• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologis fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular (WHO, 2018). Stroke merupakan gangguan suplai darah ke otak terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah oleh gumpalan darah, sehingga kurangnya kebutuhan oksigen dan nutrisi yang menyebabkan kerusakan pada jaringan otak (WHO, 2014 (Nurlela, 2019).

Stroke terjadi diakibatkan karena terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya tekanan darah yang mendadak tinggi atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau atau peningkatan tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban dan lainnya. Pembuluh darah yang pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma adalah tonjolan di pembuluh darah yang disebabkan oleh kelemahan pada dinding pembuluh darah atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik (Iskandar, 2011).

Prevalensi stroke menurut data World Health Organization (WHO) tahun (2013) menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat penyakit stroke. Sekitar 70%

penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan rendah dan menengah. Selama 15 tahun terakhir, rata- rata stroke terjadi dan menyebabkan kematian lebih banyak pada negara berpendapatan rendah dan menengah dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi. Prevalensi stroke bervariasi diberbagai belahan dunia, prevalensi stroke di Amerika Serikat adalah sekitar 7 juta (3,0%) sedangkan di China prevalensi stroke berkisar antara (1,8%) pedesaan dan (9,4%) perkotaan.

(2)

2

Di seluruh dunia China merupakan negara dengan tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke (19,9%) dari seluruh kematian di China bersama dengan Afrika dan Amerika Utara (Mutiarasari, 2019).

Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) di Indonesia prevalensi penyakit stroke meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu dari 7% menjadi 10,9%.

Secara nasional, prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur >15 tahun sebesar 10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. Berdasarkan kelompok umur kejadian penyakit stroke terjadi lebih banyak pada kelompok umur 55-64 tahun (33,3%) dan proporsi penderita stroke paling sedikit adalah kelompok umur 15-24 tahun. Laki-laki dan perempuan memiliki proporsi kejadian stroke yang hampir sama (Kemenkes RI, 2018).

Masalah yang sering muncul pada pasien stroke adalah gangguan gerak, pasien mengalami gangguan atau kesulitan saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan tubuh atau imobilisasi.

Imobilisasi merupakan suatu gangguan gerak dimana pasien mengalami ketidakmampuan berpindah posisi selama tiga hari atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan fungsi fisiologik. Beberapa permasalahan yang sering dijumpai pada seseorang pasca stroke diantaranya kelemahan tangan dan kaki yang mengakibatkan kesulitan bergerak, kehilangan sensai, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan orang lain serta kesulitan atau tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti berpakaian, mandi, ke kamar mandi, berjalan dan menyiapkan makanan (Dharma, 2018). Salah satu bentuk latihan rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke adalah latihan range of motion (ROM) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan fleksibilitas sendi dan kekuatan sendi (Rahayu 2015).

Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus. Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semi koma

(3)

3

yaitu tingkatan penurunan kesadaran dan tidak sadar seperti seseorang yang tidak bisa memberi respons terhadap rangsangan verbal dan tidak dapat dibangunkan sama sekali. Pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri. Latihan ini bertujuan mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk. Untuk dapat melakukan latihan gerak sendi ini, keluarga dan responden harus mengetahui mengenai latihan gerak sendi ini (Derison et al, 2016 dalam (Sriadi, 2019).

Pengetahuan keluarga maupun pasien yang menjadi faktor penting atau mempengaruhi perawatan dan pemberian latihan gerak sendi pada pasien stroke. Dalam latihan gerak sendi dibutuhkan tingkat pengetahuan, dimana semakin baik pengetahuan, sikap keluarga yang mendukung dan dilakukannya tindakan ROM pada klien stroke maka keluarga akan cenderung berperilaku yang mendukung dalam pelaksanaan latihan gerak sendi pada pasien stroke (Winstein et al, 2016).

Rendahnya pengetahuan keluarga tentang mobilisasi diri bisa menjadi penghambat sehingga keluarga tidak mau melakukan mobilisasi, hal ini terjadi karena tidak tahu cara dan manfaatnya dan takut jika terjadi kesalahan. Upaya untuk meminimalkan dampak lanjut dari stroke tersebut sangat diperlukan dari dukungan keluarga, baik dalam merawat maupun dalam memberi dukungan baik secara fisik maupun psikologis, sehingga pasien stroke dapat mengoptimalkan kembali fungsi dan perannya (Nurlela, 2019).

Dalam penelitian Agustiyaningsih et,al (2020) menyebutkan bahwa pasien pulang kerumah masih dalam kondisi kemampuan fisik yang belum stabil sehingga sering kali keluarga memanjakan dengan membantu semua aktivitas fisiknya. Bantuan yang diberikan secara berlebihan membuat pasien tirah baring lama sambil menunggu keadaan menjadi lebih baik, tanpa disadari menjadi semakin mudah lelah dan gerakan terasa berat karena anggota gerak menjadi kaku. Sehingga berdampak munculnya komplikasi penyakit lain dan keluarga perlu disadarkan akan hal tersebut (Agusrianto, 2020).

(4)

4

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada Senin, 16 Mei 2022 di Desa Dukuh Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Kabupaten Subang. Peneliti melakukan wawancara kepada 10 responden dan keluarga yang menderita stroke, diketahui bahwa 10 responden tersebut tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari serta keluarga responden tidak mengetahui tentang Range Of Motion (ROM) yang harus dilakukan kepada pasien. Responden pertama tidak mampu untuk melakukan toileting, perawatan diri dan berpakaian secara mandiri dan keluarga tidak mengetahui latiahn gerak sendi. Responden kedua tidak mampu melakukan buang air besar, buang air kecil dan naik turun tangga secara mandiri dan keluarga tidak mengetahui latiahn gerak sendi. Responden ketiga tidak mampu untuk melakukan perawatan diri dan berpakaian secara mandiri dan keluarga mengetahui hal dasar mengenai latihan gerak sendi. Responden keempat tidak mampu berjalan dan berpindah secara mandiri dan keluarga tidak mengetahui latiahn gerak sendi. Responden kelima tidak mampu melakukan mandi dan toileting secara mandiri keluarga mengetahui hal dasar mengenai latihan gerak sendi. Responden keenam tidak mampu melakukan perawatan diri, buang air besar, buang air kecil secara mandiri keluarga mengetahui hal dasar mengenai latihan gerak sendi. Responden ketujuh tidak mampu melakukan mandi, toileting dan berpakaian secara mandiri dan keluarga tidak mengetahui latiahn gerak sendi. Responden kedelapan tidak mampu melakukan buang air besar, buang air kecil dan berjalan secara mandiri dan keluarga tidak mengetahui latiahn gerak sendi. Responden kesembilan tidak mempu melakukan perawatan diri, berjalan dan berpindah secara mandiri dan keluarga mengetahui hal dasar mengenai latihan gerak sendi. Responden kesepuluh tidak mampu melakukan berpakain serta berpindah secara mandiri dan keluarga mengetahui hal dasar mengenai latihan gerak sendi. Berdasarkan hasil wawancara diatas maka peneliti memutusukan untuk melakukan penelitian di Desa Dukuh Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Kabupaten Subang.

(5)

5

Oleh karena itu, berdasarkan uraian fenomena yang terjadi dapat dilihat permasalahannya dan peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

“Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Range Of Motion (ROM) Dengan Tingkat Kemandirian Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Desa Dukuh Kabupaten Subang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diangkat adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Range Of Motion (ROM) Dengan Tingkat Kemandirian Pasien Pasca Stroke di Desa Dukuh Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Kabupaten Subang”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujaun Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Range Of Motion (ROM) Dengan Tingkat Kemandirian Pasien Pasca Stroke di Desa Dukuh Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Kabupaten Subang

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang Range Of Motion (ROM) di Desa Dukuh Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Kabupaten Subang

b. Untuk mengidentifikasi Tingkat Kemandirian Pasien Pasca Stroke di Desa Dukuh Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Kabupaten Subang c. Untuk mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang

Range Of Motion (ROM) Dengan Tingkat Kemandirian Pasien Pasca Stroke di Desa Dukuh Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Kabupaten Subang

(6)

6 D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dampak positif untuk mengembangkan konsep ilmu keperawatan khusunya ilmu keperawatan keluarga, ilmu keperawatan gerontik (KKG) dan ilmu keperawatan medikal bedah dalam penyusunan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif.

2. Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi pendidikan keperawatan yang terkait dengan pengetahuan keluarga tentang Range Of Motion (ROM) pada pasien pasca stroke serta berbagai faktor mengenai tingkat kemandirian pada pasien pasca stroke

b. Bagi masyarakat dan anggota keluarga lansia

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi masyarakat khususnya yang memiliki anggota keluarga yang menderita stroke untuk meningkatkan Pengetahuan Keluarga Tentang Range Of Motion (ROM) Dengan Tingkat Kemandirian Pasien Pasca Stroke

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan serta pengalaman lebih mengenai pengetahuan keluarga tentang Range Of Motion (ROM) dengan tingkat kemandirian pasien pasca stroke.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan studi pendahuluan, ini membahas tentang Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Range Of Motion (ROM) Dengan Tingkat Kemandirian Pasien Pasca Stroke di Desa Dukuh Wilayah Kerja Puskesmas Jatibaru Kabupaten Subang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2022.

Berdasarkan studi pendahuluan ini adalah ilmu keperawatan keluarga dan ilmu keperawatan gerontik (KKG).

Referensi

Dokumen terkait

11 16113068 Nguyễn Thành Long Ảnh hưởng của năm liều lượng phân bón lá Bio trùn quế đến sự sinh trưởng, phát triển và năng suất của cây dưa leo Cucumis sativus L.trồng vụ Đông Xuân