BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kegiatan jasa konstruksi telah terbukti memberikan kontribusi penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di semua negara di dunia termasuk Indonesia, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta (Kadin, 2002). Dalam menghadapi persiapan pasar bebas perlu dilakukan langkah–langkah antisipatif yang harus dipersaingan oleh perusahaan–perusahaan jasa konstruksi, baik swasta maupun BUMN dengan melakukan berbagai macam perbaikan guna meningkatkan kualitas kinerja menejemen sehingga dapat menghasilkan suatu sistem bisnis perusahaan jasa konstruksi yang ideal menurut (Sudarto, 2003).
Dalam manajemen Proyek Konstruksi salah satu sasaran utama yang dicapai, adalah menciptakan iklim kerja yang didukung baik dan sisi sarana, kondisi kerja, keselamatan kerja, dan komunikasi timbal balik yang terbuka antara atasan dan bawahan (Paulus, 1985). Suatu kondisi kerja (work condition) dan keselamatan kerja (safety work) yang baik merupakan syarat untuk mencapai suatu iklim kerja yang mendukung bagi para pekerjanya terutama di dalam proyek konstruksi.
Hal ini perlu mendapat perhatian dikarenakan lokasi pekerjaan proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung resiko cukup besar (Ervianto, 2005), sehingga dapat di katakan bahwa industri konstruksi terbilang paling rentan terhadap kecelakaan kerja.
Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia sudah dilakukan, walaupun pelaksanaannya masih kurang sempurna. Hal ini ditunjukan dengan angka kecelakaan kerja yang masih tinggi. Angka kecelakaan kerja 2014 sebanyak 53.319 kasus, tahun 2015 sebanyak 50.089 kasus. Data dari International Labour Organization (ILO), setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal sedunia. Di Indonesia terdapat kasus kecelakaan kerja yang setiap harinya dialami buruh dari 100.000 tenaga kerja dari 30%
diantaranya terjadi di sektor konstruksi (http://www.bpjskete- nagakerjaan.go.id). Kenyataan yang ada bahwa tingkat kepedulian dunia usaha bidang konstruksi terhadap keselamatan kerja juga masih rendah.
Bidang jasa konstruksi menyumbang cukup banyak terjadinya kecelakaan kerja yaitu 30% dari keseluruhan angka kecelakaan kerja di Indonesia. Faktor–faktor penyebab kecelakaan kerja ada lima yang secara berurutan digambarkan sebagai lima domino yang berdiri sejajar yaitu: kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman/
hazard (Heinrich, 1931 dalam Suardi, 2005).
Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja bidang jasa konstruksi (Simanjuntak, Praditya, 2012) meliputi: a)Para pekerja saling mengalami tekanan terhadap waktu pada saat bekerja; b) Lokasi kerja yang tidak rapi; c) Perlengkapan Keselamatan Kerja Yang terjadi sering kali tidak tersedia atau tidak layak pakai; d) Sering tidak ada tanda peringatan “Hati–Hati“ yang jelas di dalam proyek; e) Tenaga kerja yang terlibat dalam mengerjakan proyek ternyata tidak memiliki kemampuan atau skill yang diharapkan.
Dari data tersebut di atas dapat diketahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan khususnya kecelakaan kerja di bidang konstruksi.
Di setiap proyek untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja maka perlu dilakukan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara continue. Maksud dan tujuan pelaksanaan K3 di bidang jasa konstruksi berfungsi untuk mengetahui dan memahami dengan benar penerapan K3 khususnya dalam setiap kegiatan jasa konstruksi sehingga dapat bekerja dan melaksanakan pekerjaan dengan benar, mengikuti ketentuan, peraturan dan tahapan pelaksanaan yang disyaratkan sesuai dengan pedoman keselamatan kerja di tempat kerja konstruksi agar dapat menghindari setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dengan melakukan tindakan penerapan dan perbaikan, pengawasan dan inspeksi untuk mematuhi K3.
Hasil penelitian ketidakpatuhan penerapan K3 di bidang konstruksi (Dwi Friska. G. Naibaho, 2001) meliputi kurang pahamnya kontraktor terhadap pentingnya peraturan K3; minimnya alokasi biaya K3; rendahnya prioritas penerapan terhadap K3; terdapat kebijakan internal perusahaan; rendahnya pemahaman dan pengawasan pihak pemilih proyek terhadap K3; dan sangsi pidana pelanggaran ringan.
Penelitian implementasi SMK3 (Messah, dkk, 2012) didapatkan data bahwa presentase implementasi Sistem Management K3 pada pemahaman jasa konstruksi sebesar 62,38% dan berdasarkan penggolongan menurut kategori jenis perusahaan, BUMN memiliki prosentasi Implementasi SMK3 sebesar 87,10% dan perusahaan swasta nasional memiliki persentase 56,06%. Hasil survei penerapan regulasi dan kebijakan K3 pada 30 proyek gedung oleh Suraji dan Rosmariani (2012) menemukan bahwa dari 30 proyek gedung yang terdiri dari 17 (tujuh belas) proyek oleh perusahaan konstruksi BUMN hanya memiliki rata-rata penerapan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NSPK K3) sebesar 60% dari 65
elemen NSPK. Sedangkan 2 proyek yang dikerjakan oleh perusahaan kontraktor swasta asing sudah sangat baik menerapkan hampir semua elemen NSPK yaitu sebesar 99%.
PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi yang telah dirintis sejak jaman kemerdekaan. Divisi Konstruksi IV merupakan salah satu Divisi dari Departemen Infrastruktur II dibawah Direktur Operasional 1 PT Adhi Karya (persero) Tbk. yang mengerjakan proyek-proyek konstruksi yang ada di wilayah daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY.
Penerapan aspek K3 di lingkungan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.
Divisi Konstruksi IV dijabarkan sebagai suatu alur perlindungan bekerja kepada seluruh staf dan pekerja yang bekerja di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. Kecelakaan kerja merupakan hal yang dihindari dalam pelaksanaan pekerjaan proyek di PT Adhi Karya.
Dari data penelitian tersebut diatas bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sudah dilaksanakan dan dapat disimpulkan bahwa perusahaan BUMN lebih baik dari pada perusahaan swasta nasional di dalam penerapannya. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada pelaksanaan proyek-proyek konstruksi di PT Adhi karya (Persero) Tbk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa penulis merupakan salah satu pekerja di PT Adhi Karya dan merasa perlu melakukan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program K3 dan apakah ada kendala serta bagaimana solusinya.
1.2. Perumusan Masalah
Karena Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang penting bagi pekerja konstruksi dan perlu mendapatkan perhatian lebih serta berdasarkan dari hasil data penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan BUMN Konstruksi lebih baik, maka masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini:
1. Bagaimanakah penerapan K3 di lokasi proyek-proyek konstruksi saat ini?
2. Adakah hambatan/kendala dalam penerapan K3 pada proyek- proyek konstruksi dan bagaimana harapan perusahaan dalam penerapan K3?
1.3. Batasan Masalah
Agar masalah yang di teliti tidak terlalu luas dan mendapat hasil yang baik, maka penulis melakukan batasan atas masalah yang akan diteliti. Batasan masalah hanya dilakukan pada proyek-proyek konstruksi yang dikerjakan oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. di wilayah Jawa Tengah dan DIY dikarenakan penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang penerapan program K3 pada lokasi studi kasus ini.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian tentang penerapan aspek K3 di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. di wilayah Jawa Tengah dan DIY Divisi Konstruksi IV adalah:
1. Mendapatkan informasi tentang penerapan K3 di bidang kontruksi secara mendetail dan mengetahui segala kendala penerapan aspek K3 di Proyek Konstruksi PT. Adhi Karya (Persero) Tbk; dan
2. Meningkatkan kesadaran bagi seluruh pekerjaan konstruksi pentingnya pelaksanaan K3.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bagi pihak yang terkait dalam penelitian ini yakni:
Bagi Perusahaan Konstruksi
Diharapkan dapat memberi masukan yang bersama sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan penerapan K3 sehingga demikian dapat diwujudkan proyek dengan kecelakaan kerja seminimal mungkin.
Bagi Pekerja Konstruksi
Penelitian ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan pekerja konstruksi dalam hal rasa aman dan nyaman pekerja.
Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam rangka menyiapkan prosedur pelindungan kerja yang baru,dimana kerangka prosedur dapat dibentuk dalam suatu susunan sistem manajemen keselamatan kerja yang berkaitan tentang pengertian pelaksanaan K3 bagi pekerja konstruksi Indonesia.