• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - Repository UHN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

Apa pertanggungjawaban pidana bagi pelaku yang dengan sengaja membuat pencatatan palsu dalam catatan akuntansi dokumen bank? Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana pelaku yang dengan sengaja membuat pencatatan palsu dalam dokumen bank oleh pegawai bank. Menurut Roeslan Saleh, pertanggungjawaban pidana merupakan perbuatan tercela masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan kepada pelakunya.

Kesalahan

Pompe dan Jonkers juga memasukkan kekeliruan sebagai kesalahan dalam arti luas selain perbuatan yang disengaja atau salah (schuld) dan dapat dijelaskan (toerekeningsvatbaar heid) atau istilah Pompe toerekenbaar. Selanjutnya, kesengajaan dan kelalaian harus dilakukan secara salah untuk memenuhi unsur kekeliruan dalam arti yang seluas-luasnya.

Alasan Pemaaf

Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya. Dalam menjalankan perannya, bank berperan sebagai suatu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan memberikan perkreditan dan jasa keuangan lainnya.28 Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat. Artinya bank melakukan kegiatan di luar penghimpunan dana masyarakat dan penyaluran dana kepada masyarakat.

Aturan dasar pembentukan, pembubaran, dan likuidasi bank diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan undang-undang perubahannya, yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Untuk dapat melakukan kegiatan di bidang keuangan, bank harus tentu saja harus telah menjadi subjek hukum yang utuh. Pasal 16 sampai dengan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun uang masyarakat dalam bentuk simpanan harus terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau bank perkreditan rakyat. , dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali kegiatan penghimpunan uang masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri.32.

Awalnya, berdasarkan UU No. 10 Tahun 1992 tentang perbankan dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum, izin pendirian bank (izin usaha) dikeluarkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Bank Indonesia. Ketentuan ini kemudian diubah sesuai dengan ketentuan alinea pertama Pasal 16 UU No. 10 Tahun 1998 bahwa bank umum boleh.

Etik dan Moral Dalam Perbankan

Seseorang yang mempunyai suatu profesi harus mampu mempertanggungjawabkan dampak yang ditimbulkan dari profesi tersebut, terutama terhadap orang-orang disekitarnya. Prinsip ini menghendaki agar seseorang dapat menjalankan profesinya tanpa merugikan orang lain, terutama orang-orang yang terkait dengan profesi tersebut. Seseorang yang tidak memfungsikan secara penuh akhlak yang ada dalam diri manusia akan melakukan perbuatan yang salah 41.

Oleh karena itu, suatu profesi yang erat hubungannya dengan dunia perbankan juga harus mempunyai moral dan etika umum yang dituangkan dalam kode etik di bidang perbankan. Menyadari pentingnya etika bagi setiap profesi khususnya di bidang perbankan, maka diterbitkanlah Kode Etik Bankir sebagai alat pedoman nilai dan norma profesi untuk berperilaku baik dan patut, yang terdiri dari 9 prinsip: 42. Seorang Bankir memperhitungkan dampak buruk dari setiap kebijakan yang diterapkan bank terhadap kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan.

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah

Perbuatan pidana merupakan suatu konsep hukum yang berarti perbuatan manusia yang diancam dengan hukum pidana. Unsur-unsur suatu tindak pidana adalah subjek (pelaku) dan bentuk deliknya, baik positif yaitu dilakukannya suatu perbuatan, maupun negatif yaitu tidak dilakukannya suatu perbuatan yang harus dilakukan. Belum ada konsensus mengenai penggunaan istilah kejahatan perbankan (tipi bank) dan tindak pidana di bidang perbankan.

Jika dilihat dari segi hukum, tidak ada satupun peraturan perundang-undangan yang memberikan pemahaman mengenai kejahatan perbankan dan tindak pidana di bidang perbankan. Artinya, tindak pidana di bidang perbankan meliputi perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan kegiatan perbankan dan diancam dengan pidana penjara, meskipun diatur dalam peraturan lain, atau selain merupakan tindak pidana yang melanggar ketentuan undang-undang tentang bank juga merupakan tindak pidana. tindakan yang melanggar ketentuan. di luar hukum bagi bank yang dikenakan Sanksi antara lain berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang tentang Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, perbuatan yang dimaksud berkaitan dengan kegiatan menjalankan usaha perbankan. , seperti. pencucian uang dan korupsi yang melibatkan bank. Yang dimaksud dengan istilah tindak pidana di bidang perbankan adalah tindak pidana yang terjadi di dunia perbankan, baik yang diatur dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Bank, diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, atau dalam peraturan perundang-undangan lainnya.

Sebagaimana diketahui, tindak pidana di bidang perbankan merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang dilakukan oleh mereka. Kejahatan di bidang perbankan biasanya dilakukan dengan menggunakan proses, prosedur dan metode yang sangat kompleks.

Jenis-Jenis Tindak Pidana di Bidang Perbankan

Tindak pidana di bidang perbankan sesuai dengan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998. Kejahatan di bidang perbankan adalah kejahatan yang menggunakan bank sebagai kendaraan (Kejahatan melalui Bank) dan/atau sasaran/objek kejahatan (Kejahatan terhadap Bank). Peraturan perundang-undangan terkait perbankan diawali dengan UU No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok Perbankan. Selain itu undang-undang ini dalam perkembangannya diganti dengan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan).

Sesuai dengan undang-undang no. 7 Tahun 1992 tentang Pokok Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998. Untuk melakukan usaha perbankan diperlukan izin dari Bank Indonesia (sekarang OJK) sebagai regulator dengan persyaratan yang ketat, sebagaimana tercantum dalam Pasal 16 UU Perbankan, yaitu: 49 Setiap nasabah yang melakukan kegiatan dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, harus terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau bank perkreditan rakyat dari Dewan Bank Indonesia, kecuali untuk kegiatan. 48 Otoritas Jasa Keuangan, Memahami dan Menghindari Kejahatan Perbankan. Penggalangan dana masyarakat diatur dengan undang-undang khusus.

Apabila bank dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban tersebut, maka diancam dengan sanksi pidana sesuai ketentuan alinea pertama Pasal 48 UU Perbankan, namun apabila tidak mengalihkan atau memenuhi kewajiban tersebut maka bank dapat dikenakan pidana. sanksi, sebagaimana diatur dalam ketentuan alinea kedua Pasal 48 51 Undang-Undang Perbankan. Perbuatan pidana yang berhubungan dengan operasional usaha antara lain membuat atau menyebabkan pencatatan yang salah, kelalaian, tidak mencantumkan, menyebabkan tidak adanya pencatatan, mengubah, menyembunyikan atau menghilangkan pencatatan dalam buku bisnis atau laporan operasional, laporan pergantian atau rekening atau mengubah, mengaburkan, menghapus, menyembunyikan atau memusnahkan catatan pembukuan, mengabaikan prinsip kelayakan kredit sesuai ketentuan yang berlaku, menuntut dan/atau menerima imbalan dari nasabah yang memperoleh keringanan dari bank52.

Unsur-Unsur Tindak Pidana di Bidang Perbankan

Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sistem pidana Indonesia telah membagi tindak pidana ke dalam 2 (dua) kategori tersebut. UU No. 10 Tahun 1998 tentang UU No. 1 Tahun 1992 tentang perbankan, mengatur perbuatan yang tergolong tindak pidana, baik kejahatan maupun pelanggaran. Hal ini terlihat dari bunyi Pasal 51 UU No. 10 Tahun 1998 jo Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Bank.

Badan hukum yang bertanggung jawab, yang dimaksud dengan “siapa pun” adalah semua orang, sebagai badan hukum yang sanggup dan sanggup untuk bertanggung jawab. Unsur perbuatan yang dilarang, perbuatan yang dimaksud adalah tidak memberikan keterangan yang wajib dilengkapi Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2). Unsur sikap mental yang disyaratkan, dalam Pasal 48 ayat (2) sikap mental yang disyaratkan adalah kecerobohan.

Ancaman sanksinya berupa pidana penjara bagi pelakunya (baik perorangan maupun wakil perusahaan) dan/atau denda dapat dikenakan baik terhadap perorangan maupun perusahaan.

Ketentuan Pidana Tindak Pidana di Bidang Perbankan a. Tindak Pidana Perbankan Berkaitan dengan Perizinan

Anggota pengurus, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42A dan Pasal 44A diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit - minimal Rp empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp lima belas miliar rupiah). Apabila suatu lembaga keuangan melanggar ketentuan pidana dalam menjalankan kegiatan usahanya, maka pelanggarnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang Perbankan yang berbunyi: Diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.

Orang-orang terkait yang dengan sengaja tidak mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa bank bertindak sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku bagi bank, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 tahun. (delapan) tahun dan denda paling sedikit Rp lima miliar) dan paling banyak Rp seratus miliar).54. Pemegang Saham yang dengan sengaja memerintahkan direksi, direksi, atau pegawai bank untuk mengambil atau tidak mengambil tindakan, yang mengakibatkan bank tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin ditaatinya bank terhadap ketentuan Undang-undang ini dan ketentuan hukum lainnya yang berlaku. ke bank. , dipidana dengan pidana penjara paling singkat 7 (tujuh) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp sepuluh miliar dan paling banyak Rp dua ratus miliar). Ruang lingkup penelitian dimaksudkan untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian agar tidak hanyut begitu saja.

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengaturan tindak pidana perbankan di Indonesia dan dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana perbankan pada putusan no.

Jenis Penelitian

Metode Pendekatan Masalah

Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan, berita acara penerbitan peraturan perundang-undangan, dan keputusan hakim. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang berupa seluruh permohonan hukum yang bukan merupakan dokumen resmi. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yaitu kamus hukum dan hal-hal yang dapat memberikan petunjuk yang berkaitan erat dengan permasalahan yang diteliti.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini bahan hukum primer peraturan hukum adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, sedangkan bahan hukum sekunder penelitian berupa publikasi mengenai undang-undang tersebut, berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan mengutip berbagai pendapat para ilmuwan. dan kemudian menyusunnya secara sistematis untuk menjawab permasalahan pada Study Decision Issue.

Analisis Bahan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pasal 1 ayat (13) Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, yang dimaksud dengan prinsip syari’ah adalah aturan-aturan perjanjian yang

Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada pasal 1 menyebutkan bahwa: “Prinsip syariah merupakan aturan perjanjian