Hubungan tersebut menimbulkan hak dan kewajiban antara orang tua dan anak yang hubungannya akan terus berlanjut hingga dewasa meskipun perkawinan kedua orang tuanya telah putus. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, diatur tentang hak dan kewajiban antara orang tua dan anak. Tidak terlepas dari itu semua, pihak yang bertanggung jawab menjamin terlaksananya hak-hak yang melekat pada anak, yaitu negara dan orang tua, sebagaimana tercantum dalam Pasal 20 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA (AYAH DAN IBU) TERHADAP ANAK SETELAH PERCERAIAN TIMBUL DARI UNDANG NO. Analisis terhadap putusan hakim mengenai tanggung jawab orang tua (ayah dan ibu) terhadap kebutuhan anaknya berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (PUTUSAN STUDI NO. 650/PDT.G/2017/PN.MDN) . akibat hukum apabila orang tua (ayah dan ibu) tidak memenuhi tanggung jawab mengurus kehidupan lahir dan batin anak.
Menentukan akibat hukum apabila orang tua (ayah dan ibu) tidak memenuhi kewajiban menafkahi anaknya baik lahir maupun batin.
Akibat Perkawinan
Jika suami istri wanprestasi terhadap kewajibannya, masing-masing pihak dapat menggugat pihak lainnya dengan mengajukan gugatan ke pengadilan. Dalam Pasal 105 BW kita temukan asas kekuasaan perkawinan yang menyatakan bahwa laki-laki adalah kepala keluarga dalam perkawinan suami-istri, sedangkan isteri wajib taat dan berlaku baik kepada suaminya. Menurut KUHPerdata, anak yang lahir atau dibesarkan dalam perkawinan mempunyai suami sebagai bapaknya, keabsahan anak yang lahir sebelum bulan keenam (6) perkawinan dapat diingkari oleh suami.
Dengan adanya pengakuan terhadap anak maka lahirlah hubungan keperdataan antara anak dengan ayah atau ibunya. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak adalah kedua orang tua wajib mengasuh dan mendidik anaknya sampai anak tersebut menikah dan dapat berdiri sendiri, anak wajib menghormati orang tuanya dan menuruti kemauan baiknya, anak yang sudah dewasa wajib mengasuh orang tua dan sanak saudaranya pada generasi ke atas sesuai dengan kemampuannya, jika anaknya membutuhkan pertolongan.7. Menurut pasal 42 UU No. 1 Tahun 1974, anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai bagian dari perkawinan yang sah.
Jadi anak haram apabila ia dilahirkan di luar nikah atau ayah dan ibunya tidak menikah, melainkan hanya karena hubungan seksual yang haram, di luar nikah, hidup bersama, karena saling mencintai, atau. Karena kelahiran anak merupakan akibat dari kehamilan seorang perempuan, maka Pasal 43 UU No. yang merupakan hubungan yang disebut matriarki. Selanjutnya kedudukan anak diatur dalam Peraturan Negara, laki-laki dapat mengingkari keabsahan anak yang dilahirkan isterinya, apabila ia dapat membuktikan bahwa isterinya melakukan zina dan anak itu adalah hasil zina itu. Pengadilan dapat meminta yang bersangkutan untuk mengucapkan sumpah.
Hubungan antara orang tua dan anak adalah kedua orang tua wajib mengasuh dan membesarkan anaknya dengan sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua berlaku sampai anak tersebut menikah atau mandiri, artinya kewajiban tersebut tetap berlaku meskipun terjadi putusnya perkawinan orang tua. Anak yang belum berumur 18 tahun atau belum pernah kawin berada dalam kekuasaan orang tuanya sampai kekuasaannya dicabut, orang tua mewakili anak dalam segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan.
Tinjauan Umum Tentang Perceraian 1. Dasar Hukum Perceraian
Pengertian Perceraian
Perceraian merupakan sebuah bekas luka yang ditakutkan karena dampaknya bukan hanya pada suami istri, namun lebih luas lagi pada anak dan keluarga kedua belah pihak. Meski agama mengharamkan dan pengaruhnya kurang baik dalam keluarga dan lingkungan sosial, namun dalam praktik perkawinan selalu terjadi perceraian yang nampaknya sulit untuk dihindari. Dalam aspek hukum formil, putusnya perkawinan dapat disebabkan oleh 3 (tiga) hal, yaitu: a. kematian, yang merupakan peristiwa hukum bukan saja berakhirnya putusnya perkawinan, tetapi juga berakhirnya hidup seseorang sebagai subjek hukum, dan yang menciptakan hukum. akibat bagi ahli waris, b.
Perceraian yang diprakarsai oleh istri relatif sedikit, meskipun terpaksa karena suami telah melampaui batas kesabaran dan melanggar norma agama dan moral. Dalam hal seorang istri terpaksa menceraikan suaminya, hal tersebut tidak semudah jika seorang suami menceraikan istrinya, sehingga tidak heran jika dalam realitas hukum yang ada di masyarakat, istri tetap berstatus sebagai istri. secara normatif. namun pada prinsipnya dianggap tidak layak bagi seorang istri, misalnya tidak lagi tinggal serumah, tidak disediakan biaya hidup, dan c. Suatu putusan pengadilan, perceraian diakui hanya apabila dianggap bahwa putusan pengadilan itu tidak pernah diambil dan tidak pernah mempunyai akibat hukum.
1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di hadapan pengadilan dengan terlebih dahulu mengajukan gugatan cerai. Pengadilan tidak akan mengambil keputusan hukum apa pun mengenai perceraian sampai telah dilakukan upaya untuk mendamaikan para pihak.10. Berdasarkan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 juncto Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, ditegaskan bahwa: “perceraian hanya dapat dilakukan jika ada yang bersangkutan.” sidang pengadilan.
Oleh karena itu, apabila suami mengabulkan talak kepada isterinya, baik ada saksi atau tidak, ada alasannya atau tidak, maka talak yang diucapkan adalah sah. Ulama Jumbur juga mengatakan, menceraikan laki-laki dalam keadaan mabuk hukumnya pidana. Namun ulama Jumbur juga berpendapat bahwa meskipun hak talak mutlak diberikan kepada laki-laki, namun Islam juga memberikan hak kepada perempuan untuk mengajukan cerai melalui khulu.
Akibat Perceraian
Penyintas dapat kawin lagi, apabila seluruh syarat-syarat yang ditentukan tuntutan menurut ketentuan yang berlaku telah dipenuhi dengan baik, b. Berkenaan dengan ketentuan yang terdapat pada pasal di atas, selanjutnya dalam Undang-Undang Perkawinan disebutkan bahwa alasan yang dapat dijadikan dasar perceraian adalah karena salah satu pihak melakukan perzinahan atau pemabuk, pecandu, penjudi, dan lain-lain. sulit adalah. untuk bersembunyi Anak merupakan permasalahan yang selalu menjadi perhatian sebagai salah satu elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan haknya dalam keluarga serta bagaimana seharusnya ia diperlakukan oleh orang tuanya, bahkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui kebijakannya dalam pengasuhan. anak-anak.
Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua dalam pasal 298 sampai 307 KUHPerdata adalah sebagai berikut. Orang tua wajib memberikan tunjangan sesuai dengan besarnya penghasilannya untuk membiayai pemeliharaan dan pendidikan anaknya. Selama perkawinan orang tuanya, setiap anak tetap berada di bawah kekuasaannya sampai dewasa, selama ia tidak lepas atau diberhentikan dari kekuasaan itu.
Orang tua wajib membayar secara mingguan, bulanan atau triwulanan kepada dewan perwalian sejumlah yang ditentukan oleh Pengadilan Negeri berdasarkan kebutuhan dewan, untuk keperluan pemeliharaan dan pendidikan anak-anak mereka yang masih di bawah umur, meskipun mereka melakukan hal itu. tidak mempunyai wewenang sebagai orang tua atau hak asuh atas anak tersebut dan tidak dibebaskan atau diberhentikan olehnya. Orang tua menjalankan wewenang atas anak di bawah umur dan harus menjaga harta benda anaknya. Selain itu, hak dan kewajiban antara orang tua dan anak diatur secara rinci dalam pasal 45 sampai 49 undang-undang no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Orang tua mewakili anak-anaknya dan tidak pernah terkena tuntutan hukum di dalam dan di luar pengadilan. Orang tua tidak diperkenankan mengalihkan hak atau menjaminkan harta tetap anak yang belum berumur 18 tahun atau belum pernah kawin, kecuali kepentingan anak menghendakinya. Apabila hak dan kewajiban tersebut tidak dipenuhi oleh orang tua, maka orang tua dapat dicabut kewenangannya sebagai orang tua.13.
Tata Cara Perceraian
Gugatan cerai diajukan oleh suami atau isteri atau kuasa hukumnya kepada pengadilan di tempat hukumnya meliputi tempat kegiatan tergugat. Apabila tergugat tidak jelas atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau tidak mempunyai tempat tinggal tetap, maka gugatan cerai diajukan kepada Pengadilan di tempat kediaman penggugat dan Ketua Pengadilan mengalihkan permohonan tersebut kepada Penggugat. tergugat melalui perwalian setempat Republik Indonesia (Pasal 20 ayat (1) dan (3). Pengadilan Negeri hanya mengadili gugatan cerai terhadap mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama Kristen/Katolik, Hindu/Buddha atau agama lain yang tidak mengikuti agama Islam.
Sebagaimana disebutkan di atas, gugatan cerai diajukan oleh suami atau isteri atau wakilnya pada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal tergugat (Pasal 20), kemudian karena salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain, maka gugatan cerai diajukan di pengadilan. pengadilan di tempat terdakwa. Pengadilan di tempat tergugat, kecuali tempat tinggal tergugat tidak diketahui atau tergugat berada di luar negeri, diajukan ke pengadilan di tempat penggugat. Apabila tergugat bertempat tinggal di luar negeri, maka gugatan diajukan di tempat tinggal tetap penggugat, dan pengadilan dimediasi melalui perwakilan setempat Republik Indonesia (Pasal 28).
Dalam menentukan waktu sidang untuk memeriksa perkara perceraian, perlu memperhatikan tenggang waktu pemanggilan dan diterimanya pemanggilan oleh penggugat dan tergugat atau kuasanya. Jika perdamaian tercapai, maka perkara perceraian yang baru tidak dapat diajukan lagi berdasarkan sebab-sebab atau sebab-sebab yang telah ada sebelum perdamaian dan diketahui oleh penggugat pada saat perdamaian tercapai. Pada umumnya tata cara perceraian dalam Hukum Adat mengikuti tata cara yang berlaku menurut agama yang dianut oleh masing-masing keluarga suami istri.
Apabila terjadi perselisihan antara suami dan istri yang dapat berujung pada perceraian, umumnya dalam masyarakat adat, apalagi jika didasarkan pada hubungan kekerabatan, maka dapat segera dibawa ke pengadilan, tetapi diselesaikan terlebih dahulu melalui musyawarah keluarga antar mertua. keluarga atau antar kerabat yang menganut keadilan adat. Jika pembawa damai gagal untuk mendamaikan suami dan istri yang terlibat, dia akan menyerahkan masalah tersebut ke pengadilan/konsultasi kerabat biasa. Perceraian semu adalah perceraian antara seorang pria dan seorang wanita yang tidak memutuskan ikatan perkawinan. Oleh karena itu, sebanding dengan pemisahan hukum (legal pemisahan) dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW).
Jika kelak kita bisa rujuk kembali, maka suami istri bisa hidup bersama seperti sedia kala lagi. Jika perceraian terjadi dalam hubungan kekerabatan dengan ikatan kekerabatan yang kuat, terutama dalam masyarakat patrilineal, jika perkawinan yang dilakukan adalah “perkawinan yang jujur” dan kedudukan suami istri sederajat seperti biasanya, jika istri yang diceraikan meninggalkannya saja. tubuhnya, tidak akan mengambil anak-anaknya atau harta bendanya.Dengan kata lain, bagian dari harta bersama, di luar hak pribadi istri, perceraian tidak menyebabkan putusnya hubungan kekerabatan antara suami dan istri.
Jenis Penelitian
Sumber Bahan Hukum
Bahan Hukum Primer
Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Tersier
Metode Analisis Sumber Bahan Hukum
Analisis Data