• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan. Upaya mencegah dan menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan perlu mendapatkan perhatian. (Infodatin, 2014)

Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan glaukoma.

Sebesar 18% tidak dapat ditentukan dan 1% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak. (Infodatin, 2014)

Pelayanan kesehatan mata bisa masyarakat dapatkan di beberapa fasilitas kesehatan seperti rumah sakit khusus mata, balai kesehatan mata masyarakat, klinik mata, dan optikal. Optikal adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan refraksi, pelayanan optisi, dan/atau pelayanan lensa kontak. (Kepmenkes RI No.HK.03.05/III/3/02105.2/2012)

Pelayanan refraksi merupakan salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan dimana kebutuhan akan pelayanan refraksi optisi/optometri pada fasilitas pelayanan kesehatan akan cenderung

(2)

STIKes Dharma Husada Bandung

meningkat sehubungan dengan meningkatnya prevalensi kelainan refraksi dan penyakit mata dan/atau kebutaan yang diakibatkannya. Guna memenuhi tuntutan pelayanan refraksi di fasilitas pelayanan kesehatan diperlukan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan kesehatan sehingga pelayanan refraksi di setiap fasilitas pelayanan kesehatan memiliki keseragaman, bermutu, dan dapat dipertanggungjawabkan. (Permenkes RI No. 41 Tahun 2015)

Penerapan standar pelayanan yang berbeda tentu akan berpengaruh terhadap kualitas layanan yang diberikan kepada pasien/klien/konsumen.

Suatu pelayanan berkualitas bagi konsumen jika apa yang dirasakan sesuai dengan apa yang konsumen harapkan. Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas layanan yang secara nyata konsumen terima atau peroleh dari kinerja atau jasa dengan layanan yang sesungguhnya konsumen harapkan. (Meila Monika, 2016)

Peran SPO menjadi penting karena dapat membantu suatu instansi/perusahaan dalam memberikan pelayanan secara baik, konsistensi, efektif, dan efisien dalam hal memberikan pedoman atau petunjuk tentang suatu prosedur pelayanan yang harus dilakukan oleh instansi/perusahaan tersebut. (Sarifudin, 2014)

Terdapat perbedaan signifikan antara teori yang diajarkan di perkuliahan dengan praktik yang terjadi di lapangan terkait penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan refraksi yang dilaksanakan antara satu optik dengan optik lainnya ataupun terdapat tahapan yang sudah diterapkan

(3)

STIKes Dharma Husada Bandung

dan belum diterapkan dari Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan refraksi yang tercantum pada Permenkes RI No. 41 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Refraksi Optisi.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan di 3 (tiga) optik yang ada di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi pada bulan Januari tahun 2018, tahapan pemeriksaan yang dilakukan tidak sama antara satu optik dengan optik lainnya. Dan tahapan yang dilaksanakan tersebut tidak sesuai dengan SPO yang telah diatur dalam Permenkes RI No. 41 Tahun 2015.

Dengan perbedaan penerapan standar pelayanan refraksi yang dilakukan antara satu optik dengan optik lainnya, serta ketidaksesuaian penerapan standar pelayanan refraksi sesuai dengan Permenkes RI No. 41 Tahun 2015 peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait penerapan SPO di optik-optik Kota Cirebon dengan judul : “Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pelayanan Refraksi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2015 di Optik-optik Kota Cirebon Tahun 2018.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu : “Bagaimana Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pelayanan Refraksi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2015 di Optik - optik Kota Cirebon Tahun 2018?”

(4)

STIKes Dharma Husada Bandung

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan standar prosedur operasional (SPO) pelayanan refraksi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2015 di Optik-optik Kota Cirebon tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tahapan standar prosedur operasional (SPO) pelayanan refraksi yang telah diterapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2015.

b. Mengetahui tahapan standar prosedur operasional (SPO) pelayanan refraksi yang tidak diterapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

b. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktikkan ilmu yang sudah diterima oleh penulis selama duduk di bangku kuliah.

c. Penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah, serta dapat melakukan analisis secara nyata untuk mengetahui penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pelayanan Refraksi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan di lingkungan kerja Optik -optik Kota Cirebon.

(5)

STIKes Dharma Husada Bandung

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan tenaga kesehatan Refraksi Optisi untuk mengadakan edukasi penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan refraksi sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2015 ke Optik-optik untuk persamaan persepsi dan tujuan profesi.

b. Sebagai bahan untuk memberikan gambaran mengenai tahapan penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan refraksi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2015 terhadap perkembangan usaha optik-optik.

c. Sebagai bahan agar institusi berkonsentrasi pada skill mahasiswa/i untuk selalu menerapkan pemeriksaan standar pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang semestinya.

d. Sebagai bahan informasi dan pembelajaran untuk mahasiswa/i kesehatan mengenai pentingnya penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) saat melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien.

(6)

STIKes Dharma Husada Bandung

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Masalah

Mengetahui penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pelayanan Refraksi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2015 di Optik–optik.

2. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup keilmuan Refraksi Klinik dan Etika Profesi.

3. Ruang Lingkup Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian Deskriptif Kuantitatif. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi.

4. Ruang Lingkup Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Optik-optik Kota Cirebon dalam jangka waktu dari bulan Mei - Juni 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu yang membedakan dari aspek tempat dan waktu penelitian.1 Raja Rika Anggraini dengan judul penelitian “Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan Terhadap

STIKes Dharma Husada Bandung menyebabkan peserta JKN tidak teratur dalam membayar iuran serta dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam meningkatkan keteraturan pembayaran