• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Fokus Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Definisi Istilah

Sistematika Pembahasan

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik penandaan bendera yang dilakukan masyarakat di Desa Penyalahan sudah memenuhi syarat dan tiang bendera. Penelitian kali ini berjudul “Praktik Ikrar Berakhirnya Hak Milik di Dusun Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember Dalam Perspektif Hukum Islam”.

Kajian Teori

Pelaksanaan hak tanggungan yang berujung pada kepemilikan di Dusun Onjur, Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember merupakan salah satu jenis transaksi yang lazim dilakukan oleh masyarakat. Hukum Islam Terhadap Penyitaan Mengakhiri Kepemilikan di Dusun Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian kasus adalah suatu studi mendalam terhadap suatu entitas tertentu, yang hasilnya memberikan gambaran yang luas dan mendalam mengenai suatu entitas tertentu.79. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang didasarkan pada suatu metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan suatu permasalahan manusia.80. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, peneliti ingin mengetahui langsung dari pelaku yang ada di lokasi penelitian, yaitu menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya.

Lokasi Penelitian

Transaksi gadai berakhir kepemilikan dilakukan warga Dusun Onjur, Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, khususnya mengenai status agunan selama masa gadai. Data surat perjanjian yang digunakan masyarakat Dusun Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Surat perjanjian ikrar masyarakat di Dusun Onjur, Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.

Gadai yang berakhir dengan kepemilikan di Dusun Onjur, Desa Sempolan, sama dengan praktik gadai pada umumnya. Proses gadai yang melengkapi kepemilikan di Dusun Onjur diawali dengan tahap pencarian dan perundingan, kesepakatan (kontrak). Dalam transaksi gadai yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Onjur, pemilik barang biasanya meminta tambahan jangka waktu kepada penerima gadai.

Dari penjelasan tersebut maka praktek gadai yang berujung pada kepemilikan di Dusun Onjur dapat dikatakan sesuai dengan syariat Islam. Fokus masalah yang dikaji dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana praktek ikrar yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan praktek gadai yang biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember.

Subjek Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Merupakan metode penelitian dengan cara mengamati, mencatat hasil pengamatan kemudian diolah secara cermat dan tepat menjadi kata-kata. 82 Dalam hal ini peneliti akan mengamati praktik gadai yang diakhiri dengan kepemilikan di Dusun Onjur, Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember karena metode ini berguna untuk mendefinisikan data lapangan, teori atau hal lain yang peneliti peroleh di lapangan. Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Merupakan teknik pengumpulan data jika peneliti ingin mengetahui secara mendalam apa permasalahan yang sedang diteliti dengan jumlah responden atau informan yang relatif sedikit.84 Dalam hal ini peneliti akan melakukan wawancara dengan pegadaian dan pihak lain yang terlibat dalam praktik tersebut. penggadaian memahami apa yang berakhir dengan kepemilikan.

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai mekanisme gadai yang mengakhiri kepemilikan Dusun Onjur, Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Yaitu pencarian data tentang suatu hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, risalah rapat, dan lain-lain.85 Dokumen dapat berupa teks tertulis, gambar atau karya monumental seseorang. 86. Oleh karena itu jelas bahwa metode dokumentasi berarti cara yang digunakan peneliti untuk mencari data yang terdokumentasi.

Literatur yang akan dijadikan studi literatur dalam penelitian ini adalah buku berjudul Ekonomi Syariah Versi Salaf Karya Dumairi Nor, dkk., Fiqh Muamalah (Perjanjian, Ekonomi, Bisnis dan Hukum Sosial) Klasik dan Kontemporer karya Ismail Nawawi, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam karya Lukman Hakim dan literatur lain yang berkaitan dengan judul yang diangkat.

Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berkesinambungan hingga selesai, hingga data jenuh. Tahapan analisis data yang digunakan peneliti seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu sebagai berikut: 88. Data yang diperoleh di lapangan akan bertambah seiring berjalannya waktu sehingga data menjadi semakin kompleks dan rumit, sehingga peneliti perlu mereduksi data ( merangkum, memilih highlight, memusatkan perhatian pada hal-hal penting, mencari tema dan pola).

Data yang diperkecil ukurannya akan memudahkan peneliti dalam membangun gambaran di lapangan dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data tindak lanjut. Pemahaman data akan lebih mudah setelah data ditampilkan, sehingga perencanaan pekerjaan selanjutnya dapat lebih cepat. Seorang peneliti yang berkompeten akan menganalisis seluruh data yang diperoleh sampai pada suatu kesimpulan yang awalnya longgar, terbuka dan terbuka.

Keabsahan Data

Pelaksanaan transaksi gadai yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Onjur sudah menjadi hal yang lumrah dan lumrah. Benda atau barang yang dijadikan jaminan dalam transaksi gadai yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Onjur merupakan barang berharga milik orang yang menggadaikannya dan dapat dipergunakan. Tahap pertama dalam proses gadai yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Onjur adalah tahap pencarian orang yang akan menerima gadai oleh orang yang menggadaikan (pemilik barang).

Dalam transaksi gadai di Dusun Onjur Desa Sempolan, pemilik barang diperbolehkan meminta biaya tambahan atau hutang jika penerima gadai menyetujuinya. Oleh karena itu, kegiatan perundingan yang dilakukan masyarakat Dusun Onjur tidak bertentangan dengan syariat Islam. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penetapan besarnya utang dalam transaksi gadai yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Onjur sudah sesuai dengan syariat Islam.

Adanya perbedaan tersebut dipandang sebagai praktik yang lazim dilakukan masyarakat dalam transaksi gadai yang berakhir pada kepemilikan di Dusun Onjur.

Tahapan-Tahapan Penelitian

  • Keadaan Pendidikan
  • Keadaan Ekonomi Penduduk

Penyajian Data dan Analisis

Praktek gadai yang biasa dilakukan oleh masyarakat Dusun Onjur adalah orang yang ingin menggadaikan (biasa disebut pemilik benda) akan mencari pihak lain yang dapat meminjamkan uang kepadanya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkannya. “Penggadaian di sini biasanya diawali dengan pemilik barang mencari seseorang untuk meminjamkan uang kepadanya dengan perjanjian gadai.” 101. Pemilik benda menerima uang sebagai gadai atau utang, sedangkan penerima gadai menerima jaminan.

Pada tahap ini, pemilik barang akan menyerahkan sepenuhnya barang yang dijadikan jaminannya kepada penerima gadai. Penambahan yang dilakukan oleh Tuan Sukri itu tanpa ada tambahan apapun terhadap barang yang digadaikan olehnya kepada penerima gadai. Selain meminta tambahan utang, pemilik barang biasanya juga meminta tambahan waktu gadai kepada penerima gadai.

Hal ini terjadi bila orang yang menggadaikan belum mampu melunasi utangnya padahal masa gadai hampir habis. Saat ini pemilik barang masih meminta waktu tambahan karena yang menggadaikannya belum mampu membayar utangnya. Sebab, pemilik barang belum mampu melunasi utangnya ketika masa cicilan hampir habis.

Pembahasan Temuan

Praktek gadai berakhirnya kepemilikan yang dilakukan di Dusun Onjur diawali dengan proses penggeledahan dan perundingan yang kemudian dilanjutkan dengan proses akad atau penandatanganan kesepakatan bersama jika proses penggeledahan dan perundingan telah disepakati. Perspektif hukum Islam terhadap praktik hipotek berakhir kepemilikan di Dusun Onjur, Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember tidak dapat dibenarkan bertentangan dengan hukum Islam (Maliki Madzhab) karena dalam praktik tersebut ditemukan beberapa perbedaan. Dalam rangka penyelesaian/persiapan tugas akhir (Skripsi), diperbolehkan melakukan penelitian selama *60 hari di Dusun Onjur, Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.

Atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Praktik Gadai yang Mengakhiri Kepemilikan di Dusun Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember Dalam Perspektif Hukum Islam”. Oleh karena itu, transaksi gadai yang berujung pada kepemilikan ini akan menarik jika dilihat dari sudut pandang hukum Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis gadai-gadai yang berakhir kepemilikannya di Dusun Onjur, Desa Sempolan, Kecamatan Silo dan Kabupaten Jember, untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut.

Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Praktek gadai yang diakhiri dengan kepemilikan, diawali dengan penggeledahan dan perundingan, kemudian dilanjutkan dengan proses penandatanganan akad.

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam proses perjanjian gadai disebutkan besarnya hutang atau biaya gadai dan jangka waktu gadai. Dengan berjalannya jangka waktu gadai, maka orang yang menggadaikan (pemilik barang) dapat mengajukan permohonan tambahan utang dan perpanjangan jangka waktunya, yang pada akhirnya mengakibatkan bertambahnya jumlah utang dan perpanjangan waktu gadai. Ketika masa gadai berakhir, status jaminan berubah kepemilikannya menjadi Murtahina karena Rahin tidak dapat melunasi utangnya sampai masa gadai berakhir.

Perbedaan tersebut terdapat pada proses penyerahan yang mengharuskan murtahini menggunakan barang gadai, pada proses penambahan hutang tanpa menambah barang gadai, dan pada proses penambahan waktu yang didalamnya terdapat syarat-syarat tambahan bagi murtahini, syarat-syarat tersebut adalah jika bumi. Pemiliknya tidak sanggup melunasi utangnya, apabila masa gadainya berakhir maka barang gadainya harus dijual kepada murtahin sebagai bentuk pelunasan utangnya. Dan jika perbedaan-perbedaan tersebut dianalisis dengan menggunakan teori ‘urf’, maka kebiasaan tersebut tidak dapat dibenarkan.

Saran-Saran

Menurut peneliti, apabila memang penggunaan barang gadai itu merupakan salah satu syarat terjadinya transaksi gadai, maka pembagian hasil penggunaan barang gadai itu harus dibagi berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak pada saat itu juga. awal perjanjian gadai. . Sedangkan akad bagi hasil di bidang pertanian (mukhabarah atau muzara'ah) dapat digunakan untuk model akad bagi hasil dalam hal penggunaan barang gadai, karena pada umumnya barang yang digadaikan oleh masyarakat Dusun Onjur adalah beras. sawah, ladang dan kebun. Penambahan syarat yang dilakukan Murtahin ketika Rahin meminta tambahan jangka waktu gadai, membatalkan perjanjian gadai.

Sertifikat ini disusun sebagai dokumen pendukung keabsahan dan keaslian penelitian yang dilakukan. Seluruh narasumber yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat. Namun kenyataan yang terjadi di Dusun Onjur, selain fungsi agunan sebagai perantara untuk menjaga kepercayaan kedua belah pihak, agunan juga digunakan sebagai salah satu bentuk tuntutan dalam transaksi agunan yang dilakukan, dan Tidak jarang agunan berpindah kepemilikan kepada penerima hipotek karena pihak yang menggadaikannya tidak mampu melunasi utangnya sebelum jangka waktu hipotek berakhir.

Seiring berjalannya jangka waktu hipotek, pemberi hipotek biasanya meminta tambahan utang dan perpanjangan jangka waktu, sehingga jumlah utang bertambah dan jangka waktu hipotek bertambah. Kemudian, ketika masa hipotek berakhir, status agunan berubah kepemilikan menjadi Murtahin karena Rahin tidak mampu melunasi utangnya sebelum masa hipotek berakhir. Yakni adanya keharusan bagi murtahin untuk menggunakan marhun dan adanya keharusan menjual marhun jika murtahin tidak mampu membayar utangnya pada akhir masa hipotek.

Referensi

Dokumen terkait