• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyajian Data dan Analisis

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN (Halaman 56-84)

BAB III METODE PENELITIAN

B. Penyajian Data dan Analisis

1. Praktik gadai yang diakhiri kepemilikan

Praktik gadai yang diakhiri kepemilikan di Dusun Onjur Desa Sempolan sama halnya dengan praktik gadai secara umum. Namun yang menjadi perbedaannya ialah pada akhir masa gadai barang jaminan dapat beralih kepemilikan kepada pihak penerima gadai.

Praktik gadai yang biasa dilakukan masyarakat Dusun Onjur yakni orang yang akan menggadaikan (biasa diistilahkan pemilik barang) akan mencari pihak lain yang bisa meminjaminya uang sesuai jumlah yang ia butuhkan. Kemudian dilanjutkan dengan perjanjian atau akad.

Dalam perjanjian tersebut dijelaskan mengenai jumlah biaya gadai, lama masa gadai, serta penyerahan barang jaminan oleh pemilik tanah sekaligus penyerahan uang atau biaya gadai oleh orang yang menerima gadai sebagai akhir dari kesepakatan gadai tersebut. Untuk memperjelas mekanisme gadai yang diakhiri kepemilikan maka peneliti jabarkan sebagaimana berikut :

1. Konsep gadai di masyarakat

Pelaksananaan transaksi gadai yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Onjur sudah menjadi hal yang lumrah dan telah

menjadi sebuah kebiasaan bagi mereka ketika dalam keadaan terdesak dan membutuhkan dana besar. Sebagaimana dikatakan oleh beberapa nara sumber berikut:

”Gadai sudah jadi hal yang lumrah dilakukan masyarakat dengan kesepakatan yang mereka buat sendiri. Biasanya masyarakat melakukan gadai ketika dalam keadaan terdesak dan butuh uang banyak dengan cara berhutang kepada orang lain dengan menyertakan barang berharga miliknya sebagai jaminan.”93

“Kalau gadai itu sebenarnya sama dengan perjanjian hutang piutang dengan adanya jaminan. Transaksi ini biasa dilakukan masyarakat dalam keadaan terdesak.”94

“Masyarakat biasanya lebih memilih melakukan gadai daripada sewa, karena jumlah pinjaman yang didapat lebih besar daripada sewa.”95

Menurut pemahaman masyarakat, transaksi gadai sesungguhnya adalah transaksi hutang piutang dengan memberikan jaminan berupa barang berharga yang dimilikinya. Masyarakat lebih memilih melakukan transaksi gadai daripada sewa karena jumlah pinjaman yang akan didapat lebih besar daripada sewa.

2. Unsur Gadai

Unsur gadai yang mereka pahami sebagaimana tercantum dalam surat perjanjian gadai, yaitu: Orang yang menggadaikan (pemilik barang/Pihak I), Orang yang menerima gadai (Pihak II), barang yang digadaikan, biaya gadai (hutang), akad atau perjanjian, dan saksi-saksi.

93Bieyoto, wawancara, Sempolan, 20 Mei 2015.

94Zainal Arifin, wawancara, Sempolan, 24 Mei 2015.

95Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

Sebagaimana diutarakan dalam hasil wawancara berikut:

“Kalau orang melakukan gadai harus ada orang yang menggadaikan, penerima gadai, barang yang digadaikan, hutang, akad perjanjian dan saksi-saksi.”96

“Ya harus ada orang yang menggadaikan, barang yang mau digadaikan, penerima gadai, hutangnya, perjanjian dan juga saksi.”97

3. Objek atau barang yang dijadikan jaminan.

Objek atau barang yang dijadikan jaminan pada trasaksi gadai yang dilakukan masyarakat Dusun Onjur adalah barang berharga milik orang yang menggadaikan dan dapat dimanfaatkan.

Misalnya lahan sawah, kebun, ladang dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh beberpa nara sumber berikut :

“Biasanya saya menggadaikan barang berharga punya saya sendiri tapi yang bisa menghasilkan, ya biasanya sawah atau semacamnya pokoknya bisa menghasilkan.”98

“Ya kalau orang mau menggadaikan barang miliknya, ya harus barang yang bisa menghasilkan. Karena kebanyakan penerima gadai tidak mau menerima gadaian jika tidak dapat menghasilkan.”99

“Kalau disini barang yang digadaikan biasanya sawah, kebun, dan barang berharga lain miliknya yang sekiranya dapat menghasilkan.”100

4. Proses gadai.

Proses gadai yang diakhiri kepemilikan di Dusun Onjur dimulai dengan tahap pencarian dan negosiasi, kesepakatan (akad),

96Taufik, wawancara, Sempolan, 3 Juni 2015.

97Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

98Raknawi, wawancara, Sempolan, 12 Mei 2015.

99Zaini, wawancara, Sempolan, 26 Mei 2015.

100Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

tambahan hutang atau biaya gadai, penambahan waktu dan peralihan barang gadai. Untuk rinciannya adalah sebagai berikut:

a) Tahap pencarian dan negosiasi gadai

Tahapan pertama dalam proses gadai yang dilakukan masyarakat Dusun Onjur adalah tahap pencarian orang yang akan menerima gadai oleh orang yang menggadaikan (pemilik barang). Dalam tahapan ini pemilik barang akan mendatangi penerima gadai guna meminjam uang dengan akad gadai.

Setelah itu kedua belah pihak akan bernegosiasi mengenai hal- hal yang berkaitan dengan gadai. Negosiasi dalam tahapan ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan diantara kedua belah pihak tentang banyaknya biaya gadai atau hutang, lama masa gadai dan lain-lain yang berkaitan dengan transaksi gadai yang dilakukan. Hal tersebut dapat dipahami dari pernyataan beberapa nara sumber berikut:

“Kalau di sini gadai biasanya dimulai dari pemilik barang mencari orang yang sekiranya bisa meminjaminya uang dengan perjanjian gadai.”101

“Biasanya kalau disini, pemilik barang akan menemui orang yang sekiranya bisa memberinya pinjaman uang sesuai yang dia butuhkan dengan perjanjian gadai.

Setelah itu keduanya akan mengadakan kesepakatan.”102

“Ya biasanya dimulai dari pencarian orang yang mau menerima gadai oleh pemilik barang. Dan setelah orang yang menggadaikan menemukan orang yang mau menerima gadai, kedua orang tersebut akan berunding

101Taufik, wawancara, Sempolan, 3 Juni 2015.

102Bieyoto, wawancara, Sempolan, 20 Mei 2015.

masalah hal-hal yang ada dalam gadai yang akan dilakukan.”103

b) Akad (Kesepakatan)

Apabila proses negosiasi mencapai kata mufakat, maka akan dilanjutkan dengan akad atau perjanjian. Bentuk akad atau perjanjian yang dipergunakan masyarakat dalam akad gadai adalah perjanjian tetulis, serta disaksikan oleh dua orang saksi.

Sebagaimana diungkapkan oleh beberapa nara sumber berikut:

“Kalau bukti perjanjian gadai biasanya pakai segel (surat bukti gadai).”104

“Disini bentuk perjanjiannya biasanya pakai segel dan harus ada orang yang jadisaksinya.”105

“Biasanya kalau saya pakai segel sebagai pengikat perjanjian gadai, dan biasanya harus ada dua orang yang jadi saksi.”106

Dalam akad atau perjanjian ini tercantum beberapa hal mengenai transaksi gadai yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1) Biaya gadai atau hutang

Biaya gadai atau hutang yang diperoleh pemilik barang beragam jumlahnya, tergantung berapa jumlah yang ia butuhkan atau kesepaktan kedua belah pihak pada saat negosiasi awal. Contoh misal gadai yang dilakukan Bapak Sukri, beliau menggadaikan sepetak lahan sawah dengan jumlah hutang sebesar Rp. 35.000.000,- dalam jangka

103Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

104Zaini, wawancara, Sempolan, 26 Mei 2015.

105Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

106Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

waktu 2 tahun.107 Hal ini bisa dipahami dari kutipan wawancara berikut :

“Ya kalau banyaknya hutang atau biaya gadai tergantung permintaan pemilik barang berapa butuhnya.”108

“Kalau jumlah biaya gadai ya terserah kesepakatan kedua pihak, tapi juga tergantung pada permintaan pemilik barang, asal mintanya juga sewajarnya lah.”109

“Kalau masalah banyaknya hutang yang diterima, ya tergantung berapa jumlah yang saya butuhkan, Tapi tergantung kesepakatan. Karena biasanya penerima gadai sudah tahu kondisi barang yang akan saya gadaikan.”110

2) Jangka waktu gadai

Dalam penjelasan jangka waktu gadai disebutkan kapan gadai dimulai dan kapan berkahirnya gadai tersebut.

Jangka waktu gadai biasanya berkisar satu tahun atau lebih tergantung kesepakatan awal.

Sebagaimana penjelasan berikut :

“Kalau disini biasanya orang-orang menggadaikan barangnya selama satu tahun, tapi bisa juga lebih.”111

“Lama masa gadai ya tergantung dari kesepakatan kedua pihak, apa satu tahun, dua tahun, bisa juga lebih.”112

107Dokumentasi Surat Perjanjian Gadai (Bukti Terlampir).

108Raknawi, wawancara, Sempolan, 12 Mei 2015.

109Bieyoto, wawancara, Sempolan, 20 Mei 2015.

110Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

111Zaini, wawancara, Sempolan, 26 Mei 2015.

112Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

“Kalau masalah penentuan jangka waktu gadai biasanya satu tahun, tapi bisa juga lebih, tergantung kesepakatan antara pemilik barang dan yang menerima gadai.”113

3) Serah terima dan status barang jaminan.

Setelah proses akad atau perjanjian selesai, maka proses selanjutnya ialah serah terima diantara kedua belah pihak. Pemilik barang menerima uang sebagai biaya gadai atau hutang, sedangkan orang yang menerima gadai menerima barang jaminan. Dalam tahapan ini pula pemilik barang akan menyerahkan sepenuhnya barang yang ia jadikan jaminan kepada penerima gadai. Mulai dari biaya pengelolaan, hasil dari pemanfaatan barang gadai, bahkan biaya pajak pun menjadi tanggung jawab penerima gadai sampai orang yang menggadaikan melunasi hutangnya.

Sebagaimana dikatakan oleh nara sumber berikut :

“Biasanya kalau disini barang gadai berada dalam penguasaan penerima gadai sampai orang yang menggadaikanmenebusnya.”114

“Ya kalau barang jaminan menjadi tanggung jawab penerima gadai sepenuhnya, termasuk seluruh biaya perawatan dan hasilnya.”115

“Biasanya setelah perjanjian dan serah terima, barang yang digadaikan sepenuhnya ditanggung oleh orang yang menerima gadai, baik hasil dan biaya lainnya”.116

113Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

114Taufik, wawancara, Sempolan, 3 Juni 2015.

115Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

116Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

Status barang jaminan setelah proses serah terima tersebut menjadi tanggung jawab penerima gadai sepenuhnya, penerima gadai juga berhak memanfaatkan barang jaminan tersebut sampai pemilik barang melunasi hutangnya, dan seluruh hasil yang didapat dari pengelolaan barang gadai menjadi hak penerima gadai tanpa harus memberitahu berapa jumlah yang didapat dari pengelolaan tersebut kepada orang yang menggadaikan. Sedangkan pemilik barang juga tidak memperoleh bagian dari hasil panen atau usaha yang dilakukan oleh pihak penerima gadai.

Kutipan wawancara:

“Selamapemilik barang belum menebus gadaiannya, barang yang digadaikan menjadi tanggung jawab saya, dan saya berhak mengelola barang yang digadaikanitu.”117

“Ya kalau barang yang sudah digadaikan akan menjadi tanggungan penerima gadai seluruhnya.

Bahkan hasil yang didapat saya pun tidak tahu. Saya sudah lepas tanggung jawab dari semua itu.”118

“Ya biasanya kalau disini barang yang sudah digadaikan menjadi tanggungan penerima gadai dan biasanya dimanfaatkan oleh penerima gadai, juga hasil dari pemanfaatan tersebut menjadi hak penerima gadai. Sedangkan pemilik barang tidak memperoleh bagian dari hasil pemanfaatan tersebut.

Karena pada saat serah terima pemilik barang sudah memasrahkan barang yang ia gadaikan kepada

117Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

118Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

penerima gadai.”119 5. Penambahan biaya dalam gadai.

Dalam transaksi gadai di Dusun Onjur Desa Sempolan, pemilik barang diperbolehkan meminta tambahan biaya atau hutang jika penerima gadai menyanggupinya. Penambahan hutang bisa dilakukan berkali-kali tanpa harus menambah barang jaminan.

Hingga terkadang jumlah hutang membengkak dan hampir mendekati harga jual barang yang digadaikan. Contohnya seperti transaksi gadai yang dilakukan Bapak Sukri. Semula Bapak Sukri berhutang sebanyak Rp. 35.000.000,- dengan jaminan berupa lahan sawah dalam jangka waktu 2 tahun. Pada tahun pertama Bapak Sukri meminta tambahan hutang untuk menutupi biaya pernikahan anaknya sebesar Rp. 20.000.000,- dan pada tahun berikutnya Bapak Sukri kembali meminta tambahan sebesar Rp. 10.000.000,- untuk menutupi biaya perawatan istrinya di rumah sakit. Penambahan yang dilakukan Bapak Sukri tersebut tanpa disertai penambahan barang yang ia jaminkan kepada orang yang menerima gadai. Karena jumlah hutang Bapak Sukri masih di bawah harga jual barang yang ia gadaikan.

Hal tersebut dapat dipahami berdasarkan wawancara berikut :

“Kalau saya kekurangan dana, biasanya meminta tambahan lagi kepada orang yang menggadaikan. Seperti pada waktu pernikahan anak saya, saya meminta tambahan sebanyak Rp.

20.000.000,- dan pada waktu istri saya masuk rumah sakit, saya minta tambah lagi sebanyak Rp. 10.000.000,- tanpa

119Taufik, wawancara, Sempolan, 3 Juni 2015.

menambah barang yang saya gadaikan.”120

“Kalau disini, jika pemilik barang meminta tambahan hutang, biasanya tidak usah menambah barang yang digadaikan, asal hutangnya tidak lebih dari harga jual barang yang digadaikan.”121

“Ya tidak masalah pemilik barang berkali-kali minta tambahan biaya, asal orang yang menerima gadai menyanggupi.”122

6. Penambahan jangka waktu gadai

Selain meminta tambahan hutang, biasanya pemilik barang juga meminta tambahan waktu gadai kepada penerima gadai. Hal ini terjadi ketika orang yang menggadaikan belum mampu melunasi hutangnya pada saat masa gadai hampir berakhir. Perpanjangan waktu yang dimaksud adalah memperbarui perjanjian secara tertulis.

“Ya kadang kalau disini pemilik barang meminta tambahan waktu kalau dia belum mampu melunasi hutangnya.”123

“Biasanya kalau saya belum mampu menebus, saya minta perpanjangan waktu kepada penerima gadai, dan harus memperpanjang segeljuga ”.124

“Biasanya pemilik barang meminta tambahan jangka waktu kalau belum mampu melunasi hutangnya. Kalau sudah ada perpanjangan waktu seprti itu, ya harus memperpanjang segel juga”.125

Perpanjangan jangka waktu gadai bisa dilakukan berulang kali, hingga akhirnya mengakibatkan masa gadai bertambah lama.

Dan ketika masa gadai bertambah lama, biasanya penerima gadai

120Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

121Zainal Arifin, wawancara, Sempolan, 24 Mei 2015.

122Raknawi, wawancara, Sempolan, 12 Mei 2015.

123Raknawi, wawancara, Sempolan, 12 Mei 2015.

124Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

125Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

akan mengadakan kesepakatan atau perjanjian baru dengan pemilik barang. Yakni jika pemilik barang tidak mampu melunasi hutangnya pada saat waktu gadai berakhir, maka barang yang digadaikan harus dijual kepada penerima gadai sebagai bentuk pelunasan hutang.

Namun kesepakatan tersebut tidak dicantumkan dalam perjanjian tertulis, hanya sebatas ucapan yang disepakati kedua belah pihak.

“Kalau pemilik barang sudah berkali-kali minta tambahan waktu, saya akan minta syarat tambahan agar barang yang digadaikan dijual kepada saya kalau dia belum mampu melunasi hutangnya setelah masa gadai berakhir.”126

“Setelah saya minta tambahan waktu berkali-kali, penerima gadai biasanya akan minta syarat tambahan agar saya menjual barang yang saya gadaikan kepadanya jika saya belum mampu melunasi hutang sampai masa gadai berakhir.”127

7. Pengalihan barang gadai

Pada saat masa gadai hampir berakhir untuk kesekian kalinya (setelah pemilik barang berulang-ulang meminta tambahan hutang dan waktu), penerima gadai akan menemui pemilik barang untuk menanyakan sekaligus menagih hutang. Pada masa ini, terkadang pemilik barang tetap saja meminta tambahan waktu lagi, karena orang yang menggadaikan belum mampu melunasi hutangnya.

Namun kebanyakan penerima gadai menolak untuk memperpanjang masa gadai, karena menilai jumlah hutang yang terlampau banyak dan masa gadai yang lama serta melihat keadaan pemilik barang

126Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

127Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

yang tak mampu melunasi hutangnya. Pada masa ini penerima gadai tidak akan langsung meminta pemilik tanah untuk menjual barang yang digadaikan kepadanya sebagaimana kesepakatan di atas, akan tetapi penerima gadai meminta kepada pemilik barang agar mengalihkan gadainya kepada orang lain.

Sebagaimana diungkapkan dalam wawancara berikut:

“Kalau waktu gadai sudah berakhir, saya biasanya akan menagih hutang kepada pemilik barang, tapi jika dia belum bisa membayar hutangnya, saya tidak akan langsung meminta agar pemilik barang menjual barang yang digadaiakan kepada saya, tapi saya akan minta kepada pemilik barang agar dipindahkan saja kepada orang lain”.128

“Biasanya kalau waktu gadai sudah hampir habis, penerima gadai akan menagih hutangnya, jika saya belum bisa membayar hutang, saya akan minta waktu lagi. Tapi kebanyakan penerima gadai menolak untuk memberi waktu lagi. Ya alasannya karena jumlah hutang sudah banyak dan waktu gadainya sudah lama. Terus biasanya penerima gadai akan nyuruh saya agar mencari orang lain untuk menggantikan gadai. Tapi sulit bagi saya menemukan orang yang mau menggantikan gadai, karena jumlah hutang yang banyak”129

“Ya biasanya kalau waktu gadai berakhir, saya menemui pemilik barang untuk menanyakan dan menagih hutangnya.

Tapi jika pemilik barang belum bisa bayar, saya akan menyuruh dia untuk mencari orang lain yang mau menggantikan saya. Karena saya sudah tidak sanggup lagi meneruskan. Karena hutangnya sudah banyak dan waktu gadai yang sudah lama.”130

Setelah pemilik barang kesulitan menemukan orang untuk menggantikan perjanjian gadai, maka penerima gadai akan meminta agar pemilik barang menjual barang digadaikan kepadanya sesuai

128Zainal Arifin, wawancara, Sempolan, 24 Mei 2015.

129Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

130Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

kesepakatan pada saat pemilik gadai meminta tambahan waktu.

Sebagaimana yang diutarakan oleh para pelaku gadai:

“Kalau pemilik barang sudah tidak bisa menemukan orang yang bisa menggati gadai, biasanya saya akan minta agar gadaiannya dijual kepada saya sesuai kesepakatan yang kami buat sewaktu pemilik barang meminta tambahan waktu”.131

“Karena sulit mencari orang yang mau mengganti gadai, saya akan bilang kepada orang yang menerima gadai tentang hal itu, dan biasanya penerima gadai akan meminta saya agar menjual barang yang saya gadaikan kepadanya sesuai kesepakatan pada saat saya meminta tambahan waktu.”132

“Ya kalau orang yang menggadaikan sudah tidak bisa menemukan orang yang mau menggantikan gadai, saya akan meminta dia agar menjual saja barang yang digadaikan kepada saya.”133

Perpindahan kepemilikan dari pemilik barang kepada penerima gadai dilakukan setelah kedua belah pihak mengadakan transasksi jual beli sebagaimana kesepakatan atau syarat yang disepakati ketika pemilik barang meminta tambahan untuk kesekian kalinya.

Sebagaimana yang diutarakan oleh pelaku gadai:

“Karena pemilik barang tidak menemukan orang yang bisa menggantikan gadai, maka selanjutnya saya akan melakukan jual beli sebagaimana persyaratan yang saya buat dengan pemilik barang ketika pemilik barang meminta perpanjangan waktu.”134

“Setelah saya tidak menemukan orang yang bisa menggantikan gadai, maka saya akan menjual barang yang saya gadaikan kepada penerima gadai sebagaimana persyaratan yang diberikan penerima gadai ketika saya minta

131Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

132Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

133Zainal Arifin, wawancara, Sempolan, 24 Mei 2015.

134Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

perpanjangan waktu.”135

Untuk masalah harga jual barang jaminan pada saat tersebut, biasanya mengikuti harga pasaran dikurangi jumlah hutang pemilik barang kepada penerima gadai. Hal tersebut dapat dipahami dari hasil wawancara berikut :

“Ya kalau harganya sama seperti harga biasanya, cuma dikurangi banyaknya hutang pemilik barangsaja.”136

“Harga jualnya ya sama seperti harga biasanya, cuma dikurangi jumlah hutang saya kepada penerima gadai.”137

“Biasanya harga jual disesuaikan dengan harga pasaran pada saat itu, hanya tinggal mengurangi jumlah hutang pemilik barangsaja.”138

2. Praktik gadai yang diakhiri kepemilikan dalam perspektif hukum Islam

Praktik gadai yang diakhiri kepemilikan di Dusun Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember merupakan salah satu bentuk transaksi yang lumrah dilakukan masyarakat. Dalam praktiknya, kebanyakan masyarakat tidak tahu dan mengabaikan hukum Islam yang mendasari transaksi tersebut. Untuk mendiskripsikan praktik gadai yang diakhiri kepemilikan yang dilakukan masyarakat Dusun Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember dalam perspektif hukum Islam, maka peneliti akan membagi dalam beberapa bagian berikut:

1. Konsep gadai di masyarakat

Dalam hukum Islam, gadai diartikan sebagai penyerahan

135Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

136Hidayat, wawancara, Sempolan, 8 Juni 2015.

137Sukri, wawancara, Sempolan, 31 Mei 2015.

138Taufik, wawancara, Sempolan, 3 Juni 2015.

barang yang bernilai menurut syara’ oleh orang yang berhutang sebagai jaminan atas hutang yang diterimanya.

Ulama’ Malikiyah mendefinisikangadai (rahn) dengan:

“Harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan hutang yang bersifat mengikat”.139

Sedangkan menurut pemahaman masyarakat Dusun Onjur Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember tentang konsep gadai adalah transaksi pinjam meminjam atau utang piutang diantara kedua belah pihak dengan menyertakan barang berharga yang dimiliki penggadai sebagai jaminan atas hutang yang diperolehnya dari penerima gadai.

Berdasarkan penyajian data tentang pemahaman masyarakat tersebut, dapat dipahami bahwa konsep gadai yang dipahami masyarakat sudah sesuai dengan hukum islam.

2. Unsur Gadai

Unsur gadai yang dimaksudkan adalah rukun gadai (rahn) atau hal-hal yang harus dipenuhi di dalam praktiknya. Sebagaimana dalam kajian teori rukun gadai (rahn) dalam hukum Islam yang harus dipenuhi adalah:140

a. Rahin dan murtahin (orang yang bertransaksi) b. Marhun (barang yang digadaikan)

c. Marhun bih (hutang atau tanggungan)

139Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 252.

140Nor, Ekonomi Syariah Versi Salaf, 112.

d. Shighat ijab qabul (ucapan serah terima)

Dari unsur-unsur tersebut, semua telah ada dalam transaksi gadai yang dipraktikan oleh masyarakat Dusun Onjur sebagaimana dalam penyajian data yang telah dipaparkan, oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa unsur gadai yang ada di masyarakat sudah sesuai dengan hukum Islam.

3. Objek atau barang yang dijadikan jaminan

Sebagaimana dalam kajian teori objek atau barang yang dijadikan jaminan harus memenuhi beberapa syarat berikut:

a. Barang harus bisa diperjualbelikan (memiliki nilai ekonomis) menurut tijauan syariat.

b. Barang harus berupa harta yang bernilai.

c. Barang harus bisa dimanfaatkan secara syariah, tidak berupa barang haram.

d. Barang harus dimiliki oleh rahin, setidaknya harus atas izin pemiliknya.141

Pada praktik gadai yang dilakukan masyarakat Dusun Onjur, barang yang biasa dijadikan jaminan adalah barang berharga milik pribadi, dan juga barang tersebut dapat menghasilkan. Apabila mengacu pada syarat barang gadai dalam hukum Islam, pemahaman masyarakat Dusun Onjur tentang barang yang dijadikan jaminan sudah sesuai dan memenuhi syarat ada.

141Nawawi, Fikih Muamalah, 200.

4. Proses gadai yang diakhiri kepemilikan.

Dalam pembahasan proses gadai yang diakhiri kepemilikan ini berkaitan dengan prosedur gadai yang di dalamnya terdapat pembahasan mengenai tahap pencarian, kesepakatan (akad), tambahan hutang atau biaya gadai dan peralihan barang gadai.

Berikut adalah penjelasan detail mengenai analisis tersebut:

a) Tahap pencarian dan negosiasi gadai

Dalam agama Islam, umatnya dibebaskan untuk memanfaatkan barang hak miliknya, baik itu diperjual belikan, disewakan ataupun digadaikan selama hal tersebut tidak melanggar aturan-aturan hukum Islam. Pemanfaatan barang yang menjadi hak milik yang berupa lahan sawah di masyarakat Dusun Onjur adalah dengan cara digadaikan. Sebelum transaksi gadai tersebut dilaksanakan, tahap pertama yang dilakukan adalah pencarian orang yang akan menerima gadai oleh orang yang menggadaikan (diistilahkan dengan pemilik barang) guna meminjam uang kepadanya dengan akad gadai. Setelah itu kedua belah pihak akan bernegosiasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gadai. Negosiasi dalam tahapan ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan diantara kedua belah pihak tentang banyaknya biaya gadai atau hutang, lama masa gadai, dan lain- lain yang berkaitan dengan transaksi gadai yang dilakukan.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN (Halaman 56-84)

Dokumen terkait