• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease (COVID-19) adalah nama yang diberikan World Health Organization (WHO) pada 11 Februari 2020. COVID-19 yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV2) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan Cina pada akhir Desember 2019 yang dapat menyerang sistem pernapasan.1 Tetapi kejadian ini bukanlah yang pertama kali, pada tahun 2002 SARS dan penyakit Middle East respiratory syndrome (MERS) tahun 2012 disebabkan oleh MERS-Coronavirus (MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000 (sekitar 1000 kasus MERS dan sekitar 8000 kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10% sedangkan MERS lebih tinggi yaitu sekitar 40%.1 Virus corona menyebar secara contagious, maksud contagion adalah infeksi yang menyebar secara cepat dalam sebuah jaringan, seperti bencana atau flu.1

Virus ini menyerang berbagai kalangan dimulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai lansia. Virus ini dapat menular secara mudah melalui kontak dengan penderita, sayangnya hingga kini belum ada obat spesifik untuk menangani kasus infeksi COVID-19. Manifestasi klinis yang muncul berupa gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, mialgia dan sesak nafas.

Biasanya mulai timbul dalam 2 sampai 14 hari setelah terkena paparan. WHO mengungkapkan cara penyebaran virus ini dari satu orang ke yang lainnya, ketika

(2)

seseorang menderita atau terinfeksi COVID-19 batuk atau bersin, mereka dapat melepaskan berupa cairan yang terdapat virus korona, sehingga menepel di telapak tangan atau baju dan dapat menepel diperumukaan atau benda di dekatnya seperti meja, kursi, uang, pegangan tangga (handrail), telepon dan lain-lain.1

Berdasarkan data WHO mengatakan negara yang mengalami infeksi virus COVID-19 di dunia sebanyak 223 negara. Sementara jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di seluruh dunia hingga tanggal 11 maret 2021 adalah 118.608.8492 kasus, dari jumlah itu sebanyak 2.630.919 jiwa meninggal dan 94.221.705 korban jiwa dinyatakan sembuh.2 5 negara kasus tertinggi COVID-19 yaitu Amerika Serikat 29.858.858 kasus, India 11.284.311 kasus, Brazil 11.205.97 2 kasus, Russia 4.351.553 kasus, Ingris 4,234,924 kasus.3 Sedangkan data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia, mengalami pelonjakan kasus setiap harinya. Dengan kasus yang tercatat hingga tanggal 10 Maret 2021 sebesar 1,398,578 masyarakat positif terinfeksi dengan korban dinyatakan meninggal sebanyak 37,932 jiwa dan 1,216,433 korban jiwa dinyatakan sembuh.2 Provinsi Jawa Barat menempati urutan tertinggi nomor dua dengan total jumlah kasus tercatat sebesar 225,925 (16.2%) kasus.2

Wabah COVID-19 ini mengganggu kesehatan fisik dan kesehatan psikologis setiap individu, masyarakat maupun remaja.4 Efek psikologis yang ditimbulkan dapat berdampak ringan hingga berat. Gangguan psikis pada masa pandemi disebabkan karena beberapa faktor, yaitu ketakutan akan wabah, rasa terasingkan, rasa sedih jauh

(3)

dari keluarga, rasa cemas terhadap kebutuhan hidup sehari-hari, serta adanya berita simpang siur.4 Beredarnya informasi tentang penyakit ini, menyebabkan dampak positif dan negatif. Namun, jika secara terus menerus, dapat menimbulkan efek tidak baik terhadap kesehatan mental, seperti memicu timbulnya stres, cemas, panik, dan rasa takut. Kondisi yang secara tiba-tiba datang menyebabkan remaja belum siap menghadapi secara fisik maupun psikis.4

COVID-19 berhasil mengubah kebiasaan masyarakat sehari-hari. Saat ini, masyarakat mau tidak mau harus hidup dengan kebiasaan baru, yang berdampingan dengan COVID-19. Kebiasaan baru tersebut yaitu sering mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat cukup, olahraga, makan makanan bergizi simbang, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.5 Rasa cemas dan ketakutan itu juga muncul kepada remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa dimana pada masa ini seseorang memiliki keadaan emosi yang labil dalam menghadapi kondisi yang tidak terduga, misalnya dalam masa pandemi ini mereka merasakan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan terhadap penularan virus.5

Selama masa pandemi ini sarana pendidikan ditutup sementara sehingga metode pembelajaran pun menggunakan sistem online.6 Semua kegiatan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa mulai dari kegiatan yang berada di kampus maupun luar kampus tidak bisa dilakukan lagi sementara waktu karena adanya pembatasan sosial ini. Di STIkes Dharma Husada Bandung sudah mengurangi segala aktivitas dikampus

(4)

terhitung dari bulan Maret 2020 sampai saat ini. Mereka harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama masa pandemi ini, termasuk pada metode pembelajaran online dan keterbatasan aktivitas yang biasanya dilakukan. Mereka mengeluh bahwa pembelajaran secara daring ini banyak menimbulkan kesulitan bagi mahasiswa selain itu juga aktivitas yang meningkat pada mahasiswa tingkat akhir menjadikan ini tekanan bagi mereka. Selain keluhan mahasiswa mengenai pembelajaran online mereka juga mengeluh bosan tidak bisa bersosialisasi dengan teman – temannya, akses sosial kepada individu dan komunitas juga tidak dapat mereka lakukan seperti biasanya.6 Rasa cemas yang berlangsung secara terus menerus, dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan fisik dan mental pada remaja.

Remaja yang biasanya hidup produktif dengan kegiatan, kini hanya dapat berdiam diri di rumah dikarenakan masa karantina yang mengharuskan tetap berada di rumah.

Saat keadaan normal untuk menghilangkan kepenatan, remaja biasa pergi rekreasi bersama teman sebayanya dan menikmati waktu di luar rumah, tetapi dengan kondisi sekarang kegiatan itu belum dapat dilakukan sampai waktu yang belum ditentukan.

Hal tersebut jelas menyebabkan remaja memiliki kecenderungan menjadi cemas dan tertekan. Keadaan ini juga menjadi tekanan-tekanan baru kepada remaja selama menghadapi wabah COVID-19.7

Hal ini menjadikan remaja memiliki kecemasan dan tekanan tersendiri.

Kecemasan yang dialami remaja ini secara psikologis akan berdampak kepada kurang tidur/insomnia dan masalah tidur lainnya, kesulitan untuk fokus, sering lupa,

(5)

meningkatnya iritabilitas dan mudah marah, berperilaku tidak seperti biasanya dan lebih sering mengurung di kamar untuk melampiaskan kebosanannya, mudah mengkhawatirkan sesuatu hal, tidak tenang saat melakukan sesuatu dan terus berpikir bahwa akan ada peristiwa buruk yang terjadi di sekitarnya, hilangnya rasa percaya diri, cepat lelah dan tidak tertarik lagi untuk melakukan hal yang disukainya.14 Berdasarkan teori per kembangan psikososial, tugas perkembangan remaja berelasi dan berorientasi pada teman. Pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19 ini meningkatkan risiko munculnya distres psikologis yang lebih berat dan bertahan lama sehingga dampaknya hingga dewasa menjadi lebih parah.

Sedangkan dampak yang akan timbul pada perkembangan reproduksi wanita, yaitu adanya gangguan siklus menstruasi. Hal ini disebabkan karena banyaknya stressor yang dialami mahasiswa yang dapat meningkatkan rasa cemas/stress. Pada keadaan cemas terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen. Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan

(6)

adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka kecemasan menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi oligomenorea atau polimenorea. Gejala klinis yang timbul ini tergantung pada derajat penekanan pada GnRH. Gejala - gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal apabila kecemasan yang ada bisa diatasi, panjang pendeknya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat kecemasan, genetik.22

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan remaja saat ini yaitu peran orang tua sangat penting untuk selalu mendampingi anaknya, memberi dukungan dan motivasi, memberikan pengetahuan tentang COVID-19, orang tua dan guru menjadi konselor bagi remaja. Sementara itu remaja harus tetap berusaha untuk mengatasi kecemasannya sendiri yaitu dengan berusaha menerima kenyataan keadaan saat ini dan mahasiswi berusaha menguatkan diri sendiri agar tetap semangat melakukan aktivitas belajar di rumah. Mahasiswi juga berdoa kepada Tuhan agar diberi kekuatan dan kelancaran dalam menghadapi berbagai tantangan selama melakukan kegiatan belajar daring. Kemampuan spiritual seperti menerima kondisi yang ada dan mencari makna dari sebuah masalah dapat mengurangi stres yang dialami oleh seseorang.13

Selain itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengatakan keterbatasan ketersediaan paket data internet bagi pendidik dan peserta didik selama ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi selama pembelajaran daring dan ini

(7)

merupakan keluhan bagi setiap pelajar dimasa pandemi ini. Solusinya, pemerintah beserta pemangku kepentingan lainnya memberikan subsidi kuota internet untuk siswa, guru, mahasiswa dan dosen selama empat bulan senilai Rp 7,2 triliun. Program ini akan dilanjutkan di bulan Maret, April dan Mei 2021.15

Dalam penelitian ini peneliti melakukan studi pendahuluan pada mahasiswi tingkat akhir di STIKes Dharma Husada Bandung yang berjumlah 10 responden.

Hasilnya menunjukan bahwa 6 orang responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang mengalami siklus menstruasi tidak normal sedangkan 3 orang responden yang memiliki tingkat kecemasan normal mengalami siklus menstruasi yang normal.

Berdasarkan data dan fenomena tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang

“Hubungan tingkat kecemasan mahasiswa saat pembelajaran daring terhadap siklus menstruasi selama masa pandemi COVID-19”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka memberikan dasar bagi penulis untuk merumuskan masalah sebagai berikut “Hubungan tingkat kecemasan mahasiswa selama masa pandemi COVID-19 terhadap siklus menstruasi”.

C. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat kecemasan mahasiswa selama masa pandemi COVID-19 terhadap siklus menstruasi.

(8)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa selama masa pandemi COVID- 19.

b. Mengetahui siklus menstruasi mahasiswa selama masa pandemi COVID-19.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu sarana ilmu pengetahuan yang telah didapat oleh peneliti, memberikan pengalaman dalam penelitian, menambah wawasan peneliti dan memberikan wacana baru bagi peneliti tentang tingkat kecemasan mahasiswa selama masa pandemi.

2. Bagi pendidikan

Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dan tambahan informasi bagi mahasiswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di STIkes Dharma Husada Bandung Tahun 2021.

2. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Mei 2021.

3. Lingkup Materi

(9)

Pada penelitian ini lingkup materi yang disajikan mengenai hubungan tingkat kecemasan mahasiswa saat pembelajaran daring terhadap siklus menstruasi selama masa pandemi COVID-19.

Referensi

Dokumen terkait

Ini terjadi karena orang tua merasa was-was pada pergaulan masa anak remaja awalnya, karena pada masa remaja awal adalah fase-fase dimana anak ingin mencoba berbagai macam hal yang

Secara psikologis remaja adalah usia di mana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan