• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Judul tugas akhir

Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Nonfarmakologis

Tepid Water Sponge” Pada An. V (13 Bulan) Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Dengan Diagnosa Medis Dengue Haemorrhagic Fever Di Ruang Kutilang RSAU. dr. M. Salamun

B. Latar Belakang

Dengue Haemorrhagic Fever merupakan penyakit yang disebabkan karena infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak serta menimbulkan wabah. Jika nyamuk Aedes Aegepty menggigit orang dengan demam berdarah maka virus dengue masuk kedalam tubuh nyamuk bersama darah yang dihisapnya. Didalam tubuh nyamuk, virus berkembang biak ke seluruh tubuh nyamuk dan sebagian besar berada di kelenjar liur. Selanjutnya waktu nyamuk menggigit oranglain, air liur bersama virus dengue dilepaskan terlebih dahulu agar darah yang akan dihisap membeku dan pada saat inilah virus dengue ditularkan keorang lain (Soegijanto, 2013)

Dengue Haemorrhagic Fever merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty melalui gigitannya. Penyakit ini dapat menyerang semua kalangan terutama anak-anak berusia dibawah 15 tahun (Kemenkes, 2017). Penyakit ini berkaitan sekali dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat itu sendiri.

Word Health Organitation (WHO) memperkirakan bahwa 2,5 milyar atau 40% populasi didunia berisiko terhadap penyakit DHF terutama yang tinggal didaerah perkotaan dinegara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap

(2)

tahun nya. Data global juga menunjukan beberapa negara terkena dampak terburuk berada di Amerika Selatan, dimana hampir 114.000 kasus telah dilaporkan. Terdapat lebih dari 2000 kasus DHF ditahun 2019 dengan komplikasi yang menyebabkan kematian dan kasus demam berdarah global yang diperkirakan akan meningkat lebih lanjut setelah musim hujan dinegara- negara kawasan pasifik barat, yang sejauh ini telah mencatat 49.000 kasus (WHO, 2019)

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2017 terdapat 68.407 kasus kesakitan demam berdarah dengan jumlah kematian sebanyak 493 orang, sedangakan jumlah kasus tahun 2016 terdapat 204.171 kasus kesakitan dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Angka kesakitan atau Incedance Rate DHF tahun 2016 ke tahun 2017 yaitu 78,85 per 100.000 penduduk menjadi 26,10 per 100.000 penduduk (kemenkes, 2017)

Sedangkan di tingkat Provinsi di Indonesia dengan incedance rate tertinggi adalah Sulawesi Selatan (62,57%), Kalimantan Barat (52,61%) dan Bali (49,93%). Tercatat pada tahun 2017 sebanyak 7.854 kasus dengan jumlah pasien meninggal 105 orang dan pada tahun 2018 sebanyak 9.087 kasus dengan korban 93 orang (kemenkes, 2018).

Berdasarkan data dari Kemenkes RI pada bulan Desember 2020 jumlah proposi DHB pergolongan umur antara lain < 1 tahun sebanyak 3,13%, 1-4 tahun sebanyak 14,88%, 5-14 tahun sebanyak 33,97%, 15-44 tahun sebanyak 37,45%, dan >44 tahun sebanyak 11,57%. Adapun proposi kematian DBD pergolongan umur antara <1 tahun sebanyak 10,32%, 1-4 tahun sebanyak 28,57%, 5-14 tahun sebanyak 34,13%, 15-44 tahun sebanyak 15,87% dan >44 tahun sebanyak 11,11%

Berdasarkan data Rekam Medis RSAU dr. M. Salamun pada bulan November 2021 terdapat 13 pasien anak yang mengalami DHF. Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan saat dinas di Ruang Kutilang RSAU dr. M.

Salamun dar1 24 Bed yang tersedian ada 20 pasien dan 4 diantaranya dengan

(3)

dengue haemorrhagic fever, salah satunya An V dengan usia 1 tahun. Saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa An. V mengalami demam naik turun selama 3 hari didapatkan suhu tubuh 38,5oC disertai muntah sebanyak 2 kali dengan hasil pemerikasaan darah didapatkan hasil trombosit 69.000/mm3.

Masalah utama yang sering dialami oleh penderita DHF adalah hipertemia. Hipertermia sendiri merupakan peningkatan subu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun produksi panas. Hipertemi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh (Kahinedan, 2017). Akibat dari suhu tubuh yang mengalami kenaikan dapat mengakibatkan gangguan metabolism otak, keseimbangan sel otak menjadi terganggu. Gangguan keseimbangan sel otak mengakibatkan otak menjadi kaku sehingga mengakibatkan kejang demam (Primisasiki, 2013)

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hal diatas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dimana didalamnya terdapat rangkaian tindakan berdasarkan Evident Based Nursing yang telah terbukti mampu menangani masalah pasien yakni melalui tindakan observasi, mandiri, edukasi maupun kolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya (Perry, 2012)

Tindakan mandiri merupakan rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan perawat dalam rangka mengatasi masalah pasien dan berdasarkan aspek legal etis yang mendapatkan perlindungan berdasarkan perundang-undangan. Salah satu tindakan mandiri dalam menurunkan suhu tubuh secara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan cara tepid water sponge. Dimana tepid water sponge merupakan suatu kompres sponing dengan air hangat. Penggunaan kompres air hangat ini diterapkan dilipatan ketiak dan lipatan selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit dan akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan, dimana penangana

(4)

dengan metode ini bisa disatukan dengan pemberian obat penurun panas untuk menurunakan pusat pengatur suhu di susunan saraf otak bagian hypothalamus, kemudian dilanjutkan dengan tepid water sponge ini (Hidayati, 2014)

Dalam penelitian (Risfaldi, 2020) efektivitas pemberian kompres tepid water sponge dan pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan suhu tubuh anak dengan demam mengatakan bahwa terdapat perbedaan penurunan suhu tubuh menggunakan terapi tepid water sponge dengan terapi bawang merah,dimana tingkat penurunan suhu pada tepid water sponge lebih efektif dibandingkan dengan terapi bawang merah.

Menurut (Putri, 2020) pemberian tepid water sponge lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan demam dibandingkan dengan kompres air hangat. Hal ini disebabkan adanya seka pada teknik tersebut akan mempercepat vasodilitasi pembuluh darah kapiler di sekujur tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stimulasi hypothalamus.

Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Nonfarmakologis “Tepid Water Sponge” Pada An. V Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Dengan Diagnosa Medis Dengue Haemorrhagic Fever Di Ruang Kutilang RSAU. dr. M. Salamun”.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Menjelaskan Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Nonfarmakologis “Tepid Water Sponge” Pada An. V (13 Bulan) Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Dengan Diagnosa Medis Dengue Haemorrhagic Fever Di Ruang Kutilang RSAU. dr. M. Salamun

(5)

2. Tujuan khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian pada An. V (13 Bulan) dengan masalah keperawatan Hipertermi dengan diagnose medis Dengue Haemorrhagic Fever

b. Memaparkan hasil diagnose keperawatan pada An. V (13 Bulan) dengan masalah keperawatan Hipertermi dengan diagnose medis Dengue Haemorrhagic Fever

c. Memaparkan hasil intervensi pada An. V (13 Bulan) dengan masalah keperawatan Hipertermi dengan diagnose medis Dengue Haemorrhagic Fever

d. Memaparkan hasil implementasi pada An. V (13 Bulan) dengan masalah keperawatan Hipertermi dengan diagnose medis Dengue Haemorrhagic Fever

e. Memaparkan hasil evaluasi pada An. V (13 Bulan) dengan masalah keperawatan Hipertermi dengan diagnose medis Dengue Haemorrhagic Fever

f. Memaparkan hasil analisis inovasi tindakan keperawatan pada An. V (13 Bulan) dengan masalah keperawatan Hipertermi dengan diagnose medis Dengue Haemorrhagic Fever

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatul ilmiah dalam ilmu Keperawatan Anak dalam memberikan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien dengan masalah keperawatan Hipertermi dengan diagnose medis Dengue Haemorrhagic Fever

(6)

2. Manfaat praktisi a. Bagi institusi

Sebagai masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan untuk mahasiswa lainnya dan menambah sumber referensi di perpustakaan dan memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah dalam profesi keperawatan.

b. Bagi Rumah Sakit

Dari hasil penulisan Studi Kasus semoga dapat bermanfaat bagi tenaga Kesehatan lain, khususnya bagi profesi keperawatan yang ada di RSAU dr. M. Salamun dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien anak dalam memberikan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien dengan masalah keperawatan Hipertermi dengan diagnose medis Dengue Haemorrhagic Fever.

c. Bagi pasien

Menambah wawasan serta pengetahuan bagi keluarga dalam merawat dan menjaga suhu tubuh An. V tetap stabil.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan media, orang merasa akan semakin barryak memiiiki infonnasi tentang dunia dan peristiwa disekitar mereka, tetaptpengetahuan itu sebenarnya hanya