1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan tidur adalah kebutuhan fisiologis, atau jumlah minimum istirahat yang dibutuhkan tubuh untuk mempersiapkan hari berikutnya. Kebutuhan tidur ditentukan oleh genetika dan fisiologi individu dan tidak termasuk kesulitan tidur di malam hari, yang bukan merupakan cara standar untuk mengukur kebutuhan tidur. Sementara studi epidemiologi tentang durasi tidur pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar 7-8 jam, wajar jika beberapa orang membutuhkan lebih banyak tidur (seperti anak-anak dan remaja) dan beberapa orang membutuhkan lebih sedikit tidur. (Grandner, 2019)
Idealnya, anak usia sekolah membutuhkan waktu tidur 8-10 jam. Anak usia sekolah harus mendapatkan tidur yang cukup sehingga ketika anak memulai belajar di pagi hari, mereka harus dapat fokus dan bersemangat dalam kegiatan belajar di sekolah. (Kemendikbud, 2020)
Tidur yang berkualitas dapat meningkatkan jumlah sel saraf di otak, sehingga mempengaruhi daya ingat. National Sleep Foundation memberikan rekomendasi durasi tidur berdasarkan kelompok usia. Tidur 7-9 jam per hari direkomendasikan untuk usia 18 hingga 25 tahun (Gunawan et al., 2021)
Dalam Hanifah (2011) menyatakan kualitas tidur yang baik akan meningkatkan produktivitas, kualitas emosi dan konsentrasi. Sebaliknya, kekurangan tidur dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol, yang dapat merusak atau mengganggu sel- sel otak yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan ingatan. Selain itu sel-sel otak yang baru dapat gagal berkembang atau dapat juga tumbuh secara abnormal. Sebagai dampak dari kerusakan itu menyebabkan gangguan fleksibilitas mental, kreativitas dan atensi (konsentrasi). (Corbafo et al., 2015)
Kualitas istirahat yang buruk dapat mempengaruhi kondisi medis dan menjadi penyebab berbagai penyakit, seperti putus asa, gugup, kurang tidur,
2
gangguan kardiovaskular, cedera, dan penurunan kapasitas mental. Kualitas istirahat diperkirakan menggunakan instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). (Gunawan et al., 2021)
Awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan mewabahnya penyakit baru yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei yang kemudian menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara dan teritori. Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). (WHO, 2022).
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) berimplikasi pada semua sektor, termasuk pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran No. 4. Perpres Nomor 4 Tahun 2020 menghimbau agar pelaksanaan proses belajar mengajar di rumah atau biasa disebut dengan pembelajaran jarak jauh/online untuk memutus mata rantai penularan virus corona. (Kemendikbud, 2020).
Perubahan sistem pembelajaran dari luring menjadi daring juga memberikan dampak yang sangat besar selama proses pembelajaran berlangsung dimana siswa dituntut untuk belajar menggunakan laptop ataupun gadget dalam durasi yang panjang. Keterpaparan yang lama terhadap sinar gadget memberikan efek buruk terhadap kesehatan siswa. Sinar biru dari laptop, smartphone, dan tablet menekan atau menghambat pelepasan melatonin dalam tubuh yang berakibat meningkatnya kondisi terjaga di malam hari, latensi tidur, dan waktu tidur REM.
(Kharisna et al., 2021).
Banyak penelitian yang berencana untuk mengamati dampak penguncian saat istirahat jelas menonjol pada daftar kualitas istirahat lengkap di seluruh dunia.
Yang pasti, di antara instrumen yang digunakan untuk mensurvei sorotan istirahat yang diungkapkan sendiri selama pandemi COVID-19 secara keseluruhan, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah yang paling gencar dimanfaatkan.
PSQI sangat mungkin merupakan teknik yang paling umum terlibat untuk mengevaluasi kualitas istirahat emosional baik di eksplorasi dan pusat. Secara khusus, ini adalah survei laporan diri untuk menilai tujuh ruang istirahat (yaitu, kualitas istirahat, istirahat dormansi, rentang istirahat, kemampuan kecenderungan
3
istirahat, pengaruh mengganggu istirahat, penggunaan obat istirahat, kerusakan siang hari) yang, bersama-sama, memberikan skor di seluruh dunia, dari kualitas tidur. (J.Buysse et al., 1989)
Berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hampir semua negara dari 6 daratan di dunia, mulai dari daratan Eropa, daratan Amerika, daratan Asia, daratan Australia, daratan Pasifik dan daratan Afrika, daratan ini telah diperhitungkan. karena telah terpapar COVID-19. Kasus terbanyak telah terjadi di daratan Eropa. Coronavirus adalah wabah keseluruhan. Pembaruan data tanggal 19 Januari 2022, 3.156.986 kasus baru dicatat sampai sekarang, dengan jumlah 332.617.707 kasus COVID-19 dan 5.551.314 kematian. Dengan informasi setiap hari, kasus telah dicatat di Asia Tenggara pada 19 Januari 2022, dengan 728.092 kasus positif COVID-19 dan 48.302.518 kematian. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kasus COVID-19 terus bertambah setiap harinya. Secara konsisten terjadi lonjakan jumlah penularan karena penyebaran infeksi yang semakin jauh (WHO, 2022).
Sesuai informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada 19 Januari 2022 terjadi penambahan 1.745 kasus dengan total 4.275.528 kasus positif.
Meskipun peningkatan yang realistis dalam jumlah kasus COVID-19, jumlah kasus yang dinyatakan sembuh telah terjadi lebih dari 4.120.540 kasus dengan tingkat 96,4%. Apalagi orang yang dinyatakan meninggal ada 144.192 kasus dengan level 3,4%. Tingkat kasus yang terjadi berdasarkan orientasi lebih normal pada wanita dengan tingkat 50,4% dibandingkan dengan pria dengan tingkat 47,6%. Pada wanita, jumlah kasus COVID-19 terbesar terjadi pada usia 25-34 tahun dengan jumlah 265.033 (10,7%), kemudian, pada saat itu, di urutan berikutnya terjadi pada usia 35-44 tahun dengan sejumlah 228.937 (9,2%), posisi ketiga pada usia 45 tahun.
- 54 tahun dengan jumlah 204.350 (8,3%), peringkat keempat pada usia 15-24 tahun dengan jumlah 159.813 (6,5%), posisi kelima pada usia 55-64 tahun dengan jumlah 142.281 kasus (5,7%) ) posisi ke-6 jatuh tempo >65 tahun ke atas sebesar 81.477 (3,3%), posisi ketujuh pada usia 5-14 tahun dengan jumlah 77.712 (3,1%) dan posisi terakhir pada usia <5 tahun dengan jumlah 31.925 (1,3%). (Covid-19, 2022)
4
Laki-laki dengan jumlah kasus virus Corona terbesar terjadi pada usia 25- 34 tahun dengan jumlah 295.968 (12%), posisi berikutnya terjadi pada usia 35-44 tahun dengan jumlah 231.770 (9,4%), posisi ketiga berada pada kelompok umur.
45-54 tahun dengan total 209.515 (8,5%), posisi keempat terjadi pada usia 15-24 tahun dengan jumlah 202.844 (8,2%), posisi kelima pada usia 55-64 tahun dengan jumlah 143.826 (5.8%), posisi ke-6 pada usia 5-14 tahun dengan jumlah 75.983 (3,1%), posisi ketujuh terjadi pada periode >65 tahun dengan jumlah 71.958 (2,9
%), dan yang terakhir pada waktu <5 tahun dengan jumlah 29.622 kasus. (1,2%).
Virus corona menyerang semua usia, di mana misalnya anak-anak dengan jumlah remaja putra dan putri, jika di totalkan maka didapatkan pada anak usia 5-14 tahun ke atas sebanyak 153.695 kasus dengan tingkat 6,2%, dan pada anak-anak usia <5 tahun terdapat 61.547 kasus dengan tingkat 61.547 kasus. 2.5%. (Covid-19, 2022)
Sesuai informasi dari Dinas Kesehatan Wilayah Bali, terdapat informasi perkembangan kasus dengan jumlah kasus terbaru pada 21 Januari 2022 sebanyak 114.591 terkonfirmasi positif (2,7% dari angka publik), sebanyak 110.343 kasus sembuh. (96,3% dari jumlah yang dikonfirmasi di wilayah itu), lebih dari 4.063 kasus meninggal (3,5%). Berdasarkan informasi yang ditegaskan, virus corona lebih banyak terjadi pada pria (60,7%) dibandingkan dengan wanita (39,3%).
(Covid-19, 2022)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagimana Gambaran Kualitas Tidur Pada Anak Usia Sekolah Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Puskesmas I Denpasar Barat tahun 2022”
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kualitas tidur pada anak usia sekolah pada masa pandemi covid-19 di wilayah Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2022
5 2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian Gambaran Kualitas Tidur Pada Anak Usia Sekolah Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Puskesmas I Denpasar Barat adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi karakteristik anak usia sekolah berdasarkan umur dan jenis kelamin di wilayah Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2022.
b. Mengukur kualitas tidur anak usia sekolah di wilayah Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2022.
c. Menganalisis kualitas tidur pada anak usia sekolah pada saat pandemi Covid- 19 di wilayah Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2022.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan dan penambahan wawasan di bidang ilmu pengetahuan tentang gambaran kualitas tidur pada anak usia sekolah pada masa pandemi covid-19.
Adapun manfaat dari penelitian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan khususnya di bidang keperawatan anak, serta nantinya bisa digunakan sebagai bahan maupun data dasar untuk penelitian selanjutnya dengan metode yang berbeda.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi
Pelayanan Kesehatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi atau bahan pertimbangan untuk menentukan kualitas tidur pada anak usia sekolah pada masa pandemi covid-19.
b. Bagi Masyarakat
Hasil dari enelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat khususnya anak usia sekolah agar mampu memperbaiki kulaitas tidurnya.
6 c. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan serta pengalaman dalam merancang dan melaksanakan penelitian, serta diharapkan juga dapat memberikan manfaat dalam menerapkan teori-teori tentang kualitas tidur pada anak usia sekolah.