan pada koneksi kortikal- hipotalamus. Penilaian ANS dan koneksi kortikal-hipotalamus mungkin diperlukan untuk pemahaman yang lebih baik tentang hipertensi (Saxena, 2018)
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler dengan peningkatan reabsorpsi air di tubulus ginjal yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa otot ventrikel
jantung (cardiac output/CO) dan dipengaruhi juga oleh total resistensi arteri perifer (Total resistance peripher/TPR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor- faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan atau tahanan perifer (Saxena, 2018)
Akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum dan punktura yang berarti penusukan. Akupunktur merupakan suatu metode terapi dengan penusukan pada titik-titik di permukaan tubuh untuk mengobati penyakit maupun kondisi kesehatan lainnya. Akupunktur merupakan stimulasi terhadap titik anatomis tertentu pada tubuh dengan berbagai macam teknik melalui penyisipan jarum besi yang tipis menembus kulit menggunakan tangan atau dengan stimulasi listrik (Koithan, 2014).
Akupunktur merupakan suatu teknik pengobatan kuno yang berlabuh pada pengobatan tradisional Tiongkok, telah dilaporkan memiliki potensi untuk mengobati penyakit kardiovaskular, termasuk hipertensi arteri. Namun, bukti kemanjuran dalam menurunkan tekanan darah dari uji coba terkontrol, terutama di negara Barat masyarakat masih kurang. Beberapa fitur akupunktur menjadikannya sebagai alternatif terapi yang berpotensi menarik seperti ketika diberikan secara hati-hati oleh tenaga medis yang kompeten, efek samping relatif jarang terjadi. Karakteristiknya yang dirasakan sebagai obat "holistik" dan "lunak", berlawanan dengan terapi obat konvensional, menjadi cukup menarik bagi banyak pasien dan dapat meningkatkan
kepatuhan terhadap terapi dalam penyakit yang terkenal karena kepatuhan pasien yang rendah dengan rejimen obat (Flachskampf, 2017).
Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Darmawan (2019) yang menunjukkan hasil Metoda tusukan jarum pada akupunktur akan menstimulasi dikeluarkan dan diaktivasinya zat aktif seperti Nitric Oxide (NO) yang merupakan zat vasodilator yang dihasilkan oleh endotel pembuluh darah yang memicu vasodilatasi. Sehingga terapi akupunkture dapat membantu penanganan tekanan darah pada kasus hipertensi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Hariyanto (2020), yang menunjukkan hasil ada pengaruh terapi akupunktur terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Arifin (2016) yang memperoleh hasil Ada pengaruh terapi Akupunktur terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan penderita hipertensi.
Griya sehat Akupunktur Marga Husada merupakan salah satu klinik terapi akupunktur dan acupressure yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah Kabupaten Bandung dan sekitarnya.
Berdasarkan Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2021, berdasarkan data yang didapat dari Griya sehat Akupunktur Marga Husada kebanyakan pasien menderita hipertensi ringan sampai berat. Peneliti melakukan studi pendahuluan 5 orang yang menderita hipertensi di Griya sehat Akupunktur Marga Husada yang mengalami hipertensi. Selama ini usaha yang mereka lakukan untuk mengatasi hipertensi pada kasus hipertensi
ringan sampai berat adalah dengan mengurangi asupan garam dan senam.
Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah terhadap 5 orang tersebut, ternyata 5 dari 3 orang memiliki tensi yang tinggi. Peneliti juga menanyakan apakah sudah pernah melakukan pengobatan alternatif non farmakologi dengan terapi pijat refleksi kaki untuk hipertensi kepada 5 orang tersebut.
Hasilnya dari 5 orang tersebut semuanya belum pernah mendapatkan terapi pijat refleksi kaki.
Berdasarkan fenomena dan studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi Akupunktur Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Griya Sehat Akupunktur Marga Husada Margaasih Kabupaten Bandung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian latar belakang masalah diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh terapi akupunktur terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi Di Griya Sehat Akupunktur Marga Husada Margaasih Kabupaten Bandung”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi akupunktur terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi Di Griya Sehat Akupunktur Marga Husada Margaasih Kabupaten Bandung
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum diberikan terapi akupunktur
b. Untuk mengetahui tekanan darah pada penderita hipertensi setelah diberikan terapi akupunktur
c. Untuk mengetahui pengaruh terapi akupunktur terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi Di Griya Sehat Akupunktur Marga Husada Margaasih Kabupaten Bandung
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengembagan ilmu keperawatan khususnya mengenai terapi ankupunkur terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi,
2. Manfaat praktis
1) Griya Sehat Akupunktur Marga Husada
Sebagai masukan bagi Griya Sehat Akupunktur Marga Husada dalam mengevaluasi kinerja untuk mencapai tingkat kepuasan pasien 2) Penderita hipertensi
Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya kepada penderita, hipertensi mengenai efektifitas terapi akupunktur terhadap penurunan tekanan darah di dalam tubuh.
3) Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan bidang kesehatan sebagai wadah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan dikenal masyarakat serta mahasiswa selanjutnya dapat mengembangkan penelitian atau dapat di gunakan sebagai acuan penelitian.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu dilakukan dengan melakukan survei kepada pasien hipertensi di Griya Sehat Akupunktur Marga Husada. Penelitian ini hanya mencakup pengaruh terapi akupunktur terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi Di Griya Sehat Akupunktur Marga Husada Margaasih Kabupaten Bandung.