• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.

Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan pematangan dalam hidup.

Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi, membangun identas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi (WHO, 2015). Sekitar 900 juta remaja tersebut tinggal di negara berkembang. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016

(2)

jumlah remaja di Indonesia mencapai 36 juta jiwa dan 55% diantaranya adalah remaja perempuan. Kelompok usia 10-19 tahun adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan.

Sedangkan jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% dari total penduduk Indonesia (Depkes RI, 2015).

Pada masa remaja kebutuhan nutrisi/gizi perlu mendapat perhatian karena kebutuhan nutrisi yang meningkat dikarenakan adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan, berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada kebutuhan dan asupan zat gizi, kebutuhan khusus nutrien perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang mempunyai aktifitas olah raga, mengalami kehamilan, gangguan kesehatan reproduksi, gangguan perilaku makan, retriksi asupan makan maupun hal – hal lain yang biasa terjadi pada remaja. Makanan yang mengandung zat lemak, protein, karbohidrat dan garam yang relatif tinggi cenderung disukai oleh golongan remaja pada umumnya. Keadaan gizi berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal (Istiany dan Rusilanti,

(3)

2013). Status gizi adalah keadaan tubuh akibat mengkonsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan menjadi tiga yaitu status gizi kurang, status gizi baik, dan status gizi lebih. Penentuan status gizi remaja dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). Pengukuran ini cocok untuk remaja karena remaja masih dalam masa pertumbuhan (Almatsier, 2010).

Gizi juga sangat mempengaruhi tumbuh kembang remaja. Masalah gizi yang paling sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan kurang gizi yaitu terlalu kurus dan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi. Selain itu masalah gizi yang sering muncul adalah kelebihan asupan gizi yang dapat menyebabkan obesitas.

Obesitas menjadi ancaman serius bagi kesehatan, kondisi obesitas akan membawa beberapa konsekuensi, seperti diskriminasi dari teman teman, kesan negatif dari diri sendiri, kurang bisa bersosialisasi dan depresi (Waryana, 2010).

Pada masa ini juga remaja mengalami masa pubertas di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai

(4)

dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 – 18 tahun (WHO, 2012). Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan remaja putri yang sudah matang alat reproduksinya maupun hormon-hormon dalam tubuhnya akan mengalami menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklus dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses ini melalui empat tahap yaitu fase menstruasi, fase ploriferasi, fase luteal/sekresi, dan fase iskemik (Perry 2010).

Menstruasi atau disebut juga haid merupakan perdarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah.lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima pelekatan embrio atau mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, lapisan ini akan luruh kemudian darah akan keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Tetapi pada saat mengalami menstruasi beberapa wanita ada juga yang mengalami gangguan sindrom, yaitu prementstrual sindrom .

(5)

Prementstrual sindrom merupakan suatu gejala klinis yang ditandai dengan kombinasi dari gangguan emosi, fisik, psikologis, dan suasana hati yang terjadi setelah ovulasi wanita dan biasanya berakhir dengan timbulnya aliran menstruasi. Suasana hati yang berhubungan dengan gejala yang paling umum adalah lekas marah, depresi, menangis, oversensitivity, dan perubahan suasana hati dengan kesedihan dan kemarahan bergantian. Gejala fisik yang paling umum adalah kelelahan, kembung, nyeri payudara (Mastalgia), jerawat, dan perubahan nafsu makan dengan mengidam makanan (William, 2011).

Wanita dengan prementstrual sindrom memiliki kadar serotonin yang rendah dan menyebabkan ovulasi tertunda atau lebih awal dan memicu suatu ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron. Pada pertengahan siklus menstruasi, produksi LH-Luteinizing hormone (Hormon yang bertanggung jawab terhadap ovulasi) tertekan yang memicu ovulasi. Selama separuh ke-2 dari siklus menstruasi (hari ke-14 sampai dengan ke-28), jika keseimbangan hormon estrogen dan progesteron tidak stabil maka akan terjadi prementstrual sindrom . Bagaimanapun bila kadar progesteron tidak normal, kadar serotonin dapat menurun dan tertekan (Saryono dan Sejati, 2009).

(6)

Penyebab pasti prementstrual sindrom tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa penyebab prementstrual sindrom yaitu sebagai berikut : Faktor Hormonal, faktor kimiawi, faktor genetik, faktor psikologis, faktor gaya hidup, defisiensi endorphin menurut (Saryono dan Waluyo 2009).

Perbedaan kejadian sindrom premenstruasi antar wanita biasanya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: stress, meningkatnya usia, pola makan yang tidak baik dan status gizi (Wahyu, 2013). Terdapat hubungan antara berat badan dengan Prementstrual sindrom khususnya kondisi yang tidak nyaman di perut akibat sirkulasi estrogen pada wanita obesitas lebih besar dibandingkan wanita normal (Nurmiaty dan Wilopo, 2011).

Status gizi yang di ukur dengan Indeks Masa Tubuh merupakan salah satu ukuran untuk memprediksi presentase lemak di dalam tubuh manusia. Ada hubungan antara Status Gizi dengan premenstrual syndrome karena lemak merupakan salah satu senyawa di dalam tubuh yang mempengaruhi proses pembentukan hormon estrogen, dan faktor dominan penyebab premenstrual syndrome adalah hormon estrogen. Pada perempuan yang mengalami kelebihan berat badan, timbunan lemak dapat memicu pembuatan hormon estrogen berlebih yang dapat menyebakan terjadinya hiperestrogenisme. Teori menunjukkan adanya kelebihan

(7)

estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi adalah penyebab prementstrual sindrom (Safitri, 2016). Sirkulasi estrogen pada wanita obesitas lebih besar dibandingkan wanita normal, sehingga terdapat hubungan antara berat badan dengan prementstrual sindrom terutama keadaan tidak nyaman di perut (Nurmiaty dan Wilopo, 2011).

Ketika sirkulasi estrogen meningkat maka terjadi ketidak seimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Ketidak seimbangan kadar hormon estrogen dan progesteron merupakan kondisi dimana kadar estrogen berlebih sedangkan kadar progesterone menurun (Ramadani, 2012). Hasil penelitian Putri (2013) menunjukkan peluang terjadinya prementstrual sindrom lebih besar pada wanita yang tidak melakukan olahraga rutin dari pada wanita yang sering melakukan olahraga. Menjaga berat badan merupakan salah satu penanganan sindrom pre-menstruasi, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan resiko menderita prementstrual sindrom . Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologis dalam Saryono (2009) bahwa sedikitnya 85% dari wanita menstruasi mengalami minimal satu dari gejala prementstrual sindrom dan umumnya terjadi pada wanita usia 14–50 tahun dengan gejala yang bervariasi dan berubah–ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan

.

(8)

Penelitian yang dilakukan di Indonesia terkait dengan sindrom premenstruasi menyatakan hasil yang tidak terlalu berbeda. Suatu penelitian yang disponsori WHO tahun 2002 melaporkan 23% wanita Indonesia mengalami sindrom pre-menstruasi. Penelitian lain terhadap 68 wanita usia produktif di Aceh besar melaporkan 41,18% respondennya menderita prementstrual sindrom dalam kategori sedang Nurmiaty, (2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 Juli 2019 MTS Pondok Pesantren Salafiyah AL – Jawahir Kabupaten Bandung di dapatkan informasi bahwa di sekolah tersebut belum ada yang melakukan penelitian tersebut.

Data jumlah siswi sebanyak 125 siswi perempuan. Dari hasil wawancara kepada 15 siswi, 5 siswi tidak mengalami gejala prementstrual sindrom dan 10 siswi yaitu mengeluh mengalami gejala prementstrual sindrom , pada saat ditanya siswi kurang mengetahui tentang prementstrual sindrom dan hanya menyebutkan gejala yang di alaminya yaitu nyeri perut, mudah marah, saat menjelang menstruasi, para siswi juga mengaku sulit berkonsentrasi ketika proses belajar mengajar. Lalu pada saat dilakukan observasi 5 remaja putri dengan gizi yang lebih, mengeluh sering mengalami gejala prementstrual sindrom yang cukup mengganggu aktivitas sehari - hari, ditandai dengan nyeri bagian perut

(9)

bawah, merasakan bengkak pada payudara, dan mudah marah saat memasuki masa mentruasi, dan 5 diantara 10 siswi itu hanya mengalami gejala yang ringan dan tidak begitu menganggu. Upaya penanganan yang telah dilakukan oleh sisiwi terhadap prementstrual sindrom adalah dengan mengoleskan minyak kayu putih pada daerah nyeri, melakukan kompres hangat dan sebagian lagi hanya membiarkan gejala tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi Remaja Putri Dengan Kejadian prementstrual sindrom pada siswi MTS Pondok Pesantren Salafiyah AL – Jawahir Kabupaten Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Berdarkan urairan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitiannya adalah “Adakah Hubungan Status Gizi Remaja Putri Dengan Kejadian prementstrual sindrom pada siswi Mts Pondok Pesantren Salafiyah Al – Jawahir Kabupaten Bandung.”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian menetapkan tujuan penilitian sebagai berikut.

(10)

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status gizi remaja putri dengan kejadian prementstrual sindrom pada siswi MTS Pondok Pesantren Salafiyah AL – Jawahir Kabupaten Bandung.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi status gizi remaja putri berdasarkan Index Masa Tubuh MTS Pondok Pesantren Salafiyah AL – Jawahir Kabupaten Bandung

b. Mengidentifikasi kejadian prementstrual sindrom pada Siswi MTS Pondok Pesantren Salafiyah AL – Jawahir Kabupaten Bandung.

c. Menganalisis hubungan status gizi remaja putri dengan kejadian prementstrual sindrom siswi MTS ondok esantren Salafiyah AL – Jawahir Kabupaten Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi tentang status gizi remaja putri dengan kejadian prementstrual sindrom.

(11)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan terkait dalam hal ini STIKes Dharma Husada Bandung, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka.

b. Bagi tenaga kesahatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status gizi dalam menghadapi prementstrual sindrom sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan kreatifitas serta derajat kesehatan pelajar secara optimal.

c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penilitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2019 2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Salafiyah AL – Jawahir.

3. Ruang Lingkup Keilmuan

Studi pendahuluan pembelajaran dan penelitian ini adalah Ilmu Keperawatan Martenitas.

Referensi

Dokumen terkait

2 empty Trial completion date empty Scientific title The effect of IL-6 inhibitor Tocilizumab on the prognosis of covid-19 patients with acute respiratory failure Public title The

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ―Hubungan frekuensi angkat beban berat motor dengan Gangguan Muskuloskeletal