• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - repository perpustakaan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Kawasan industri batik banyak bermunculan di berbagai wilayah Indonesia, antara lain Solo, Yogyakarta, Klaten, Banyumas, Pekalongan, Batang, Lasem, dan Kebumen. Setelah mengamati industri batik di Gemeksekti Kebumen yang sebagian besar masyarakatnya adalah perajin batik, maka penulis tertarik untuk mengetahui perkembangan industri batik Gemeksekti dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kebumen. . Kabupaten pada tahun 2007-2013. Bagaimana dampak industri batik terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun 2007-2013.

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan generasi muda mengenai perkembangan industri Batik di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Memberikan informasi kepada para perajin Batik tentang pengetahuan industri Batik yang dilakukan oleh masyarakat Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Penelitian berjudul Perkembangan Industri Batik Gemeksekti Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Gemeksekti Kabupaten Kebumen Tahun 2007-2013.

Eka Riyani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Perkembangan Industri Batik Anto Djamil dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Banyumas menyimpulkan bahwa perkembangan Batik Banyumas di Desa Sokaraja. Bedanya dengan penelitian terdahulu sebenarnya hampir sama yaitu membahas industri batik dalam kaitannya dengan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang perkembangan industri Batik Gemeksekti dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi Masyarakat Desa Gemeksekti Kabupaten Kebumen Tahun 2007-2013.

Industri batik merupakan salah satu bentuk industri kerajinan tangan, karena dalam pembuatannya memerlukan keuletan dan keterampilan khusus dari pembuatnya.

Kajian Tentang Industri Batik a. Pengertian Batik

Berdasarkan pengertian di atas, apabila kain tersebut mempunyai pola pada saat proses pengaplikasian lilin atau wax, maka kain tersebut dapat dikatakan sebagai kain batik. Sedangkan sehelai kain, meskipun bermotif batik, namun tidak dapat disebut batik bila tidak menggunakan proses lilin atau penahan lilin, dan kain tersebut hanya disebut kain bermotif batik. Dilihat dari asal katanya, kemungkinan kata batik berasal dari aktivitas orang menggambar bintik-bintik pada kain.

Menurut analisa berbagai ahli, asal muasal batik di india terletak di India, Cina, Bangkok, Persia, dan Turkestan Timur. Seorang ahli bernama G.P Rouffaer mengatakan bahwa awal mula batik di india khususnya di Pulau Jawa berasal dari India yang dibawa oleh para pedagang. Terkait hal ini, pakar batik, Kuswadji Kawindrosusanto menjelaskan, anggapan orang bahwa batik berasal dari India kemungkinan besar didasarkan pada cara kerjanya dan kemiripan bentuk serta jenis alat yang digunakan.

Selain jenis alat yang digunakan, cara pencelupannya juga berbeda dengan pencelupan batik jawa, walaupun hasil pencelupannya hampir sama dengan pencelupan pada batik India. Kalau di India pewarnaannya menggunakan teknik pewarnaan dengan tepung kanji atau ketan, di Jawa menggunakan malam. Selain ada yang berpendapat bahwa batik berasal dari India, ada juga yang mengatakan bahwa batik berasal dari Tiongkok.

Kesamaan teknik membatik India dan Tiongkok serta makna simbolis atau filosofisnya nampaknya sangat berkaitan dengan kedua negara tersebut, apalagi jika dikaitkan dengan agama Hindu dan Budha yang berkembang cukup subur dan mempengaruhi kehidupan masyarakat (Wahono, dkk. menulis”, dengan menggunakan alat seperti pensil bambu yang kemudian dikembangkan, dan ditemukannya lereng tulisan tembaga. Selain itu juga dikembangkan teknik baru dalam meniru motif batik, yaitu sistem pencetakan yang sebenarnya tidak termasuk kain batik. Namun kain tekstil bermotif batik harganya lebih murah dibandingkan dengan kain batik cap, apalagi kain batik warna warni.

Pada mulanya bahan baku batik adalah kulit kayu, kemudian seiring berkembangnya kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, bahan baku batik yang digunakan adalah kain katun (mori). Pada mulanya warna-warna pada batik adalah warna alam yaitu ekstrak daun nila (Indigo Fera), kemudian ditemukan warna lain seperti pewarna dari daun teh, gambir, akar mengkudu, soga kenet dan lain sebagainya, sedangkan pewarna alami dari hewan merupakan limbah. . jus (Lacdye). Selain menggunakan pewarna buatan yang lebih mudah dan cepat penggunaannya, juga lebih bersih.

Menurut Aminudin Ram dan Tita Sobari, “status atau jabatan adalah kedudukan atau kedudukan seseorang dalam suatu kelompok atau kedudukan suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain”. Status dikonseptualisasikan sebagai kedudukan seseorang atau sekelompok orang dalam sekelompok orang lain dalam kelompok yang lebih besar. Menurut Manato Malo, status sosial adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada kedudukan tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa status adalah tingkatan sosial seseorang dalam suatu kelompok sedangkan sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang ada dalam masyarakat yang berkaitan dengan segala usaha, pekerjaan dan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan demikian, industri batik yang dikelola oleh pengusaha dengan produksi yang meningkat akan menonjolkan status sosial ekonomi masyarakat atau pengusaha tersebut. Status sosial seseorang dalam kehidupan berkelompok bisa saja didasarkan pada keanggotaan dalam kelompok yang tidak terbentuk, seperti status berdasarkan umur, jenis kelamin, dan sistem kekerabatan.

Adanya faktor-faktor yang melahirkan status sosial seseorang akan mengedepankan cara memperoleh status sosialnya. Kemudian, status dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan spiritual dan kemampuannya. Umumnya status seperti itu terdapat pada masyarakat feodal atau masyarakat yang sistemnya distratifikasi berdasarkan perbedaan rasional. (2) Status yang dicapai, yaitu kedudukan seseorang yang dicapai melalui usaha yang disengaja. Status sosial juga dibedakan berdasarkan salah satu jenis jabatan, yaitu Assigned Status, yaitu jabatan yang mana Assigned Status seringkali mempunyai hubungan yang erat dengan Achieved Status, artinya dalam suatu kelompok, kedudukan yang lebih tinggi diberikan kepada seseorang yang berhak. dan telah berjuang untuk sesuatu. memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat (Soerjono Soekanto.

Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi bergantung pada peningkatan pasokan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Dengan kata lain, laju perkembangan perekonomian bergantung pada pertumbuhan penduduk, akumulasi modal, dan kemajuan teknologi. Arah perubahan bergantung pada bagaimana sumber daya dimobilisasi dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan untuk menghasilkan perubahan.

Perkembangan batik yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup beberapa permasalahan yaitu perkembangan kerajinan batik itu sendiri serta dampak dan respon masyarakat terhadap batik akibat pengaruh budaya modern. Yang dikaji dalam penelitian ini adalah asal usulnya, kondisinya dan pengaruh industri batik terhadap masyarakat desa Gemeksekti kabupaten Kebumen. Penelitian ini juga mengkaji tingkat kehidupan perajin Batik dan reaksi generasi muda masa kini. Hal ini diperlukan karena timeline mengetahui kesejahteraan masyarakat dan juga kebudayaan kita sangat dipengaruhi oleh generasi muda yang sangat mudah untuk dipertahankan. Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya dalam budaya modern, hal ini terlihat dari perilaku generasi muda yang sebagian dari mereka tidak mempertahankan prestasi budayanya sendiri.

Dalam semua kasus ini, realitas akhir yang mendasari unit-unit sosial yang lebih besar ini adalah tindakan sosial individu dengan makna subjektifnya. Pelatihan yang dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan para pengusaha batik Gemeksekti sangat membantu para pengusaha batik Gemeksekti itu sendiri untuk meningkatkan industri batik Gemeksekti.

Metode Penelitian

  • Heuristik
  • Kritik atau Verifikasi
  • Interpretasi
  • Historiografi

Sumber primer tersebut dapat berupa kronik, otobiografi, memoar, surat kabar, publikasi publik, surat pribadi, catatan harian, risalah rapat dan literatur (Helius Sjamsuddin. Sumber tersebut tidak harus asli, dapat berupa salinan jika isinya kesaksiannya tidak berubah (Gottschalk, 1985: 35). Sumber primer diperoleh dari buku tentang “Batik” di Kebumen yang diperoleh dari Perpustakaan Daerah Kebumen, observasi Desa Gemeksekti sebagai sentra pembuatan Batik Gemeksekti Kabupaten Kebumen , wawancara dengan narasumber antara lain perajin batik Desa Gemeksekti Kabupaten Kebumen dan Kepala Sanggar Batik Gringsing Desa Gemeksekti Kabupaten Kebumen.

Sumber sekunder adalah keterangan siapa saja yang bukan saksi mata, yaitu seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang diceritakannya. Sumber sekunder ini merupakan salah satu landasan sejarawan untuk memperoleh latar belakang pengetahuan yang digunakan untuk menggali lebih dalam dokumen-dokumen kontemporer (Gottschalk, 1985: 35). Dalam skripsi ini penulis melakukan penelusuran literatur baik buku maupun jurnal di berbagai perpustakaan antara lain Laboratorium Sejarah UMP, Perpustakaan UMP, Perpustakaan Daerah Kebumen, Disperindagsar Kebumen.

Kritik eksternal adalah cara memeriksa atau menguji aspek “eksternal” sumber sejarah. Sebelum seluruh kesaksian yang dikumpulkan oleh para sejarawan dapat digunakan untuk merekonstruksi masa lalu, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan secara cermat (Helius Sjamsuddin. Kritik internal dilakukan dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu (1) harus dipahami makna sebenarnya dari kesaksian tersebut. , (2) setelah fakta-fakta kesaksian itu terbukti dan setelah makna sebenarnya dari keterangan itu terungkap sejelas-jelasnya, maka kredibilitas saksi itu harus dipastikan (Helius Sjamsuddin.

Dalam penelitian ini, untuk membuktikan kredibilitas sumber-sumber tersebut, perlu dilakukan evaluasi internal terhadap sumber-sumber tersebut dan membandingkan kesaksian dari berbagai sumber. Pengarang menafsirkan atau menafsirkan fakta sejarah, yang terdiri atas: (a) Mentifak (jiwa), (b) Sosiofakta (hubungan sosial), (c) Artefak (benda) (Kartodirdjo.

Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang mencakup peran IBI dalam pengawasan terhadap pelaksanaan kewenangan bidan

BAB IV ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS PERTAMBANGAN BAUKSIT TERHADAP SPASIAL DAN SOSIO-EKONOMI MASYARAKAT WILAYAH PESISIR KECAMATAN BINTAN TIMUR. Bab ini berisi tentang

Bab III memaparkan tentang perkembangan CV.Sasana Grafika dari tahun 1988 – 1999 dimulai dari latar belakang berdirinya, perkembangan, manajemen perusahaan

BAB III, akan membahas permasalahan atau isu hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang kedua yaitu tentang upaya hukum apa yang dapat dilakukan sebagai

Profil Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur terdiri dari gambaran kondisi geografis.. dan administratif wilayah, gambaran mengenai demografi, gambaran

Profil Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur terdiri dari gambaran kondisi geografis dan administratif wilayah, gambaran mengenai demografi, gambaran mengenai topografi wilayah,

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian yang mengungkapkan secara rasional tentang keresahan-keresahan yang ditemui penulis dalam langkah diplomasi

BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini menjelaskan tentang teori dasar, yang merupakan teori penunjang dari pembuatan laporan akhir kegiatan penelitian pada skripsi, maka dari itu dalam