• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut LS. Sasieni, (1975: hal 8) Kacamata adalah suatu alat optik yang terdiri dari lensa dan sebuah bingkai atau bangun yang memiliki sisi memanjang sampai sisi telinga.

Menurut Permenkes No. 113/Menkes/peraturan/IV/1979 Bab 1 ayat 2, kacamata adalah alat rehabilitas tajam penglihatan mata termasuk lensa kontak.

Kacamata mempunyai kegunaan selain sebagai alat pelindung juga mempunyai fungsi lain yaitu, sebagai alat untuk koreksi kelainan refraksi. Untuk membantu penglihatannya penderita kelainan refraksi memerlukan kacamata, meskipun tidak mengobati gangguan penglihatan tetapi untuk membantu tajam penglihatan agar lebih jelas. 9 dari 10 orang yang dapat meningkatkan penglihatannya dengan pengobatan korektif yaitu berupa pemakaian kacamata. (Franklin dalam Fahrizal, 2010, hal. 2)

Sebagai alat bantu penglihatan, kenyamanan kacamata tidak hanya ditentukan oleh hasil fraksi yang tepat saja, tetapi pemasangan lensa pada bingkai juga menentukan kenyamanan kacamata, karena hal tersebut sangatlah penting untuk menghindari terjadinya efek prisma, kondisi tersebut dapat menyebabkan timbulnya pusing, mual dan tidak nyaman terhadap pemakai kacamata saat digunakan. (William brown dalam Fahrizal, 2010, hal. 3)

Optik merupakan unit usaha dan atau pelayanan di bidang perkacamataan dan lensa kontak berikut instrumen-instrumen yang membantu penanganan masalah mata/media

(2)

refrakta yaitu produksi alat bantu tajam penglihatan, alat bantu penentuan masalah tajam penglihatan, pembuatan lensa kontak, lensa kacamata dan bingkai kacamata serta perangkat lainnya baik berupa software dan hardware dari kebutuhan usaha dan atau unit pelayanan tersebut. (keputusan-menteri-kesehatan-nomor-1424-menkes-sk-xi-2002-tentang-pedoman- penyelenggaraan-optikal.pdf n.d.)

Tenaga Kesehatan RO/Optometri merupakan salah satu elemen penting dalam meningkatkan derajat kesehatan mata di suatu masyarakat menurut Nisa Aryanti (2012) tingkat kepatuhan seseorang pegawai atau petugas yang baik akan berdampak pula terhadap lingkungan yang didiaminya. Berdasarkan kan hasil observasi pendahuluan terhadap 30 orang tenaga kesehatan RO hanya 13 orang tenaga kesehatan RO (43.3%) yang patuh, diantaranya tidak melakukan penitikan lensa dengan lensometer terhadap lensa yang akan dipotong. Hal ini ini menunjukkan ketidakpatuhan petugas dalam melakukan pekerjaannya.

Seorang tenaga kesehatan RO baik yang telah mengikuti pendidikan sebagai Refractionist Optician ataupun yang hanya mengikuti pelatihan harus mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) laboratorium optik terdapat beberapa kelemahan sehingga SOP belum dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor perilaku petugas laboratorium optik meliputi pengetahuan dan sikap yang masih kurang. Di samping itu, tidak adanya pengawasan dari pimpinan dan instansi terkait sehingga petugas laboratorium optik tidak patuh dalam penerapan standar operasional prosedur. (http://KonsulSehat.web.id)

Berdasarkan Standar SKKNI bahwa Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek

(3)

pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang bersangkutan mampu mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan, mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan, mampu melakukan yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula, menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda,

Dalam melakukan proses pemotongan tepi lensa ada beberapa elemen kompetensi yang harus diperhatikan, mempersiapkan alat dan bahan dengan kriteria unjuk kerja Pola yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan serta Alat dan bahan sesuai dengan pola disiapkan, melaksanakan persiapan pemotongan dengan kriteria unjuk kerja Bingkai kacamata yang akan dipakai dalam proses edging diberi tanda serta Lensa yang akan diproses edging diberi tanda sesuai dengan resep yang diterima, melakukan proses pemotongan dengan kriterian unjuk kerja Lensa yang sudah diberi tanda atau digambar sesuai bentuk rim dipotong dengan menggunkan mesin potong serta Lensa yang telah selesai dipotong dihaluskan pinggirnya sesuai bentuk rim, menyatukan lensa yang telah dipotong dengan binkai kacamata dengan kriteria unjuk kerja Lensa yang sudah dipotong disesuaikan kelengkungannya dengan rim dan siap untuk dimasukkan serta Lensa dimasukkan kedalam rim dari bagian depan dan dikencangkan, dan menilai hasil pemotongan dengan kriteria unjuk kerja Lensa yang telah dimasukkan dalam bingkai kacamata dibersihkan, Hasil pemasangan secara keseluruhan mulai dari tepi lensa, keketatan lensa dan posisinya diperiksa serta Hasil pemasangan didokumentasikan.

(4)

Dengan dikuasainya kompetensi sesuai standar yang telah ditetapkan maka seseorang yang berstatus sebagai pengelola industri instrumen optik harus memiliki kemampuan untuk :

1. Mengerjakan tugas atau pekerjaan dalam mengelola industri instrumen optik.

2. Mengorganisasikan agar pekerjaan pada industri instrumen optik dapat dilaksanakan dengan baik dan profesional.

3. Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana pengelolaan industri instrumen optik.

4. Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas pengelolaan industri instrumen optik dengan kondisi yang berbeda.

(keputusan-menteri-kesehatan-nomor-1424-menkes-sk-xi-2002-tentang-pedoman- penyelenggaraan-optikal.pdf n.d.)

SOP menurut Tjipto Atmoko dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja (2012) adalah suatu pedoman atau acuan yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan sesuai fungsi serta merupakan alat penilaian kinerja dalam instansi pemerintah yaitu berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural yang sesuai dengan tata kerja, prosedur dan sistem kerja pada unit terkait. (https://www.bukugaji.com)

B. Identifikasi Masalah

Petugas Laboratorium Optik belum sepenuhnya menerapkan standar operasional prosedur (SOP), perlu kita ketahui bahwa SOP pemotongan tepi lensa sepenuhnya harus dilakukan karena akan berdampak ketidaknyamanan pada pemakai. Keadaan ini dapat

(5)

beresiko terhadap pemakai kacamata yang secara potensial membahayakan kesehatan mata.

Dari masalah tersebut didapatkan pertanyaan yang diidentifikasi sebagai berikut: “ bagaimana tingkat kepatuhan petugas laboratorium optik dalam melakukan tahapan pemotongan tepi lensa?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan petugas laboratorium optik dalam melakukan tahapan pemotongan tepi lensa.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran Tingkat Kepatuhan Petugas Laboratoriun Optik pada Dimensi Input.

b. Untuk mengetahui gambaran Tingkat Kepatuhan Petugas Laboratoriun Optik pada Dimensi Proses.

c. Untuk mengetahui gambaran Tingkat Kepatuhan Petugas Laboratoriun Optik pada Dimensi Output.

D. Manfaat Penelitia 1. Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan dan wawasan penulis, teman-teman sejawat dan para petugas laboratorium optik tentang pentingnya melakukan tahapan pemotongan tepi lensa yang sesuai dengan SOP.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi masukan bagi pengambil keputusan tentang kepatuhan petugas laboratorium optik dalam melakukan tahapan pemotongan tepi lensa yang sesuai

(6)

dengan SOP, sebagai bahan pertimbangan dalam membina dan mengembangkan manajemen pelayanan kesehatan khususnya di optik-optik.

b. Sebagai bahan informasi bagi pengelola laboratorium untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna pencapaian kualitas yang lebih baik.

E. Manfaat Bagi Masyarakat

Masyarakat mendapatkan informasi mengenai tahapan pemotongan tepi lensa kecamatannya yang sesuai dengan SOP.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Metode

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu metode yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran tingkat kepatuhan petugas laboratorium optik dalam melakukan tahapan pemotongan lensa.

2. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini didasari dari ilmu klinik optik dispensing dan ilmu tentang sosial.

3. Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di laboratorium optik optik kota Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

meet sesuai kondisi  Peserta didik mengisi absensi yang telah disiapkan guru di GC, guru mengeceknya sebagai sikap disiplin  Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam