• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I - Repository UHN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Permasalahan hukum yang sering kita hadapi berkaitan dengan penyampaian informasi, komunikasi dan/atau data secara elektronik, terutama terkait dengan ujaran kebencian di media sosial di YouTube. Tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik melalui ujaran kebencian belum diatur dalam hukum pidana Islam. Sehingga terdakwa yang melakukan ujaran kebencian hanya dijerat dengan Pasal 45A(2) perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 2008 dan UU Nomor 23 Tahun 2008.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengembangkan ilmu hukum yang dituangkan dalam bentuk disertasi dengan judul “DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG TINDAKAN YANG MENUNJUKKAN UCAPAN KEBENCIAN MELALUI YOUTUBE” . Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa ujaran kebencian melalui YouTube (Studi Putusan No.910/Pid.Sus/2020/PN.Bdg). Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana pelaku penyebar ujaran kebencian melalui YouTube (Studi Putusan No.910/Pid.Sus/2020/PN.Bdg).

Konsep tindak pidana di bidang teknologi informasi merupakan akibat dari kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik lokal maupun global (Internet) dengan menggunakan teknologi informasi berbasis sistem komputer, yaitu suatu sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual. Dalam kejahatan ini terjadi peningkatan modus operandi dari yang semula menggunakan peralatan biasa, kini menggunakan teknologi informasi. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) merupakan undang-undang pertama di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai produk peraturan perundang-undangan yang sangat dibutuhkan dan menjadi pionir dalam meletakkan landasan pengaturan dalam penerapan peraturan perundang-undangan. Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik. .

Jenis-Jenis Tindak Pidana Penyebaran Informasi Di Internet

Ternyata selain video asusila, persoalan judi online juga diatur dalam UU ITE. Tak hanya itu, juga diatur dalam Pasal 303 bis KUHP dan UU No. Selain itu, masalah perjudian online ini juga dapat diancam dengan pidana penjara paling lama 6 tahun atau denda paling banyak Rp.

Barangsiapa dengan sengaja dan tidak wajar menyebarkan dan/atau mentransmisikan dan/atau memberikan akses terhadap informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang mengandung muatan yang menyinggung dan/atau mencemarkan nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat ketiga, dipidana dengan pidana penjara paling lama. pidana penjara 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak tujuh ratus lima puluh juta rupiah." 16 Anton Hendrik Samudra, "Pencemaran nama baik dan penghinaan melalui media teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia pasca perubahan UU ITE". Barangsiapa dengan sengaja dan tidak wajar menyebarkan dan/atau mentransmisikan dan/atau memberikan akses terhadap informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang mengandung pemerasan dan/atau pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat empat, dipidana dengan pidana penjara paling lama enam (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp satu miliar rupiah).

Tak ingin kejadian serupa terulang kembali, pemerintah menetapkan aturan larangan penyebaran ujaran kebencian dengan syarat SARA melalui Pasal 45.A Ayat 2 UU No. Dan siapa pun yang melakukan dan menyebarkan kebencian berdasarkan SARA dengan maksud untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan pada individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda. dari jumlah maksimum. Rp satu miliar rupee). Aksi terorisme merupakan hal paling menakutkan yang bisa dialami seseorang melalui media sosial.

Apalagi jika kasusnya tidak jelas, seperti menelpon sembarangan, mengirimkan gambar cabul, dan sebagainya. Bagi siapa saja yang mengalami teror online, perlu diketahui bahwa tindakan ini juga diatur dalam undang-undang. Tak main-main, pelaku yang melakukan aksi terorisme bisa terancam hukuman pidana yakni pidana penjara paling lama empat tahun dan denda paling banyak Rp. Dengan meretas akun media sosial orang lain, Anda dapat dikenakan Pasal 32, para. 1, dan juga Pasal 48 ayat 1, dalam UU ITE.

Bagi siapa saja yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengubah, menambah, mengurangi, mentransmisikan, merusak, menghapus, memindahkan, menyembunyikan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik umum. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang menimbulkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat rupiah."

Tinjauan Umum mengenai Ujaran Kebencian Melalui Youtube 1. Pengertian Ujaran Kebencian

Pengertian Tindak Pidana Ujaran Kebencian Dan Unsur-Unsurnya

Berdasarkan dan sesuai dengan Surat Edaran Kapolri No. SE/X/06/2015 Yang dimaksud dengan ujaran kebencian dan yang dimaksud dengan ujaran kebencian meliputi penghinaan, pencemaran nama baik, pencemaran nama baik, perbuatan tidak menyenangkan, provokasi, penghasutan, dan penyebaran perkataan. Soesilo dalam bukunya yang berjudul KUHP (KUHP) dan tafsirannya yang lengkap pasal demi pasal dalam penjelasan Pasal 310 KUHP menjelaskan bahwa: Penghinaan adalah penyerangan terhadap kehormatan dan nama baik seseorang. Dalam hal ini yang menjadi sasaran perbuatan penghinaan yang mengganggu kehormatan dan nama baik seseorang adalah penghinaan terhadap harga diri, harkat dan martabat, yang mencederai kehormatan dan nama baik seseorang (golongan).

Pengertian pencemaran nama baik dalam KUHP disebut juga fitnah adalah perbuatan memfitnah nama atau kehormatan seseorang dengan cara mengucapkan sesuatu, baik secara lisan maupun tulisan. Kalau soal UU Pencemaran Nama Baik di Media Sosial, selain KUHP, bisa juga mengacu pada UU ITE dan perubahannya. Pencemaran nama baik adalah suatu perkataan, tingkah laku, tulisan atau perbuatan yang dilarang karena dapat menimbulkan tindak kekerasan dan prasangka buruk, baik oleh pelaku pernyataan maupun oleh korban kejahatan, sedangkan menurut pasal 310 ayat (1) Pidana Kode 22 Pencemaran nama baik adalah delik yang dilakukan dengan cara menuduh seseorang atau sekelompok orang melakukan suatu delik tertentu dengan maksud agar tuduhan tersebut diketahui umum (dikenal banyak orang).

Perbuatan tertuduh tidak semestinya merupakan kesalahan jenayah seperti mencuri, menyeleweng, berzina dan sebagainya. Dijelaskan, jika tuduhan itu dibuat secara tertulis (surat) atau gambar, maka kejahatan itu disebut hujat dengan surat. Jadi seseorang boleh disaman di bawah artikel ini jika tuduhan atau kata-kata penghinaan dibuat dalam surat atau gambar.

Pasal 335 ayat (1): Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (a) Setiap orang yang secara melawan hukum memaksa orang lain untuk melakukan, menahan diri untuk tidak melakukan atau mengizinkan tindakan apa pun, dengan menggunakan kekerasan, tindakan lain atau perlakuan tidak menyenangkan, atau dengan menggunakan ancaman kekerasan, atau tindakan lainnya. 23 Pasal 310 ayat (2) KUHP. atau perlakuan tidak menyenangkan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Menurut KBBI, provokasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membangkitkan kemarahan dengan cara menghasut, memancing kemarahan, menjengkelkan, dan menimbulkan pikiran dan emosi negatif pada orang yang dihasut24.

Penghasutan lebih keras dari pada “iming-iming” atau “bujukan”, tetapi bukan “pemaksaan”.25 Tindak pidana yang mengatur penghasutan atau penghasutan diatur dalam Pasal 160 KUHP26. Menurut R. Soesilo, penyebaran berita bohong adalah penyiaran berita atau pemberitaan yang ternyata berita yang disiarkan adalah berita bohong.

Tinjauan Umum Tentang Pertanggungjawaban Pidana 1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Unsur-unsur Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban merupakan suatu bentuk penentuan apakah seseorang akan dibebaskan atau dihukum atas suatu tindak pidana yang telah terjadi. Dalam hal ini bila ingin dikatakan seseorang mempunyai aspek pertanggungjawaban pidana, maka dalam hal itu ada beberapa unsur yang harus dipenuhi agar orang tersebut dapat dimintai pertanggungjawabannya. Unsur perbuatan merupakan salah satu unsur pokok pertanggungjawaban pidana, karena seseorang tidak dapat dihukum bila tidak berbuat demikian. Asas legalitas, nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali, artinya seseorang tidak akan dihukum atas suatu perbuatan apabila tidak ada undang-undang atau peraturan yang mengatur larangan terhadap perbuatan itu30.

Dalam hukum pidana indonesia mengatur perbuatan nyata atau perbuatan nyata yang artinya hukum menghendaki perbuatan yang tampak luar biasa, karena dalam hukum seseorang tidak dapat dihukum berdasarkan keadaan batin seseorang, demikianlah asas cogitationis poenam nemo patitur no one. dikutuk karena apa yang ada hanya dalam pikirannya31. Kesalahan yang dalam bahasa asing disebut schuld adalah keadaan kejiwaan seseorang yang berkaitan dengan suatu perbuatan yang dilakukannya sedemikian rupa sehingga berdasarkan keadaan itu pelakunya dipersalahkan atas perbuatannya. Dalam KUHP, kesalahan digunakan dalam arti sempit, yaitu dalam arti kelalaian sebagaimana terlihat pada susunan kata Belanda pada pasal 359 dan 360.

Sifat tanggung jawab ini harus dibuktikan oleh hakim, ada atau tidaknya, karena jika seseorang terbukti tidak bertanggung jawab, maka hal itu menjadi dasar tidak bertanggung jawabnya pelaku, artinya orang yang menciptakan perbuatan itu tidak dapat dihukum. untuk kejahatan itu. Seseorang yang melakukan tindak pidana, dalam keadaan tertentu, tidak dapat melakukan apa pun selain melakukan tindak pidana, sekalipun hal itu tidak diinginkan.

Ruang Lingkup Penelitian

Metode Pendekatan Masalah

Secara umum metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang, pendekatan kasus, pendekatan komparatif, dan pendekatan konseptual. Metode pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan mengkaji seluruh peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan hukum yang sedang ditangani33. Metode pendekatan kasus dilakukan dengan mengkaji perkara-perkara yang berkaitan dengan permasalahan yang telah menjadi putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap34.

Metode pendekatan konseptual merupakan salah satu jenis pendekatan dalam penelitian hukum yang menawarkan pandangan analitis terhadap penyelesaian permasalahan dalam penelitian hukum, dilihat dari sudut pandang konsep-konsep hukum yang melatarbelakanginya, atau bahkan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. norma-norma. Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang sedang dipecahkan dan dihadapi.

Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau berita acara pembuatan peraturan perundang-undangan, dan keputusan hakim. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Publikasi hukum meliputi buku teks, kamus hukum, jurnal hukum dan komentar mengenai keputusan pengadilan35.

Bahan hukum yang memberikan keterangan atau penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder yaitu kamus hukum dan benda-benda yang dapat memberikan petunjuk yang berkaitan erat dengan permasalahan yang diteliti.

Metode Penelitian

Analisis Bahan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan /atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

Dalam ketentuan Pasal 27 ayat (1) UU ITE menyatakan : “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

• (4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

"Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen