BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Kardiovaskular adalah penyebab kematian nomor 1 di dunia. Penyakit Kardiovaskular adalah sekelompok gangguan jantung dan pembuluh darah termasuk penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, rematik jantung dan kondisi lainnya. Empat dari lima penyakit kardiovaskular disebabkan oleh henti jantunga atau cardiac arrest atau lebih dikenal dengan serangan jantung. Data World Health Organization diperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2016, mewakili 31% dari semua kematian di dunia. Dari kematian ini, 85% disebabkan oleh serangan jantung atau cardiac arrest (WHO, 2017).
Angka kematian yang disebabkan Penyakit Tidak Menular (PTM) menyumbang 29 %, pada posisi pertama yaitu penyakit jantung, dan disusul oleh penyakit stroke (Riskesdas, 2018). Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit jantung di Indonesia tahun 2018 sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 3,9 juta orang.
Berdasarkan jumlah estimasi diagnosa penyakit jantung di Provinsi Jawa Barat sebanyak 796.620 orang (1,7%) (Riskesdas, 2018). Di Kota Bandung, gejala gagal jantung 29,4%, dengan angka kematian yang tertinggi mencapai 13,73%, disusul penyakit stroke 12%, dengan angka kematian 8,24%, dan komplikasi diabetes melitus sebesar 3,15% (prfmnews.com, 2017).
Cardiac Arrest adalah hilangnya fungsi jantung atau henti jantung pada seseorang secara tiba-tiba yang mungkin atau tidak mungkin telah didiagnosis penyakit jantung. Henti jantung terjadi ketika malfungsi sistem listrik jantung. Pada saat henti jantung kematian terjadi tiba-tiba berhenti bekerja dengan benar. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak normal, atau tidak teratur irama jantung yang disebut aritmia (AHA, 2015).
Henti jantung atau cardiac arrest merupakan salah satu kegawatdaruratan yang dapat terjadi secara tiba-tiba, sehingga harus mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Henti jantung juga dapat menyebabkan kerusakan sel jika tidak ditangani dengan tepat, henti jantung tidak hanya terjadi di rumah sakit tetapi juga dapat terjadi di luar rumah sakit (Turangan, Kumaat, dan Malara, 2017). Menurut World Health Assosiation (WHO, 2017)
Aspek dasar pertolongan pada henti jantung mendadak adalah bantuan hidup dasar (BHD), aktivasi sistem tanggap darurat, RJP sedini mungkin, serta dengan defibrilasi cepat menggunakan defibrillator eksternal otomatis atau Automatic External Defibrillator (AED). (Kleinman et al. 2015).
Bantuan hidup dasar merupakan suatu usaha sederhana yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam nyawa seseorang sehingga dapat mempertahankan hidupnya untuk sementara. Bantuan hidup dasar dilakukan sampai bantuan atau pertolongan lanjutan datang. (Putri, 2019 dalam Wibowo, 2016).
Definisi Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah penanganan awal pada pasien yang mengalami henti jantung, henti napas, atau obstruksi jalan napas. Aspek dasar dari
BHD meliputi pengenalan langsung terhadap henti jantung mendadak dan aktivasi system tanggap darurat, RJP dini, dan defibrilasi cepat dengan AED. RJP itu sendiri merupakan suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti jantung ke fungsi optimal, guna mencegah kematian (Kleinman et al., 2018).
Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sudah menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada area yang sulit dijangkau petugas kesehatan. Peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting untuk menyelamatkan korban dari ancaman kematian. (Sudiharto & Satono, 2015)
Bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan saat pasien ditemukan dalam keadaan tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar, atau tidak bernafas, maka periksa respon pasien.
Bila pasien tidak ada respon aktifkan sistem darurat dan lakukan tindakan bantuan hidup dasar. (Hermayudi & Ariani 2017)
Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di STIKes Dharma Husada adalah UKM Tim Kesehatan. UKM Tim Kesehatan bertanggung jawab apabila ada masalah kesehatan dan atau kondisi Keadaan gawat darurat di lingkungan kampus. Anggota UKM Tim Kesehatan adalah mahasiswa dari berbagai program studi, yaitu program studi S1 Keperawatan, S1 Kesehatan Masyarakat, S1 Kebidanan, D3 Keperawatan, D3 Refraksi Optisi, D3 Kebidanan. Sampai saat ini keanggotaan Timkes ada 19 angkatan dengan jumlah anggota 700 Orang.
UKM Tim Kesehatan memiliki program timkes on call setiap hari dengan cara piket mahasiswa yang berjaga di pos kesehatan (POSKES) serta siap siaga membantu mahasiswa, staff dan dosen ataupun masyarakat sekitar kampus yang mengalami masalah kesehatan dan atau kondisi kegawatdaruratan. Sehingga setiap anggota Tim Kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 5 anggota Tim Kesehatan angkatan 17 dengan memberikan pertanyaan kepada masing-masing anggota. “Apakah kalian pernah mendengan tentang BHD?” seluruhnya menjawab pernah mendengar tentang BHD. “Apakah kalian tahu tentang BHD? Coba Jelaskan”
2 orang menjawab benar tentang definisi, dan 3 menjawab salah tentang definisi bantuan hidup dasar. “Apakah kalian tahu tentang tujuan BHD ? Coba Jelaskan” 5 orang dapat menjelaskan dengan benar tentang tujuan BHD, tetapi tidak sistematis dalam menjelaskan tujuan BHD. “Penanganan apa yang kalian ketahui tentang BHD?” 5 orang tidak dapat menyebutkan hal-hal yang harus ditangani saat akan melakukan BHD. “Apakah kalian pernah menolong pasien henti jantung?” semua menjawab belum pernah menolong.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang BHD pada Anggota Tim Kesehatan angkatan 17 di STIKes Dharma Husada Bandung.”
B. Rumusan Masalah
Dalam uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang BHD pada anggota Tim Kesehatan angkatan 17 di STIKes Dharma Husada Bandung.?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan tentang BHD pada anggota Tim Kesehatan angkatan 17 di STIKes Dharma Husada Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pengertian BHD pada anggota Tim Kesehatan angkatan 17 STIKes Dharma Husada Bandung.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang tujuan BHD pada anggota Tim Kesehatan angkatan 17 STIKes Dharma Husada Bandung.
c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang penanganan BHD pada anggota Tim Kesehatan angkatan 17 STIKes Dharma Husada Bandung.
A. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan tentang metedologi penelitian tentang gambaran pengetahuan anggota TIMKES tentang bantuan hidup dasar (BHD)
2. Bagi anggota Tim Kesehatan di STIKes Dharma Husada Bandung
Sebagai bahan evaluasi dan disiplin ilmu pemahaman wawasan tentang pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD)
3. Bagi Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai referensi dalam penelian selanjutnya yang sejenis
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian bersifat deskriptif membahas pengetahuan anggota TIMKES angkatan 17 STIKes Dharma Husada Bandung tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret s.d Juni 2022 di STIKes Dharma Husada Bandung. Pengambilan data dilakukan secara wawancara terhadap 60 orang anggota Timkes dengan materi Keperawatan Kritis.