1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut American Society of Anesthesiologists (ASA), kesulitan jalan nafas (difficult airway) didefinisikan sebagai kesulitan dalam melakukan tindakan intubasi trakea atau ventilasi dengan sungkup wajah (facemask). Penyebab yang paling sering pada anak adalah malformasi kraniofasial dan benda asing, sedangkan pada orang dewasa disebabkan infeksi (misalnya Ludwig angina, peritonsillar abses, retropharyngeal abses, epiglottitis), trauma kraniofasial, tumor dan kanker pada saluran nafas atas. Sebagian besar difficult airway terjadi secara akut dan membahayakan nyawa, sehingga mengamankan jalan nafas, memberikan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat merupakan suatu skill penting yang bersifat live-saving (Johansen et al, 2012). Ketidakmampuan dalam melakukan intubasi trakhea atau memberikan oksigenasi dapat berakibat pada hipoksemia, aspirasi, trauma jalan napas, bradikardia, bahkan kematian (Daniella dan Suryo, 2017).
Beberapa pedoman tatalaksana jalan nafas merekomendasikan penggunaan alat supraglottic airway sebagai alternatif terapi ketika intubasi dan ventilasi menemui kegagalan (Marin dan Engelhardt, 2014). Ketika jalan nafas telah diamankan dengan supraglottic airway dan ventilasi telah kembali, maka trakea dapat diintubasi tanpa memerlukan visualisasi langsung. Angka keberhasilan intubasi buta adalah sebesar 15-97%, tergantung jenis supraglottic airway yang digunakan, kondisi pasien, dan keterampilan operator. Walaupun, intubasi buta
2
merupakan terapi yang umum digunakan dan sangat membantu, namun teknik ini berhubungan dengan komplikasi serius pada anak, misalnya cardiac arrest.
Teknik intubasi dengan angka kesuksesan yang tinggi saat percobaan pertama mampu mengurangi komplikasi tersebut, sehingga visualisasi dengan pemandu seringkali lebih menguntungkan pada anak-anak dengan kesulitan jalan napas, salah satunya yaitu menggunakan videolaringoskopi (Ruetzler et al, 2017; Burjek et al, 2017).
Menurut pandangan Islam, jalan napas sulit pada anak merupakan salah satu penyakit pernapasan yang tergolong penyakit berat dan mampu menghambat tujuan syariat Islam (Maqashid asy-Syariah) yang meliputi pemeliharaan nyawa, akal, harta, agama dan keturunan, sehingga memerlukan pengobatan. Dalam Islam tujuan dari praktek kedokteran adalah sejalan dengan tujuan syariat Islam, sehingga untuk tujuan kemaslahatan tersebut, maka bantuan dari ahli kesehatan seperti dokter, paramedis dan sejenisnya sangat diperlukan (Zuhroni, 2010).
Dalam Islam, hukum berobat dapat berbeda-beda karena tergantung dari kondisi penderita. Pada kondisi dimana penyakit sangat berat bahkan mengancam nyawa dan hanya akan sembuh bila dilakukan pengobatan dengan segera, maka hukum berobat adalah wajib (Hawari, 2008). Begitu pula hukumnya dengan pengobatan pada kesulitan jalan napas. Islam mengajarkan bila ada dua pengobatan yang berbenturan dan tidak mungkin dilakukan semuanya karena suatu sebab, maka dianjurkan memilih pengobatan yang mashlahahnya lebih besar atau mafsadahnya lebih kecil serta melarang pengobatan yang mafsadahnya lebih dominan dari pada maslahahnya (Fahmi, 2011).
3
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Perbandingan Efektivitas Videolaringoskopi Dengan Intubasi Fiber-Optic Supraglotis Pada Anak Dengan Kesulitan Jalan Nafas Atas Menurut Pandangan Kedokteran Dan Islam”.
1.2. Permasalahan
1. Bagaimana mekanisme terjadinya kesulitan jalan nafas pada anak ?
2. Bagaimana perbandingan efektivitas videolaringoskopi dengan intubasi fiber-optic supraglotis pada anak dengan kesulitan jalan nafas ?
3. Bagaimana pandangan Islam mengenai perbandingan efektivitas videolaringoskopi dengan intubasi fiber-optic supraglotis pada anak dengan kesulitan jalan nafas ?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan mampu menjelaskan mengenai perbandingan efektivitas videolaringoskopi dengan intubasi fiber-optic supraglotis pada kesulitan jalan nafas atas menurut pandangan kedokteran dan Islam.
2. Tujuan Khusus
1. Memahami dan mampu menjelaskan mengenai mekanisme terjadinya kesulitan jalan nafas pada anak.
2. Memahami dan mampu menjelaskan mengenai perbandingan efektivitas videolaringoskopi dengan intubasi fiber-optic supraglotis pada anak dengan kesulitan jalan nafas.
4
3. Memahami dan mampu menjelaskan pandangan Islam mengenai perbandingan efektivitas videolaringoskopi dengan intubasi fiber-optic supraglotis pada anak dengan kesulitan jalan nafas.
1.4. Manfaat 1. Bagi Penulis
Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai perbandingan efektivitas videolaringoskopi dengan intubasi fiber-optic supraglotis pada kesulitan jalan nafas atas menurut pandangan kedokteran dan Islam, serta menambah pengalaman dalam membuat karya ilmiah yang baik dan benar.
2. Bagi Universitas YARSI
Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di perpustakaan YARSI serta menjadi bahan masukan bagi civitas akademika mengenai perbandingan efektivitas videolaringoskopi dengan intubasi fiber-optic supraglotis pada kesulitan jalan nafas atas menurut pandangan kedokteran dan Islam.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan skripsi ini dapat membantu menambah khasanah pengetahuan masyarakat mengenai perbandingan efektivitas videolaringoskopi dengan intubasi fiber-optic supraglotis pada kesulitan jalan nafas atas menurut pandangan kedokteran dan Islam