• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki 13.466 pulau dengan luas daratan 1.922.570 km² (37,1%), dan luas perairan adalah 3.257.483 km² (62,9%), hingga total luas Indonesia adalah 5.180.053 km². Indonesia terletak diantara tiga lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia. Kondisi tersebut menyebabkan negara Indonesia menjadi salah satu negara mempunyai potensi tinggi terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan gerakan tanah (tanah longsor). Gempa bumi menjadi ancaman yang beresiko tinggi pertama di Indonesia, secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik yang paling aktif di dunia (BNPB, 2019).

Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (BMKG, 2019).

(2)

Sementara itu, di tahun 2020 Indonesia mengalami 8.264 kali gempa bumi tektonik, aktivitas gempa yang dicatat BMKG terhitung dari berbagai variasi magnitudo dan kedalaman, yang bersumber dari gempa subduksi lempeng dan sesar aktif. Gempa yang terhitung signifikan (di atas M 5) terjadi sebanyak 244 kali sepanjang tahun 2021. Dari jumlah gempa tektonik tersebut, gempa yang mengguncang hingga dirasakan masyarakat sebanyak 764 kali. Angka ini meningkat sejak tahun lalu, di mana sepanjang 2020 terdapat 754 gempa yang terasa. Dari total gempa bumi tektonik di tahun 2021 paling banyak terjadi di bulan Desember mencapai 1.348 kali (BMKG, 2019).

Jawa Barat setidaknya memiliki tiga sesar aktif utama yang berpotensi menimbulkan gempa bumi, yaitu sesar lembang, sesar cimandiri, dan sesar baribis. Terdapat juga tujuh gunung api aktif yang berpotensi erupsi. Megatrust di selatan pulau jawa berpotensi menimbulkan tsunami di pantai selatan ketika terjadi aktivitas tektonik yang besar (Kota et al., 2021).

Menurut (BMKG, 2019) Provinsi Jawa Barat tercatat sebanyak 1.180 gempa bumi yang terjadi selama periode 2022. Dari peta distribusi episenter gempa periode tersebut, 510 kejadian gempa terjadi di laut dan tersebar di selatan Pulau Jawa. Sedangkan, 610 gempa terjadi di darat dengan kedalaman dangkal sebagai aktivitas sesar lokal dan 60 gempa lainnya terjadi juga di darat namun diakibatkan adanya aktivitas dalam lempeng tektonik Indo-Australia. Untuk magnitudo gempa terbesar yang

(3)

tercatat adalah 6,4 dan magnitudo terkecil yang tercatat adalah 1,0 (BMKG, 2019).

Daerah yang rawan terjadi gempa bumi di Provinsi Jawa Barat salah satunya yaitu Kabupaten Bandung Barat. Minimnya edukasi yang dilakukan dikalangan masyarakat kabupaten Bandung Barat mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana tidak sebanding dengan risiko dan ancaman yang dihadapi. Sesar Lembang atau dapat disebut patahan Lembang merupakan salah satu sumber bencana gempa bumi di kabupaten Bandung maupun Kota Bandung. (Muldjo, 2021) mengungkapkan bahwa patahan Lembang merupakan sesar aktif yang membentang mulai dari selatan Tangkuban perahu-Lembang-Maribaya hingga ke lereng bagian barat Gunung Malayang. Peristiwa gempa bumi selalu berada pada wilayah labil dimana wilayah tersebut berada pada suatu zona sesar.

Apabila terjadi gerakan yang pada kulit bumi maka rambatan gelombangnya lebih mudah disalurkan melalui bidang patahan. (Fiazmi, 2020) para ahli sepakat bahwa gempa dari sesar Lembang berpotensi melepaskan kekuatan maksimum antara 6,8 hingga 7 skala Richter (BNPB, 2019).

Dampak gempa yang memiliki kekuatan gempa di atas 5 Skala Richter menyebabkan terjadinya getaran di permukaan bumi, getaran ini menggoyang benda-benda di atasnya seperti rumah-rumah, perabotan rumah, bangunan, tiang listrik, pohon dan sebagainya. Bila benda-benda tersebut tidak kuat menahan getaran maka akan rubuh, tumbang,

(4)

terpelanting dan jatuh. Korban jiwa akan terjadi bila benda-benda tesebut menimpa orang-orang yang berdekatan (BNPB, 2019). Untuk melakukan tindakan pencegahan atau pengurangan risiko bencana salah satunya meningkatkan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat (BNPB, 2019).

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi bencana dengan melalui pengoraganisasian atau pengelompokan melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna, tahapan dalam kesiapsiagaan bencana meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi serta rencana perbaikan. Serta pengaruh pengetahuan terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi sangat penting untuk mengantipasi kemungkinan terjadinya bencana gempa bumi guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat (Yanuarto et al., 2019).

Menurut buku pedoman latihan kesiapsiagaan bencana nasional, mengatakan hasil survey di Jepang, pada kejadian gempa Great Hanshin Awaji 1995, menunjukan bahwa presentase korban selamat disebabkan oleh diri sendiri sebesar 35%, anggota keluarga 31,9%, teman/tetangga 28,1%, orang lewat 2,60%, Tim SAR 1,70%, dan lain-lain 0,90%.

Berdasarkan ilustrasi tersebut sangat jelas bahwa faktor yang paling menentukan adalah penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh “diri

(5)

sendiri” untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman resiko bencana.

Kemudian diikuti faktor bantuan anggota keluarga, teman, bantuam Tim SAR, dan sekelilingnya (BNPB, 2019).

Penelitian yang dilakukan (Ate, 2020) pada masyarakat di Dusun Wunuta Desa Reda pada Kecamatan Wewewa Barat Kabupaten Sumba Barat Daya didapatkan hasil penelitian dari 69 responden didapati dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji marginal homogenety (p<0,05).

Hasil penelitian menunjukan bahwa sesudah diberikan edukasi tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi sebagian besar 37 responden (53,6%) memiliki pengetahuan baik. Hasil tabulasi silang didapatkan dari 33 responden (47,8%) yang memiliki pengetahuan cukup sebelum diberikan edukasi mengalami peningkatan pengetahuan baik sebesar 22 responden (31,9%) sesudah diberikan edukasi .

Kemudian penelitian yang dilakukan (Ahmad, 2020) pada masyarakat Cisompet Kabupaten Garut didapatkan hasil penelitian sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas masyarakat berpengetahuan kurang sebanyak 36 orang dan bersikap positif sebanyak 41 orang, setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas msyarakat berpengetahuan baik sebanyak 39 orang dan bersikap positif sebanyak 42 orang, hasil analisis uji wilcoxon untuk pengetahuan nilai ρvalue sebesar 0,000 dan uji paired sample t test untuk sikap ρvalue sebesar 0,000.

Sehingga disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

(6)

menggunakan audio visual terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat dalam siaga gempa bumi.

Kurangnya pengetahuan mitigasi bencana yang dimiliki masyarakat dan belum mengetahui bagaimana cara penyelamatan diri menyebabkan korban terbanyak berasal dari kelompok masyarakat. Maka dari itu pentingnya peran tokoh masyarakat yang dapat menyampaikan informasi salah satunya adalah kader untuk dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa pengetahuan kesiapsiagaan gempa bumi itu sangat penting. Kader merupakan fasilitator/pendamping yang mendampingi warga desa dalam setiap proses kegiatan maupun memberikan informasi salah satunya tentang informasi kesiapsiagaan bencana gempa bumi (Palulungan et al., 2020).

Informasi dan edukasi yang terdapat manfaat dari penggunaan media video yang bertujuan untuk memperjelas penyampain pesan dan infromasi yang ada, sehingga dapat meningkatkan hasil yang lebih baik. Pemilihan media pembelajaran berupa audio visual dapat melibatkan indra penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Banyaknya indra yang digunakan artinya semakin baik dalam penerimaan infromasi dan pesan yang akan disampaikan. Kelebihan yang dimiliki media video, yaitu video dapat dijelaskan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dan dapat diulang ataupun dihentikan sesuai keinginan.

Pemaparan audio visual juga dianggap lebih menarik, selain memiliki

(7)

animasi-animasi dan didukung audio memiliki manfaat-manfaat yang bertujuan dalam mendukung proses edukasi (Hamid, 2020).

Sementara itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Pagerwangi mempunyai 14 RW, 68 RT dengan total penduduk sebanyak 10,755 jiwa, dan kader Desa Pagerwangi 102 orang, sekretaris desa mengatakan semua kader tersebut belum pernah dilakukan penelitian pengaruh edukasi bencana alam gempa bumi kemudian berdasarkan wawancara singkat kepada dua kader bahwa mereka belum mengetahui secara signifikan tentang kesiapsiagaan gempa bumi. Sebagai perawat yang menjadi educator dapat memberikan informasi dan edukasi khususnya tentang pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi.

Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Pada Kader Desa Pagerwangi Lembang 2023.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas tentang bencana gempa bumi yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sehingga perlu dilakukan dan diberikan informasi terkait pengetahuan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah

“Apakah Ada Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Pada Kader Desa Pagerwangi Lembang 2023

?”

(8)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Pada Kader Desa Pagerwangi Lembang 2023.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi pada kader Desar Pagerwangi Lembang sebelum dilakukan intervensi edukasi bencana gempa bumi

b. Untuk mengetahui pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi pada kader Desa Pagerwangi Lembang sesudah dilakukan intervensi edukasi bencana gempa bumi

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh edukasi terhadap pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi pada kader desa pagerwangi lembang.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi serta ilmu yang bermanfaat dan dapat menjadi tambahan informasi terkait bidang keilmuan keperawatan gawat darurat dan keperawatan komunitas.

(9)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah skill dan pemahaman tentang pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi.

b. Bagi Responden

Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi responden serta meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi. Serta penelitian ini bisa untuk bekal dan bisa diterapkan jika terjadi resiko gempa bumi di wilayah Lembang khususnya Desa Pagerwangi.

c. Bagi Institusi Terkait

Diharapkan meningkatkan pengetahuan serta menambah informasi tentang pengaruh pengetahuan kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi khusunya untuk perangkat Desa Pagerwangi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat berguna sebagai referensi atau sumber bagi yang hendak meneliti lebih lanjut dalam permasalahan yang sama dan dengan variabel yang lebih berbeda.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan proposal ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian tentang ”Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi Pada Kader Desa Pagerwangi

(10)

Lembang 2023”. Variabel independent pada penelitian ini adalah Edukasi.

Variabel dependent adalah Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi. Metode penelitian adalah kuantitaif pre-eksperimental dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability sampling dengan jenis stratified random sampling.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1 pengembangan media mobile learning berbasis aplikasi appypie pada pembelajaran teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gamping Sleman; 2