• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan Ke 10 Peraturan dan Regulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertemuan Ke 10 Peraturan dan Regulasi"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Pertemuan Ke – 10

Peraturan dan Regulasi

(2)

Kompetensi Dasar

• Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan berbagai cyber law di

berbagai Negara.

• Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup UU tentang hak cipta

• Mahasiswa mengetahui prosedur pendaftaran HAKI di Depkumham.

• Mahasiswa mampu menjelaskan keterbatasan UU telekomunikasi

dalam mengatur penggunaan teknologi informasi.

• Mahasiswa mampu menjelaskan pokok-pokok pikiran dalam UU ITE.

• Mahasiswa mampu menjelaskan implikasi dari diberlakukannya UU

(3)

Topik Pembahasan

Perbandingan Cyber law

Computer crime act (Malaysia)

Council of Europe convention on cyber crime

UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.

UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

(4)

Definisi Peraturan

Peraturan adalah ketentuan yang

mengikat

warga

kelompok

masyarakat,

dipakai

sebagai

panduan, tatanan, dan kendalikan

tingkah laku yang sesuai dan

diterima. Setiap warga masyarakat

harus menaati aturan yang berlaku,

atau ukuran, kaidah yang dipakai

sebagai tolak ukur untuk menilai

Peraturan

adalah ketentuan yang

mengikat

warga

kelompok

masyarakat,

dipakai

sebagai

panduan, tatanan, dan kendalikan

tingkah laku yang sesuai dan

diterima. Setiap warga masyarakat

harus menaati aturan yang berlaku,

atau ukuran, kaidah yang dipakai

sebagai tolak ukur untuk menilai

atau membandingkan sesuatu.

(5)

Definisi Regulasi

Definisi Regulasi

Regulasi

adalah

mengendalikan

perilaku manusia atau masyarakat

dengan aturan atau pembatasan.

Regulasi

dapat

dilakukan

dengan

berbagai

bentuk,

misalnya

:

pembatasan hukum diumumkan oleh

otoritas

pemerintah,

regulasi

pengaturan diri oleh suatu industry

seperti melalui asosiasi perdagangan ,

dll.

Regulasi

adalah

mengendalikan

perilaku manusia atau masyarakat

dengan aturan atau pembatasan.

Regulasi

dapat

dilakukan

dengan

berbagai

bentuk,

misalnya

:

pembatasan hukum diumumkan oleh

otoritas

pemerintah,

regulasi

pengaturan diri oleh suatu industry

seperti melalui asosiasi perdagangan ,

dll.

(6)

Perbandingan Cyber law

Cyber law

adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya), yang umumnya

diasosiasikan dengan Internet.

Cyber law

dibutuhkan karena dasar atau fondasi dari hukum

di banyak negara adalah “ruang dan waktu”. Sementara itu, Internet dan jaringan komputer

mendobrak batas ruang dan waktu ini.

Cyber law

merupakan sebuah istilah yang berhubungan dengan masalah hukum terkait

penggunaan aspek komunikatif, transaksional, dan distributif, dari teknologi serta perangkat

informasi yang terhubung ke dalam sebuah jaringan.

Cybercrime

merupakan suatu kegiatan yang dapat dihukum karena telah menggunakan

komputer dalam jaringan Internet yang merugikan dan menimbulkan kerusakan pada

jaringan komputer Internet, yaitu merusak properti, masuk tanpa izin, pencurian hak milik

intelektual, pornografi, pemalsuan data, pencurian, pengelapan dana masyarakat.

(7)

Cyber Law di Amerika

Secara lengkap Cyber Law di Amerika adalah sbb:

– Electronic Signatures in Global and National Commerce Act

– Uniform Electronic Transaction Act

– Uniform Computer Information Transaction Act

– Government Paperwork Elimination Act

– Electronic Communication Privacy Act

– Privacy Protection Act

– Fair Credit Reporting Act

– Right to Financial Privacy Act

– Computer Fraud and Abuse Act

– Anti-cyber squatting consumer protection Act

– Child online protection Act

– Children’s online privacy protection Act

– Economic espionage Act

– “No Electronic Theft” Act

(8)

Uniform Electronic Transaction Act (UETA)

o

The Uniform Electronic Transactions Act (UETA)

is one of several United States

Uniform Acts proposed by

the national Conference of Commissioners on

Uniform State laws (NCCUSL).

(9)

Cyber Law di Singapore

Cyber Law di Singapore,

antara lain:

- Electronic Transaction Act

- IPR Act

- Computer Misuse Act

- Broadcasting Authority Act

- Public Entertainment Act

- Banking Act

- Internet Code of Practice

- Evidence Act (Amendment)

- Unfair Contract Terms Act

(10)

The Electronic Transactions Act (ETA) 1998 (Singapura)

o

ETA sebagai pengatur otoritas sertifikasi.

Singapore mempunyai misi untuk menjadi poros / pusat kegiatan perdagangan

elektronik internasional, di mana transaksi perdagangan elektronik dari daerah

dan di seluruh bumi diproses.

(11)

Tujuan dibuatnya ETA

Robin, S.Kom

o

Memudahkan komunikasi elektronik atas pertolongan arsip elektronik yang

dapat dipercaya;

o

Memudahkan perdagangan elektronik, yaitu menghapuskan penghalang

perdagangan elektronik yang tidak sah atas penulisan dan persyaratan

tandatangan, dan untuk mempromosikan pengembangan dari undang-undang

dan infrastruktur bisnis diperlukan untuk menerapkan menjamin /

mengamankan perdagangan elektronik;

o

Memudahkan penyimpanan secara elektronik tentang dokumen pemerintah

dan perusahaan menurut undang-undang, dan untuk mempromosikan

penyerahan yang efisien pada kantor pemerintah atas bantuan arsip elektronik

yang dapat dipercaya

o

Meminimalkan timbulnya arsip alektronik yang sama (double), perubahan yang

tidak disengaja dan disengaja tentang arsip, dan penipuan dalam perdagangan

elektronik, dll;

o

Membantu menuju keseragaman aturan, peraturan dan mengenai pengesahan

dan integritas dari arsip elektronik; dan

(12)

The Electronic Transactions Act (ETA) 1998 (Singapura)

Langkah

yang

diambil

oleh

Singapore untuk membuat ETA

inilah yang menjadi pendukung

majunya bisnis

e-commerce

di

Singapore dan terlihat jelas alasan

mengapa di Indonesia bisnis

e-commer

ce

tidak

berkembang

karena

belum

adanya

suatu

kekuatan

hukum

yang

dapat

meyakinkan masyarakat bahwa

(13)

o

UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),

untuk mengatur orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam dunia

maya.

o

Di berlakukannya UU ini, membuat oknum-oknum nakal ketakutan karena

denda yang diberikan apabila melanggarnya, tidak sedikit kira-kira Rp. 1

miliar karena melanggar pasal 27 ayat (1) tentang muatan yang melanggar

kesusilaan. Sebenarnya UU No. 11/2008 ttg ITE tidak hanya membahas situs

porno atau masalah asusila.

o

Total ada 13 Bab dan 54 Pasal yang mengupas secara mendetail bagaimana

aturan hidup di dunia maya dan transaksi yang terjadi di dalamnya. Sebagian

orang menolak adanya UU ini, tapi tidak sedikit yang mendukung.

Cyber Law di I

ndonesia

:

UU No. 11 Tahun 2008 ttg Informasi & Transaksi Elektronik

(14)

Dibandingkan dengan negara2 lainnya, Indonesia

termasuk negara yang tertinggal dalam hal pengaturan

UU ITE. Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal

sbb :

o

Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang

sama dengan tanda tangan konvensional (tinta basah

dan bermaterai).Sesuai dengan e-ASEAN Framework

Guidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas

batas).

o

Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya

yang diatur dalam KUHP.

o

UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan

perbuatan hukum, baik yang berada di wilayah

Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki

akibat hukum di Indonesia.

(15)

o

Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual.

o

Perbuatan yg dilarang (

cybercrime

) dijelaskan pada Bab VII (pasal 27-37) :

Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan)

Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian dan Permusuhan)

Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti)

Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking)

Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi)

Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi Rahasia)

Pasal 33 (Virus, Membuat Sistem Tidak Bekerja)

Pasal 35 (Menjadikan Seolah Dokumen Otentik )

Cyber Law di I

ndonesia

:

(16)

STUDI KASUS CYBER LAW

STUDI KASUS CYBER LAW

A.

A.

    

    

Kasus Video Porno Ariel

Kasus Video Porno Ariel

B.

B.

    

    

Kasus Prita Mulyasari

Kasus Prita Mulyasari

C.

C.

  

Carding

  

Carding

D.

D.

  

Perjudian Online

  

Perjudian Online

E.

E.

  

Penggelapan Uang

  

Penggelapan Uang

(17)

A.    Kasus Video Porno Ariel

Kasus video porno Ariel “PeterPan” dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh seorang yang berinisial ‘RJ’ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses. Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut

A.    Kasus Video Porno Ariel

Kasus video porno Ariel “PeterPan” dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh seorang yang berinisial ‘RJ’ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses. Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut

Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut :

a.      Pasal 29 Undang-undang RI No.44 tahun 2008 tentang Pornografi :

"Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah)."

b.      Pasal 27 Undang-undang RI No.11 tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik:

"Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan." Menurut ketentuan  pidana dapat dijerat dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 

c.       Pasal 282 ayat 1 KUHP :

"Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membuat tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah."

Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut :

a.      Pasal 29 Undang-undang RI No.44 tahun 2008 tentang Pornografi :

"Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah)."

b.      Pasal 27 Undang-undang RI No.11 tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik:

"Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan." Menurut ketentuan  pidana dapat dijerat dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 

c.       Pasal 282 ayat 1 KUHP :

"Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membuat tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah."

(18)

B.    Kasus Prita Mulyasari

Kasus ini terjadi pada seorang ibu rumah tangga bernama Prita Mulyasari, mantan pasien Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat Prita Mulyasari tidak mendapatkan kesembuhan, malah penyakitnya bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit serta rekam medis yang diperlukan pasien. Kemudian Prita Mulyasari Vila - warga Melati Mas Residence Serpong ini - mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut lewat surat elektronik yang kemudian menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional berang dan marah, dan merasa dicemarkan.

B.    Kasus Prita Mulyasari

Kasus ini terjadi pada seorang ibu rumah tangga bernama Prita Mulyasari, mantan pasien Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat Prita Mulyasari tidak mendapatkan kesembuhan, malah penyakitnya bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit serta rekam medis yang diperlukan pasien. Kemudian Prita Mulyasari Vila - warga Melati Mas Residence Serpong ini - mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut lewat surat elektronik yang kemudian menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional berang dan marah, dan merasa dicemarkan.

RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Kejaksaan Negeri Tangerang telah menahan Prita Mulyasari di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Banyak pihak yang menyayangkan penahanan Prita Mulyasari yang dijerat pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), karena akan mengancam kebebasan berekspresi. Pasal ini menyebutkan :

"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."

Beberapa aliansi menilai : bahwa rumusan pasal tersebut sangatlah lentur dan bersifat keranjang sampah dan multi intrepretasi. Rumusan tersebut tidak hanya menjangkau pembuat muatan tetapi juga penyebar dan para moderator milis, maupun individu yang melakukan forward ke alamat tertentu.

Kasus ini juga akan membawa dampak buruk dan membuat masyarakat takut menyampaikan pendapat RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Kejaksaan Negeri Tangerang telah menahan Prita Mulyasari di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Banyak pihak yang menyayangkan penahanan Prita Mulyasari yang dijerat pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), karena akan mengancam kebebasan berekspresi. Pasal ini menyebutkan :

"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."

Beberapa aliansi menilai : bahwa rumusan pasal tersebut sangatlah lentur dan bersifat keranjang sampah dan multi intrepretasi. Rumusan tersebut tidak hanya menjangkau pembuat muatan tetapi juga penyebar dan para moderator milis, maupun individu yang melakukan forward ke alamat tertentu.

(19)

D.  Perjudian Online

Pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan dengan menggunakan system member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu atau menghubungi no HP 0811XXXXXXXX dan 024-356XXXX. Mereka melakukan transaksi secara online lewat internet atau HP untuk mempertaruhkan pertarungan bola.

Modus para pelaku bermain judi online adalah untuk mendapatkan uang secara instan. Dan sanksi yang menjerat para pelaku yakni dikenakan pasal 303 tentang perjudian dan UU 7/ 1974 pasal 8 yang ancamannya lebih dari 5 tahun.

D.  Perjudian Online

Pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan dengan menggunakan system member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu atau menghubungi no HP 0811XXXXXXXX dan 024-356XXXX. Mereka melakukan transaksi secara online lewat internet atau HP untuk mempertaruhkan pertarungan bola.

Modus para pelaku bermain judi online adalah untuk mendapatkan uang secara instan. Dan sanksi yang menjerat para pelaku yakni dikenakan pasal 303 tentang perjudian dan UU 7/ 1974 pasal 8 yang ancamannya lebih dari 5 tahun.

C.  Carding

Terjadi di Bandung sekitar tahun 2003.

Carding merupakan kejahatan yang

dilakukan untuk mencuri nomor kartu

kredit milik orang lain dan digunakan

dalam

transaksi

perdagangan

di

internet. Mereka biasa bertransaksi

dengan menggunakan nomor kartu

kredit yang mereka peroleh dari

beberapa situs.

Modus kejahatan  ini adalah pencurian,

karena pelaku memakai kartu kredit

orang lain untuk mencari barang yang

mereka inginkan di situs lelang barang.

Karena

kejahatan

yang

mereka

lakukan, mereka dikenakan Pasal 378

KUHP tentang penipuan, pasal 363

tentang pencurian dan pasal 263

tentang Pemalsuan identitas.

(20)

E.  Penggelapan Uang

Pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer sebagaimana diberitakan “Suara Pembaruan” edisi 10 Januari 1991 tentang 2 orang mahasiswa yang membobol uang dari sebuah bank swasta di Jakarta sebanyak Rp. 372,100,00.00 dengan menggunakan sarana komputer. Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer adalah berupa komputer network yang kemudian melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi global yang dikenal dengan internet. Kejahatan  jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Sesuai dengan undang-undang yang ada di indonesia maka, orang tersebut diancam dengan pasal 362 KUHP atau pasal 378 KUHP, tergantung dari modus perbuatan yang di lakukannya.

F.

  

Hacking

(21)

Computer crime Act

Sebagai negara pembanding terdekat secara sosiologis,

Malaysia

sejak tahun 1997 telah

mengesahkan dan mengimplementasikan beberapa perundang-undangan yang mengatur

berbagai aspek dalam

cyber law

seperti : The Computer Crime Act (Akta Kejahatan

Komputer) dan Digital Signature Act (Akta Tandatangan Digital) tahun 1997, Communication

and Multimedia Act (Akta Komunikasi dan Multimedia) tahun 1998, juga perlindungan hak

cipta dalam internet melalui amandemen UU Hak Ciptanya. Sementara, RUU Perlindungan

Data Personal kini masih digodok di parlemen Malaysia.

The Computer Crime Act

itu sendiri mencakup kejahatan yang dilakukan melalui

komputer, jadi cybercrime yang dimaksud di negara Malaysia tidak hanya mencakup

aspek kejahatan/pelanggaran yang berhubungan dengan internet. Akses secara tak

terotorisasi pada material komputer, adalah termasuk

cybercrime

. Hal ini berarti, jika saya

memiliki komputer dan anda adalah orang yang tidak berhak untuk mengakses komputer

saya, karena saya memang tidak mengizinkan anda untuk mengaksesnya, tetapi anda

mengakses tanpa seizin saya, maka hal tersebut termasuk

cybercrime

, walaupun pada

kenyataannya komputer saya tidak terhubung dengan internet.

(22)

Computer crime Act

Computer Crime Act

mencakup :

o

Mengakses material komputer tanpa ijin

o

Menggunakan komputer untuk fungsi yang lain

o

Memasuki program rahasia orang lain melalui komputernya

o

Mengubah / menghapus program atau data orang lain

o

Menyalahgunakan program / data orang lain demi kepentingan pribadi

Hukuman atas pelanggaran

The computer Crime Act

:

(23)

Council of Europe Convention on Cybercrime

(COECCC)

o

Councile Of Europe Convention On Cyber Crime

(Dewan Eropa Konvensi Cyber Crime), yang

berlaku mulai pada bulan juli 2004, adalah dewan yang membuat perjanjian internasional untuk

mengatasi kejahatan computer dan kejahatan internet yang dapat menyelaraskan hukum

nasional, meningkatkan teknik investigasi dan meningkatkan kerjasama internasional.

o

Berisi undang-undang pemanfaatan teknologi informasi (RUU-PTI) pada intinya memuat

perumusan tindak pidana.

o

Councile Of Europe Convention On Cyber Crime ini juga terbuka untuk penandatanganan oleh

Negara-negara non-Eropa dan menyediakan kerangka kerja bagi kerjasama internasional dalam

bidang ini. Konvensi ini merupakan perjanjian internasional pertama pada kejahatan yang

dilakukan lewat internet dan jaringan computer lainnya, terutama yang berhubungan dengan

pelanggaran hak cipta, yang berhubungan dengan penipuan computer, pornografi anak dan

pelanggaran keamanan jaringan. Hal ini juga berisi serangkaian kekuatan dan prosedur seperti

pencarian jaringan computer dan intersepsi sah

(24)

Tujuan dibuatnya COECCC

o

membuat kebijakan criminal umum yang ditujukan untuk perlindungan masyarakat

terhadap

Cyber Crime

melalui harmonisasi legalisasi nasional, peningkatan kemampuan

penegakan hukum dan peradilan, dan peningkatan kerjasama internasional.

o

Harmonisasi unsur-unsur hukum domestik pidana substantif dari pelanggaran dan

ketentuan yang terhubung di bidang kejahatan cyber.

o

Menyediakan

form

untuk kekuatan hukum domestik acara pidana yang diperlukan untuk

investigasi dan penuntutan tindak pidana tersebut, serta pelanggaran lainnya yang

dilakukan dengan menggunakan sistem komputer atau bukti dalam kaitannya dengan

bentuk elektornik.

(25)

Perbedaan Cyberlaw, Computer Crime Act dan COECCC

Robin, S.Kom

(26)
(27)

Powerpoint Templates

Page 27

Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

Ruang lingkup HAKI

HAK CIPTA

PATEN

MEREK

DESAIN INDUSTRI Rahasia

dagang

Pemulia varietas

tanaman Letak Sirkuit Desain Tata Terpadu

(28)

Peraturan Perundang-undangan

1. UU No. 30/2000 tentang Rahasia Dagang

2. UU No. 31/2000 tentang Desain Industri

3. UU No. 32/2000 tentang Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu

4. UU No. 14/2001 tentang Paten

5. UU No. 15/2001 tentang Merek

(29)

Powerpoint Templates

Page 29

o

Hak Cipta

adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak

untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau

memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi

pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

o

Pencipta

adalah seorang atau beberapa orang secara

bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau

keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat

pribadi.

o

Ciptaan

adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan

keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

Robin, S.Kom

(30)

UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.

o

Pemegang Hak Cipta

adalah Pencipta sebagai Pemilik hak Cipta,

atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak

lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak

tersebut.

(31)

Powerpoint Templates

Page 31

UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.

Robin, S.Kom

o

Perbanyakan

adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik

secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial

dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak

sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau

temporer.

o

Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik

bersama bagian tubuh lainnya ataupun tidak, yang diciptakan

dengan cara dan alat apa pun.

(32)

UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.

o

Hak Terkait

adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi

Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukkannya; bagi Produser

Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau

rekaman bunyinya; dan bagi Lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak,

atau menyiarkan karya siarannya.

o

Pelaku

adalah actor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan,

memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan,

atau memainkan suatu karya music, drama, tari, sastra,

folklor

, atau karya seni

lainnya.

Folklor

adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara

turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Merupakan folkor yang bentuknya murni

lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan

(33)

Powerpoint Templates

Page 33

UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.

Robin, S.Kom

o

Lembaga Penyiaran

adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan

hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan

transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui system elektromagnetik.

o

Permohonan

adalah Permohonan pendaftaran Ciptaan yang diajukan oleh pemohon

kepada Direktoral Jenderal.

o

Lisensi

adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Cipta atau Pemegang hak

Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak Ciptaanya atau

produk Hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

o

Kuasa

adalah konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur dalam ketentuan

Undang-undang ini.

o

Menteri

adalah Menteri yang membawahkan departemen yang salah satu lingkup tugas

dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan di bidang Hak Kekayaan Intelektual,

termasuk Hak Cipta.

(34)

HAK CIPTA

: hak eksklusif bagi Pencipta atau

Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau

memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara

otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa

mengurangi pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

PATEN

: hak esklusif yg diberikan oleh Negara

kepada Inventor atas hasil invensinya di bidang

teknologi,

yg

utk

selama

wkt

tertentu

melaksanakan sendiri invensinya tsb atau

memberikan persetujuannya kepada pihak lain

utk melaksanakannya.

(35)

Powerpoint Templates

Page 35

MEREK

:

tanda berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tsb yg memiliki daya

pembeda

dan

digunakan

dalam

kegiatan

perdagangan barang atau jasa.

(36)

suatu kreasi ttg bentuk, konfigurasi, atau

komposisi garis atau warna. Atau garis dan

warna, atau gabungan daripadanya yg berbentuk

3 dimensi yg mengandung nilai estetis dan dpt

diwujudkan dalam pola 3 dimensi atau 2 dimensi

serta dpt dipakai utk menghasilkan suatu produk,

barang atau komoditas industri dan kerajinan

tangan.

(37)

Powerpoint Templates

Page 37

-

Sirkuit Terpadu

:

suatu produk dlm bentuk

jadi atau setengah jadi yg didalamnya terdpt

berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu

dr elemen tsb adalah elemen aktif, yg sebagian

atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk

secara terpadu di dalam sebuah bahan

semikonduktor

yg

dimaksudkan

utk

menghasilkan fungsi elektrik

-

Desain Tata Letak

:

kreasi berupa rancangan

peletakan 3 dimensi dari berbagai elemen,

se-kurang2nya 1 dari elemen tsb adalah elemen

aktif serta sebagian atau semua interkoneksi dlm

suatu Sirkuit Terpadu & peletakan 3 dimensi tsb

dimaksudkan utk persiapan pembuatan Sirkiut

Terpadu.

(38)

Posisi DI dan DTLST dlm HAKI

(39)

Powerpoint Templates

Page 39

Hak Cipta terbagi atas :

Hak Ekonomi

:

hak untuk mendapatkan manfaat

ekonomi dari ciptaannya.

Hak Moral

: hak untuk mendapatkan

(40)

Powerpoint Templates

Lagu & musik dg atau tanpa teks;

Drama / drama musikal, tari, koreografo,

pewayangan, & pantomim;

Seni rupa dlm segala bentuk seperti : seni lukis,

(41)

Tidak ada Hak Cipta atas :

Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;

Peraturan perundang-undangan;

Pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;

Putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau

Keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan

(42)
(43)

Perluasan penafsiran asas dan norma di

dunia hukum telah lama berlangsung

ketika menghadapi persoalan kebendaan

yg tdk berwujud, misalnya dalam

pencurian listrik sebagai perbuatan

pidana.

Dalam kenyataan kegiatan siber tidak lagi

sederhana karena kegiatannya tidak lagi

dibatasi oleh teritori suatu negara, yg

mudah diakses kapanpun dan dari mana

pun. Kerugian dpt terjadi pada pelaku

transaksi maupun pada org lain yg tdk

pernah melakukan transaksi, mis:

pencurian dana kartu kredit via

(44)

Latar belakang :

Globalisasi

informasi

telah

menempatkan

Indonesia sebagai bagian dari masyarakat

informasi

dunia

sehingga

mengharuskan

dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan

informasi dan transaksi elektronik di tingkat

nasional.

Pemerintah perlu mendukung pengembangan

teknologi informasi melalui infrastruktur hukum

dan pengaturannya sehingga pemanfaatan

teknologi informasi dilakukan secara aman utk

mencegah

penyalahgunaannya

dengan

(45)

-

Di samping itu, pembuktian merupakan faktor yg

sangat penting, mengingat informasi elektronik

bukan saja belum terakomodasi dalam sistem

hukum acara Indonesia secara komprehensif,

melainkan ternyata sangat rentan utk diubah,

disadap, dipalsukan dan dikirim ke berbagai

penjuru dunia dalam wkt hitungan detik. Dengan

demikian dampak yg diakibatkannya pun bisa

demikian kompleks dan rumit.

-

Permasalahan yg lebih luas terjadi pada bidang

keperdataan karena transaksi elektronik utk

kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik

(electronic commerce)

telah menjadi bagian dari

perniagaan nasional dan internasional.

(46)

Berkaitan dengan itu perlu diperhatikan sisi

keamanan dan kepastian hukum dalam

pemanfaatan teknologi informasi, media, dan

komunikasi agar dpt berkembang secara optimal.

Oleh karena itu terdapat 3 pendekatan utk

menjaga keamanan di

cyber space

, yaitu :

1. Pendekatan aspek hukum,

2. Pendekatan aspek teknologi,

3. Pendekatan aspek sosial, budaya dan etika.

Untuk mengatasi gangguan keamanan dlm

penyelenggaraan sistem secara elektronik,

pendekatan hukum bersifat mutlak, karena

(47)

JANGKAUAN UU NO.11/2008 :

jangkauan yurisdiksi tdk semata –mata utk perbuatan hukum

yg berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh WNI, tetapi

juga berlaku utk perbuatan hukum yg dilakukan di luar

wilayah hukum (yurisdiksi) Indonesia baik oleh WNI maupun

WNA atau badan hukum Indonesia ma upun badan hukum

asing

yang memiliki akibat hukum di Indonesia,

mengingat pemanfaatan teknologi informasi utk informasi

elektronik dan transaksi elektronik dapat bersifat lintas

teritorial atau universal.

Yg dimaksud “

merugikan kepentingan Indonesia

” adalah

meliputi tetapi tdk terbatas pada merugikan kepentingan

ekonomi nasional, perlindungan data strategis, harkat dan

martabat bangsa, pertahanan dan keamanan negara,

kedaulatan negara, warga negara, serta badan hukum

Indonesia.

(48)

Asas2 pemanfatan teknologi informasi & transaksi

elektronik

1. Asas kepastian hukum

berarti landasan hukum bagi

pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik

serta segala sesuatu yg mendukung penyelenggaraannya yg

mendapatkan pengakuan hukum di dalam dan di luar

pengadilan.

2. Asas manfaat

berarti asas bagi pemanfataan teknologi

informasi dan transaksi elektronik diupayakan utk

mendukung proses berinfromasi shg dpt meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

3. Asas kehati-hatian

berarti landasan bagi pihak ybs hrs

memperhatikan segenap aspek yg berpotensi mendatangkan

kerugian baik bagi dirinya maupun bagi pihak lain dalam

(49)

4. Asas itikad baik

berarti asas yg digunakan para pihak

dlm melakukan transaksi elektronik tdk bertujuan utk

secara sengaja dan tanpa hak melawan hukum

mengakibatkan kerugian bagi pihak lain tanpa

sepengetahuan pihak lain tersebut.

5. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral

teknologi

berarti asas pemanfaatan teknologi informasi

dan transaksi elektronik tidak terfokus pada penggunaan

teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti

perkembangan pada masa yg akan datang.

(50)

Ketentuan umum :

1. Informasi elektronik :

adalah satu atau

sekumpulan data elekronik, termasuk tetapi tdk

terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,

rancangan, foto,

electronic-data-intercange

(EDI),

surat elektronik (

electronic-email)

,

telegram, teleks,

telecopy

atau sejenisnya,

huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau

perforasi yang telah diolah yang memiliki arti

atau dpt dipahami oleh orang yg mampu

memahaminya.

2.

Transaksi Elektronik

:

adalah perbuatan

hukum yg dilakukan dg menggunakan

(51)

3. Teknologi Informasi :

adalah suatu teknik utk

mengumpulkan, menyiapkan, memproses,

mengumumkan, menganalisis, dan/atau

menyebarkan informasi.

4. Dokumen Elektronik :

adalah setiap infromasi

elektronik yg dibuat, diteruskan, dikirimkan,

diterima, atau disimpan dlm bentuk analog,

digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya

yg dpt dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar

melalui komputer atau sistem elektronik,

termasuk tetapi tdk terbatas pada tulisan, suara,

gambar, peta, tanda, angka, kode akses, simbol

atau perforasi yg memiliki makna atau arti atau

dpt dipahami oleh org yg mampu memahaminya.

5. Sistem Elektronik :

adalah serangkaian

perangkat dan prosedur elektronik yg berfungsi

mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,

menganalisis, menyimpan, menampilkan,

mengumumkan, mengirimkan, dan/atau

menyebarkan informasi elektronik.

(52)

6. Penyelenggaraan

Sistem Elektronik :

adalah pemanfaatan sistem elektronik oleh

penyelenggara negara, orang, badan usaha,

dan/atau masyarakat.

7. Jaringan Sistem Elektronik :

adalah

terhubungnya dua sistem informasi elektronik

atau lebih, yg bersifat tertutup ataupun

terbuka.

8. Agen Elektronik :

adalah perangkat dari

suatu sistem elektronik yg dibuat utk

melakukan suatu tindakan thd suatu informasi

elektronik tertentu secara otomatis yg

diselenggarakan oleh orang.

9.

Sertifikat Elektronik

:

adalah sertifikat yg

bersifat elektronik yg memuat tanda tangan

(53)

10.

Penyelenggara Sertifikat Elektronik

:

adalah badan hukum yg berfungsi sebagai

pihak yg layak dipercaya, yg memberikan dan

mengaudit Sertifikat Elektronik .

11.Lembaga Sertifikat Keandalan

:

adalah

lembaga independen yg dibentuk oleh

profesional yg diakui, disahkan, dan diawasi

oleh Pemerintah dengan kewenangan

mengaudit dan mengeluarkan sertifikat

keandalan dalam Transaksi Eklektronik.

12. Tanda Tangan Elektronik

:

adalah sertifikat

yg bersifat elektronik yg memuat tanda tangan

elektronik dan identitas yg menunjukkan status

subjek hukum para pihak dalam Transaksi

Elektronik yg dikeluarkan oleh penyelenggara

sertifikasi elektronik.

(54)

13.

Penandatangan :

adalah subjek hukum yg

terasosiasikan atau terkait dg tanda tangan

elektronik.

14. Komputer :

adalah alat utk memperoses

data elektronik, magnetik, optik, atau sistem yg

melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan

penyimpanan

.

15. Akses :

adalah kegiatan melakukan interaksi

dengan sistem elektronik yg berdiri sendiri atau

dalam jaringan.

16. Kode Akses :

adalah angka, huruf, simbol,

karakter lainnya atau kombinasi di antaranya,

yg merupakan kunci utk dpt mengakses

komputer dan/atau sistem elektronik lainnya.

(55)

18.

Pengirim :

adalah subjek hukum yg

mengirimkan informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik.

19. Penerima :

adalah subjek hukum yg

menerima informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik dari pengirim

.

20. Nama Domain :

adalah alamat internet

penyelenggara, negara, orang, badan usaha,

dan/atau masyarakat, yg dpt digunakan dlm

komunikasi melalui internet, yg berupa kode

atau susunan karakter yg bersifat unik utk

menunjukkan lokasi tertentu dlm internet.

21. Orang :

adalah org perseorangan, baik WNI,

WNA, maupun badan hukum

(56)

22. Badan Usaha :

adalah perusahaan

perseorangan, atau perusahaan persekutuan,

baik yg berbadan hukum maupun yg tdk

berbadan hukum.

(57)

Psl 5 :

ayat (1) :

Informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan

alat bukti hukum yg sah.

ayat (2) :

Informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik

dan/atau

hasil

cetaknya

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

merupakan perluasan dari alat bukti yg sah

sesuai dengan Hukum Acara yg berlaku di

Indonesia.

ayat (3) :

Informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik

dinyatakan

sah

apabila

menggunakan sistem elektronik sesuai dg

ketentuan yg diatur dlm UU ini.

(58)

ayat (4) :

Ketentuan mengenai Informasi

elektronik

dan/atau

dokumen

elektronik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku untuk :

a.

Surat yg menurut UU hrs dibuat dlm

bentuk tertulis.

(59)

Pasal 18 :

ayat (1) : transaksi elektronik yg dituangkan

ke dalam kontrak elektronik mengikat para

pihak.

ayat (2) : Para pihak memiliki kewenangan utk

memilih hukum yg berlaku dlm transaksi

elektronik internasional yg dibuatnya.

ayat (3) : Jika para pihak tidak melakukan

pilihan hukum dalam transaksi elektronik

internasional, hukum yg berlaku didasarkan

pada asas Hukum Perdata Internasional.

ayat (4) : Para pihak memiliki kewenangan utk

menetapkan forum pengadilan arbitrase atau

lembaga penyelesaian sengketa alternatif

lainnya yg berwenang menangani sengketa

yg mungkin timbul dari transaksi elektronik

internasional.

(60)

ayat (5) : Jika para pihak tidak melakukan

pilihan forum sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) penetapan kewenagan

pengadilan, arbitrase, atau lembaga

penyelesaian sengketa alternatif lainnya

yg berwenang menangani sengketa yg

mungkin

timbul

dri

transaksi

tsb,

(61)

Pasal 25 : Infromasi Elektronik dan/atau yg disusun

menjadi karya intelektual, situs internet, dan

karya intelektual yg ada di dalamnya dilindungi

sebagai Hak Kekayaan Intelektual

berdasarkan ketentuan Peratutan

Perundangan-undangan.

Pasal 26 :

Ayat (1) : kecuali ditentukan lain oleh Peraturan

Perundang-undangan, penggunaan setiap

infromasi melalui media elektronik yg

menyangkut data pribadi seseorang harus

dilakukan atas persetujuan orang ybs.

Ayat (2) : Setiap org yang dilanggar haknya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

mengajukan gugatan atas kerugian yg

(62)

PERBUATAN YG DILARANG DAN ANCAMAN

HUKUMANNYA

Pasal 27 :

Ayat (1)

: Setiap org dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik yg memiliki muatan yg

melanggar kesusilaan .

Ancaman hukuman : pidana penjara paling lama 6

th dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar.

(Pasal 45)

(63)

Ayat (2) : Setiap org dengan sengaja dan tanpa

hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan

dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik yg

memiliki muatan perjudian .

Ancaman hukuman : pidana penjara paling

lama 6 th dan/atau denda paling banyak Rp.

1 miliar. (Pasal 45)

Ayat (3) : Setiap org dengan sengaja dan tanpa

hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan

dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik yg

memiliki muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik .

Ancaman hukuman : pidana penjara paling

lama 6 th dan/atau denda paling banyak Rp.

(64)

Ayat (4) : Setiap org dengan sengaja dan tanpa

hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan

dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik yg

memiliki muatan pemerasan dan/atau

pengancaman.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling

(65)

Pasal 28 :

Ayat (1) : Setiap org dengan sengaja dan tanpa

hak menyebarkan berita bohong dan

menyesatkan yg mengakibatkan kerugian

konsumen dalam transaksi elektronik.

Ayat (2) : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa

hak menyebarkan informasi yang ditujukan utk

menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan

individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu

berdasarkan atas suku, agama, ras dan antar

golongan (SARA).

Ancaman hukuman : pidana penjara paling

lama 6 th dan/atau denda paling banyak Rp.

1 miliar. (Pasal 45 ayat (2))

(66)

Pasal 29 :

Setiap org dengan sengaja dan tanpa hak

mengirimkan informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik yang berisi ancaman

kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan

secara pribadi.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling

lama 12 th dan/atau denda paling banyak

Rp. 2 miliar.

(67)

Pasal 30 :

Ayat (1)

: Setiap org .dengan sengaja dan tanpa hak

atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau

sistem elektronik milik org lain dengan cara apapun.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling lama 6

th dan/atau denda paling banyak Rp. 600 juta.

(Pasal 46 ayat (1))

Ayat (2) :

Setiap org. dengan sengaja dan tanpa hak

atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau

sistem elektronik milik org lain dengan cara apapun

dgn. Tujuan utk memperoleh informasi elektronik

da/atau dokumen elektronik.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling lama 7

th dan/atau denda paling banyak Rp. 700 juta.

(Pasal 46 ayat (2))

(68)

Pasal 30 :

Ayat (3) : Setiap org .dengan sengaja dan tanpa

hak atau melawan hukum mengakses komputer

dan/atau sistem elektronik milik org lain dengan

cara apapun dengan melanggar, menerobos,

melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling

(69)

Pasal 31 :

Ayat (1) :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan

atas infromasi elektronik dan/atau dokumen elektronik

dalam suatu komputer dan/atau sistem elektronik tertentu

milik orang lain.

Ayat (2) :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi

infromasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yg tdk

bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu komputer

dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang lain, baik yg

tdk menyebabkan perubahan apapun maupun yg

menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau

penghentian informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik yg sedang ditansmisikan.

Ancaman hukuman (1) dan (2): pidana penjara paling

lama 10 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

800 juta. (Pasal 47)

(70)

Penjelasan :

Yg dimaksud dengan “intersepsi atau

penyadapan” adalah kegiatan utk

mendengarkan, merekam, membelokkan,

mengubah, menghambat, dan/atau mencatat

transmisi informasi elektronk dan/atau dokumen

elektronik yg tdk bersifat publik, baik

(71)

Pasal 31 :

Ayat (3) : Kecuali intersepsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2), intersepsi yg

dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas

permintaan kepolisian, kejaksaan, da/atau

institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan

berdasarkan undang-undang..

Ayat (4) : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) diatur dengan peraturan pemerintah.

(72)

Pasal 32 :

Ayat (1) :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum dengan cara apapun menguah,

menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,

menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik

orang lain atau milik publik.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling lama 8

tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2 miliar.

(Pasal 48 ayat (1))

Ayat (2) :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau

mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik kepada sistem elektronik orang lain yg tdk

berhak.

(73)

Pasal 32 :

Ayat (3) :

Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) yg mengakibatkan terbukanya suatu informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik yang bersifat

rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan

data yang tidak sebagaimana mestinya.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling lama

10tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5 miliar.

(Pasal 48 ayat (3))

Pasal 33 :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum melakukan tindakan apapun yang

berakibat terganggunya sistem elektronik dan/atau

mengakibatkan sistem lektronikmenjadi tidak bekerja.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling lama 10

tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 10 miliar.

(Pasal 49)

(74)

Pasal 34 :

Ayat (1) :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan utk

digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan,

atau memiliki :

a. Perangkat keras atau perangkat lunak komputer yg

dirancang atau secara khusus dikembangkan utk

menfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 27

sampai dengan Pasal 33;

b. Sansi lewat komputer, Kode Akses, atau hal yg sejenis

dengan itu yg ditujukan agar sistem elektronik menjadi

dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan 33.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling lama 10

tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 10 miliar.

(Pasal 50)

(75)

Pasal 35 :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum melakukan menipulasi,

penciptaan, perubahan, penghilangan,

pengrusakan infromasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik dengan tujuan agar infromasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik tsb

dianggap seolah-olah data yg otentik.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling

lama 12 tahun dan/atau denda paling

banyak Rp. 12 miliar. (Pasal 51 ayat (1))

(76)

Pasal 36 :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai

dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian

bagi orang lain.

Ancaman hukuman : pidana penjara paling

lama 12 tahun dan/atau denda paling

(77)

Pasal 37 :

Setiap orang dengan sengaja melakukan dan tanpa

hak atau melawan hukum melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai

dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia

terhadap sistem elektronik yang berada di

wilayah yurisdiksi Indonesia.

(78)

Pasal 52 ayat (2) : Dalam hal perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai

dengan Pasal 37 ditujukan terhadap Komputer

dan/atau sistem elektronik milik pemerintah

dan/atau yang digunakan untuk layanan publik

dipidana dengan pidana pokok ditambah

sepertiga.

Pasal 52 ayat (3) : Dalam hal perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai

dengan Pasal 37 ditujukan terhadap Komputer

dan/atau sistem elektronik serta informasi

elektronik dan/atau badan strategis termasuk dan

tidak terbatas pada lembaga pertahanan, bank

sentral, perbankan, keuangan, lembaga

(79)

Pasal 52 ayat (4) :

Dalam hal pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 dilakukan oleh

korporasi dipidana dengan pidana pokok

ditambah dua pertiga.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “ Analisis Right Issue Terhadap Perubahan Harga Saham (Studi Kasus Pada Emiten Yang Melakukan Pengumuman Right Issue Di BEI Periode Tahun 2011)”

yang tujuanya adalah agar proses pernikahan antara Penggugat dengan Tergugat dapat dilangsungkan berdasarkan hukum islam dan setelah itu Penggugat kembali semua beragam

Langkah – langkah berikut ini adalah cara pemeliharaan dan perawatan yang berlaku pada vertical blind : (1) Bersihkan dari debu atau kotoran yang menempel setiap

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan tersebut adalah : Terdapat dukungan keluarga besar, kondisi keuangan keluarga mencukupi, latar belakang agama

Dari hasil tersebut didapatkan bahwa dalam laju alir terbaik dalam penurunan kadar intensitas warna pada limbah cair kain jumputan yaitu pada kecepatan 50 ml/min dengan

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa didapatkan koefisien regresi untuk variabel pengalaman berusahatani adalah 0,033 Nilai t hitung dari variabel pengalaman

kepemilikan managerial dan risiko bisnis terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Sampel dalam penelitian ini menggunakan

pada siswa kelas IV sampai VI SD Negeri Palebon 3 Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian dan penyuluhan tentang