Pertemuan Ke – 10
Peraturan dan Regulasi
Kompetensi Dasar
• Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan berbagai cyber law di
berbagai Negara.
• Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup UU tentang hak cipta
• Mahasiswa mengetahui prosedur pendaftaran HAKI di Depkumham.
• Mahasiswa mampu menjelaskan keterbatasan UU telekomunikasi
dalam mengatur penggunaan teknologi informasi.
• Mahasiswa mampu menjelaskan pokok-pokok pikiran dalam UU ITE.
• Mahasiswa mampu menjelaskan implikasi dari diberlakukannya UU
Topik Pembahasan
Perbandingan Cyber law
Computer crime act (Malaysia)
Council of Europe convention on cyber crime
UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.
UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Definisi Peraturan
Peraturan adalah ketentuan yang
mengikat
warga
kelompok
masyarakat,
dipakai
sebagai
panduan, tatanan, dan kendalikan
tingkah laku yang sesuai dan
diterima. Setiap warga masyarakat
harus menaati aturan yang berlaku,
atau ukuran, kaidah yang dipakai
sebagai tolak ukur untuk menilai
Peraturan
adalah ketentuan yang
mengikat
warga
kelompok
masyarakat,
dipakai
sebagai
panduan, tatanan, dan kendalikan
tingkah laku yang sesuai dan
diterima. Setiap warga masyarakat
harus menaati aturan yang berlaku,
atau ukuran, kaidah yang dipakai
sebagai tolak ukur untuk menilai
atau membandingkan sesuatu.
Definisi Regulasi
Definisi Regulasi
Regulasi
adalah
mengendalikan
perilaku manusia atau masyarakat
dengan aturan atau pembatasan.
Regulasi
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
bentuk,
misalnya
:
pembatasan hukum diumumkan oleh
otoritas
pemerintah,
regulasi
pengaturan diri oleh suatu industry
seperti melalui asosiasi perdagangan ,
dll.
Regulasi
adalah
mengendalikan
perilaku manusia atau masyarakat
dengan aturan atau pembatasan.
Regulasi
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
bentuk,
misalnya
:
pembatasan hukum diumumkan oleh
otoritas
pemerintah,
regulasi
pengaturan diri oleh suatu industry
seperti melalui asosiasi perdagangan ,
dll.
Perbandingan Cyber law
Cyber law
adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya), yang umumnya
diasosiasikan dengan Internet.
Cyber law
dibutuhkan karena dasar atau fondasi dari hukum
di banyak negara adalah “ruang dan waktu”. Sementara itu, Internet dan jaringan komputer
mendobrak batas ruang dan waktu ini.
Cyber law
merupakan sebuah istilah yang berhubungan dengan masalah hukum terkait
penggunaan aspek komunikatif, transaksional, dan distributif, dari teknologi serta perangkat
informasi yang terhubung ke dalam sebuah jaringan.
Cybercrime
merupakan suatu kegiatan yang dapat dihukum karena telah menggunakan
komputer dalam jaringan Internet yang merugikan dan menimbulkan kerusakan pada
jaringan komputer Internet, yaitu merusak properti, masuk tanpa izin, pencurian hak milik
intelektual, pornografi, pemalsuan data, pencurian, pengelapan dana masyarakat.
Cyber Law di Amerika
Secara lengkap Cyber Law di Amerika adalah sbb:
– Electronic Signatures in Global and National Commerce Act
– Uniform Electronic Transaction Act
– Uniform Computer Information Transaction Act
– Government Paperwork Elimination Act
– Electronic Communication Privacy Act
– Privacy Protection Act
– Fair Credit Reporting Act
– Right to Financial Privacy Act
– Computer Fraud and Abuse Act
– Anti-cyber squatting consumer protection Act
– Child online protection Act
– Children’s online privacy protection Act
– Economic espionage Act
– “No Electronic Theft” Act
Uniform Electronic Transaction Act (UETA)
o
The Uniform Electronic Transactions Act (UETA)
is one of several United States
Uniform Acts proposed by
the national Conference of Commissioners on
Uniform State laws (NCCUSL).
Cyber Law di Singapore
Cyber Law di Singapore,
antara lain:
- Electronic Transaction Act
- IPR Act
- Computer Misuse Act
- Broadcasting Authority Act
- Public Entertainment Act
- Banking Act
- Internet Code of Practice
- Evidence Act (Amendment)
- Unfair Contract Terms Act
The Electronic Transactions Act (ETA) 1998 (Singapura)
o
ETA sebagai pengatur otoritas sertifikasi.
Singapore mempunyai misi untuk menjadi poros / pusat kegiatan perdagangan
elektronik internasional, di mana transaksi perdagangan elektronik dari daerah
dan di seluruh bumi diproses.
Tujuan dibuatnya ETA
Robin, S.Kom
o
Memudahkan komunikasi elektronik atas pertolongan arsip elektronik yang
dapat dipercaya;
o
Memudahkan perdagangan elektronik, yaitu menghapuskan penghalang
perdagangan elektronik yang tidak sah atas penulisan dan persyaratan
tandatangan, dan untuk mempromosikan pengembangan dari undang-undang
dan infrastruktur bisnis diperlukan untuk menerapkan menjamin /
mengamankan perdagangan elektronik;
o
Memudahkan penyimpanan secara elektronik tentang dokumen pemerintah
dan perusahaan menurut undang-undang, dan untuk mempromosikan
penyerahan yang efisien pada kantor pemerintah atas bantuan arsip elektronik
yang dapat dipercaya
o
Meminimalkan timbulnya arsip alektronik yang sama (double), perubahan yang
tidak disengaja dan disengaja tentang arsip, dan penipuan dalam perdagangan
elektronik, dll;
o
Membantu menuju keseragaman aturan, peraturan dan mengenai pengesahan
dan integritas dari arsip elektronik; dan
The Electronic Transactions Act (ETA) 1998 (Singapura)
Langkah
yang
diambil
oleh
Singapore untuk membuat ETA
inilah yang menjadi pendukung
majunya bisnis
e-commerce
di
Singapore dan terlihat jelas alasan
mengapa di Indonesia bisnis
e-commer
ce
tidak
berkembang
karena
belum
adanya
suatu
kekuatan
hukum
yang
dapat
meyakinkan masyarakat bahwa
o
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),
untuk mengatur orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam dunia
maya.
o
Di berlakukannya UU ini, membuat oknum-oknum nakal ketakutan karena
denda yang diberikan apabila melanggarnya, tidak sedikit kira-kira Rp. 1
miliar karena melanggar pasal 27 ayat (1) tentang muatan yang melanggar
kesusilaan. Sebenarnya UU No. 11/2008 ttg ITE tidak hanya membahas situs
porno atau masalah asusila.
o
Total ada 13 Bab dan 54 Pasal yang mengupas secara mendetail bagaimana
aturan hidup di dunia maya dan transaksi yang terjadi di dalamnya. Sebagian
orang menolak adanya UU ini, tapi tidak sedikit yang mendukung.
Cyber Law di I
ndonesia
:
UU No. 11 Tahun 2008 ttg Informasi & Transaksi Elektronik
Dibandingkan dengan negara2 lainnya, Indonesia
termasuk negara yang tertinggal dalam hal pengaturan
UU ITE. Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal
sbb :
o
Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang
sama dengan tanda tangan konvensional (tinta basah
dan bermaterai).Sesuai dengan e-ASEAN Framework
Guidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas
batas).
o
Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya
yang diatur dalam KUHP.
o
UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan
perbuatan hukum, baik yang berada di wilayah
Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki
akibat hukum di Indonesia.
o
Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual.
o
Perbuatan yg dilarang (
cybercrime
) dijelaskan pada Bab VII (pasal 27-37) :
Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan)
Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian dan Permusuhan)
Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti)
Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking)
Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi)
Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi Rahasia)
Pasal 33 (Virus, Membuat Sistem Tidak Bekerja)
Pasal 35 (Menjadikan Seolah Dokumen Otentik )
Cyber Law di I
ndonesia
:
STUDI KASUS CYBER LAW
STUDI KASUS CYBER LAW
A.
A.
Kasus Video Porno Ariel
Kasus Video Porno Ariel
B.
B.
Kasus Prita Mulyasari
Kasus Prita Mulyasari
C.
C.
Carding
Carding
D.
D.
Perjudian Online
Perjudian Online
E.
E.
Penggelapan Uang
Penggelapan Uang
A. Kasus Video Porno Ariel
Kasus video porno Ariel “PeterPan” dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh seorang yang berinisial ‘RJ’ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses. Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut
A. Kasus Video Porno Ariel
Kasus video porno Ariel “PeterPan” dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh seorang yang berinisial ‘RJ’ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses. Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut
Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut :
a. Pasal 29 Undang-undang RI No.44 tahun 2008 tentang Pornografi :
"Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah)."
b. Pasal 27 Undang-undang RI No.11 tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik:
"Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan." Menurut ketentuan pidana dapat dijerat dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
c. Pasal 282 ayat 1 KUHP :
"Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membuat tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah."
Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut :
a. Pasal 29 Undang-undang RI No.44 tahun 2008 tentang Pornografi :
"Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah)."
b. Pasal 27 Undang-undang RI No.11 tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik:
"Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan." Menurut ketentuan pidana dapat dijerat dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
c. Pasal 282 ayat 1 KUHP :
"Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membuat tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah."
B. Kasus Prita Mulyasari
Kasus ini terjadi pada seorang ibu rumah tangga bernama Prita Mulyasari, mantan pasien Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat Prita Mulyasari tidak mendapatkan kesembuhan, malah penyakitnya bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit serta rekam medis yang diperlukan pasien. Kemudian Prita Mulyasari Vila - warga Melati Mas Residence Serpong ini - mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut lewat surat elektronik yang kemudian menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional berang dan marah, dan merasa dicemarkan.
B. Kasus Prita Mulyasari
Kasus ini terjadi pada seorang ibu rumah tangga bernama Prita Mulyasari, mantan pasien Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat Prita Mulyasari tidak mendapatkan kesembuhan, malah penyakitnya bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit serta rekam medis yang diperlukan pasien. Kemudian Prita Mulyasari Vila - warga Melati Mas Residence Serpong ini - mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut lewat surat elektronik yang kemudian menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional berang dan marah, dan merasa dicemarkan.
RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Kejaksaan Negeri Tangerang telah menahan Prita Mulyasari di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Banyak pihak yang menyayangkan penahanan Prita Mulyasari yang dijerat pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), karena akan mengancam kebebasan berekspresi. Pasal ini menyebutkan :
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."
Beberapa aliansi menilai : bahwa rumusan pasal tersebut sangatlah lentur dan bersifat keranjang sampah dan multi intrepretasi. Rumusan tersebut tidak hanya menjangkau pembuat muatan tetapi juga penyebar dan para moderator milis, maupun individu yang melakukan forward ke alamat tertentu.
Kasus ini juga akan membawa dampak buruk dan membuat masyarakat takut menyampaikan pendapat RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Kejaksaan Negeri Tangerang telah menahan Prita Mulyasari di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Banyak pihak yang menyayangkan penahanan Prita Mulyasari yang dijerat pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), karena akan mengancam kebebasan berekspresi. Pasal ini menyebutkan :
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."
Beberapa aliansi menilai : bahwa rumusan pasal tersebut sangatlah lentur dan bersifat keranjang sampah dan multi intrepretasi. Rumusan tersebut tidak hanya menjangkau pembuat muatan tetapi juga penyebar dan para moderator milis, maupun individu yang melakukan forward ke alamat tertentu.
D. Perjudian Online
Pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan dengan menggunakan system member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu atau menghubungi no HP 0811XXXXXXXX dan 024-356XXXX. Mereka melakukan transaksi secara online lewat internet atau HP untuk mempertaruhkan pertarungan bola.
Modus para pelaku bermain judi online adalah untuk mendapatkan uang secara instan. Dan sanksi yang menjerat para pelaku yakni dikenakan pasal 303 tentang perjudian dan UU 7/ 1974 pasal 8 yang ancamannya lebih dari 5 tahun.
D. Perjudian Online
Pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan dengan menggunakan system member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu atau menghubungi no HP 0811XXXXXXXX dan 024-356XXXX. Mereka melakukan transaksi secara online lewat internet atau HP untuk mempertaruhkan pertarungan bola.
Modus para pelaku bermain judi online adalah untuk mendapatkan uang secara instan. Dan sanksi yang menjerat para pelaku yakni dikenakan pasal 303 tentang perjudian dan UU 7/ 1974 pasal 8 yang ancamannya lebih dari 5 tahun.
C. Carding
Terjadi di Bandung sekitar tahun 2003.
Carding merupakan kejahatan yang
dilakukan untuk mencuri nomor kartu
kredit milik orang lain dan digunakan
dalam
transaksi
perdagangan
di
internet. Mereka biasa bertransaksi
dengan menggunakan nomor kartu
kredit yang mereka peroleh dari
beberapa situs.
Modus kejahatan ini adalah pencurian,
karena pelaku memakai kartu kredit
orang lain untuk mencari barang yang
mereka inginkan di situs lelang barang.
Karena
kejahatan
yang
mereka
lakukan, mereka dikenakan Pasal 378
KUHP tentang penipuan, pasal 363
tentang pencurian dan pasal 263
tentang Pemalsuan identitas.
E. Penggelapan Uang
Pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer sebagaimana diberitakan “Suara Pembaruan” edisi 10 Januari 1991 tentang 2 orang mahasiswa yang membobol uang dari sebuah bank swasta di Jakarta sebanyak Rp. 372,100,00.00 dengan menggunakan sarana komputer. Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer adalah berupa komputer network yang kemudian melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi global yang dikenal dengan internet. Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Sesuai dengan undang-undang yang ada di indonesia maka, orang tersebut diancam dengan pasal 362 KUHP atau pasal 378 KUHP, tergantung dari modus perbuatan yang di lakukannya.
F.
Hacking
Computer crime Act
Sebagai negara pembanding terdekat secara sosiologis,
Malaysia
sejak tahun 1997 telah
mengesahkan dan mengimplementasikan beberapa perundang-undangan yang mengatur
berbagai aspek dalam
cyber law
seperti : The Computer Crime Act (Akta Kejahatan
Komputer) dan Digital Signature Act (Akta Tandatangan Digital) tahun 1997, Communication
and Multimedia Act (Akta Komunikasi dan Multimedia) tahun 1998, juga perlindungan hak
cipta dalam internet melalui amandemen UU Hak Ciptanya. Sementara, RUU Perlindungan
Data Personal kini masih digodok di parlemen Malaysia.
The Computer Crime Act
itu sendiri mencakup kejahatan yang dilakukan melalui
komputer, jadi cybercrime yang dimaksud di negara Malaysia tidak hanya mencakup
aspek kejahatan/pelanggaran yang berhubungan dengan internet. Akses secara tak
terotorisasi pada material komputer, adalah termasuk
cybercrime
. Hal ini berarti, jika saya
memiliki komputer dan anda adalah orang yang tidak berhak untuk mengakses komputer
saya, karena saya memang tidak mengizinkan anda untuk mengaksesnya, tetapi anda
mengakses tanpa seizin saya, maka hal tersebut termasuk
cybercrime
, walaupun pada
kenyataannya komputer saya tidak terhubung dengan internet.
Computer crime Act
Computer Crime Act
mencakup :
o
Mengakses material komputer tanpa ijin
o
Menggunakan komputer untuk fungsi yang lain
o
Memasuki program rahasia orang lain melalui komputernya
o
Mengubah / menghapus program atau data orang lain
o
Menyalahgunakan program / data orang lain demi kepentingan pribadi
Hukuman atas pelanggaran
The computer Crime Act
:
Council of Europe Convention on Cybercrime
(COECCC)
o
Councile Of Europe Convention On Cyber Crime
(Dewan Eropa Konvensi Cyber Crime), yang
berlaku mulai pada bulan juli 2004, adalah dewan yang membuat perjanjian internasional untuk
mengatasi kejahatan computer dan kejahatan internet yang dapat menyelaraskan hukum
nasional, meningkatkan teknik investigasi dan meningkatkan kerjasama internasional.
o
Berisi undang-undang pemanfaatan teknologi informasi (RUU-PTI) pada intinya memuat
perumusan tindak pidana.
o
Councile Of Europe Convention On Cyber Crime ini juga terbuka untuk penandatanganan oleh
Negara-negara non-Eropa dan menyediakan kerangka kerja bagi kerjasama internasional dalam
bidang ini. Konvensi ini merupakan perjanjian internasional pertama pada kejahatan yang
dilakukan lewat internet dan jaringan computer lainnya, terutama yang berhubungan dengan
pelanggaran hak cipta, yang berhubungan dengan penipuan computer, pornografi anak dan
pelanggaran keamanan jaringan. Hal ini juga berisi serangkaian kekuatan dan prosedur seperti
pencarian jaringan computer dan intersepsi sah
Tujuan dibuatnya COECCC
o
membuat kebijakan criminal umum yang ditujukan untuk perlindungan masyarakat
terhadap
Cyber Crime
melalui harmonisasi legalisasi nasional, peningkatan kemampuan
penegakan hukum dan peradilan, dan peningkatan kerjasama internasional.
o
Harmonisasi unsur-unsur hukum domestik pidana substantif dari pelanggaran dan
ketentuan yang terhubung di bidang kejahatan cyber.
o
Menyediakan
form
untuk kekuatan hukum domestik acara pidana yang diperlukan untuk
investigasi dan penuntutan tindak pidana tersebut, serta pelanggaran lainnya yang
dilakukan dengan menggunakan sistem komputer atau bukti dalam kaitannya dengan
bentuk elektornik.
Perbedaan Cyberlaw, Computer Crime Act dan COECCC
Robin, S.Kom
Powerpoint Templates
Page 27
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
Ruang lingkup HAKI
HAK CIPTA
PATEN
MEREK
DESAIN INDUSTRI Rahasia
dagang
Pemulia varietas
tanaman Letak Sirkuit Desain Tata Terpadu
Peraturan Perundang-undangan
1. UU No. 30/2000 tentang Rahasia Dagang
2. UU No. 31/2000 tentang Desain Industri
3. UU No. 32/2000 tentang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu
4. UU No. 14/2001 tentang Paten
5. UU No. 15/2001 tentang Merek
Powerpoint Templates
Page 29
o
Hak Cipta
adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
o
Pencipta
adalah seorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau
keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi.
o
Ciptaan
adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan
keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
Robin, S.Kom
UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.
o
Pemegang Hak Cipta
adalah Pencipta sebagai Pemilik hak Cipta,
atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak
lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak
tersebut.
Powerpoint Templates
Page 31
UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.
Robin, S.Kom
o
Perbanyakan
adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik
secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial
dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak
sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau
temporer.
o
Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik
bersama bagian tubuh lainnya ataupun tidak, yang diciptakan
dengan cara dan alat apa pun.
UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.
o
Hak Terkait
adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi
Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukkannya; bagi Produser
Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau
rekaman bunyinya; dan bagi Lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak,
atau menyiarkan karya siarannya.
o
Pelaku
adalah actor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan,
memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan,
atau memainkan suatu karya music, drama, tari, sastra,
folklor
, atau karya seni
lainnya.
•
Folklor
adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara
turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Merupakan folkor yang bentuknya murni
lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan
Powerpoint Templates
Page 33
UU No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta.
Robin, S.Kom