• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - SIAKAD STIKes DHB - STIKes Dharma Husada Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - SIAKAD STIKes DHB - STIKes Dharma Husada Bandung"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

STIKes Dharma Husada Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur mata yang berkontribusi dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous dan vitreous humor. Cahaya yang masuk akan direfraksikan ke retina, yang akan dilanjutkan ke otak berupa impuls melalui saraf optik agar dapat diproses oleh otak. Kelainan refraksi ini terjadi apabila fungsi refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan sempurna (Justin C Sherwin, 2014)

Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (20/15 atau 20/20 kaki). Tajam penglihatan maksimum terjadi ketika bayangan terbentuk tepat di fovea, sedangkan beberapa faktor seperti penerangan umum, kontras, berbagai uji warna, waktu papar, dan kelainan refraksi mata dapat mengubah tajam penglihatan. (Ilyas and Yulianti, 2018).

Gangguan penglihatan dan kebutaan masih merupakan masalah di dunia, menurut estimasi perhitungan dari WHO pada program pencegahan Kebutaan terdapat 285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan (visual impairment) yang terdiri dari 39 juta mengalami kebutaan (blind) dan 246 juta mempunyai penglihatan lemah (low vision). Enam puluh lima persen dari gangguan penglihatan dan 85 % dari kebutaan diderita oleh orang berusia di atas 50 tahun yang merupakan 20 % dari total populasi penduduk. Penyebab

(2)

STIKes Dharma Husada Bandung

kebutaan terbesar adalah katarak. WHO mencanangkan Universal Eye Health dengan Global Action Plan 2014-2019 dengan visi: “A world in which nobody is needlessly visually impaired, where those with unavoidable vision loss can achieve their full potential and where there is universal access to comprehensive eye care services.” (Tidak ada lagi orang di dunia dengan gangguan penglihatan, untuk orang dengan kebutaan yang tidak dapat diterapi harus diberikan akses mudah ke pusat pelayanan kesehatan mata yang komprehensif). Target dari visi ini adalah menurunkan prevalensi avoidable gangguan penglihatan sebesar 25% pada tahun 2019.

(Cicendo Eye Hospital, 2017)

Pengertian Ketajaman penglihatan atau visus merupakan gambaran fungsional tentang sesuatu objek yang ditangkap. Pemeriksaan visus berarti melakukan pemeriksaan pada mata untuk mengukur tingkat ketajaman penglihatan seseorang (Ilyas and Yulianti, 2018)

Pemeriksaan ketajaman penglihatan harus sering dilakukan agar dapat terdeteksi secara dini penurunan nilai visus. Uji penglihatan mengukur penglihtan jauh dan dekat. Kegagalan melihat objek pada saat pemeriksaan bisa saja merupakan pengalaman traumatic bagi pasien sehingga pasien mencoba menolak hasil yang telah diberikan. Peran pemeriksa dapat membantu mempertahankan sikap empati dengan menjelaskan kepada pasien bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan terutama kelelahan atau kecemasan (Sobirin, 2015).

(3)

STIKes Dharma Husada Bandung

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Secara sederhana kelaianan refleksi adalah gangguan media-media penglihatan sehingga mengakibatkan turunnya hasil penghlihatan seseorang.

Bisa dikatakan kelainan refleksi yang sering di alami oleh masyarakat diantaranya, myopia, hypermetropia, presbyopia dan astigamatisme (Ilyas and Yulianti, 2018).

Myopia merupakan kelainan refraksi dengan bayangan sinar dari suatu objek yang jauh difokuskan di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi. Hal ini terjadi karena ketidaksesuaian antara kekuatan optik (optical power) dengan panjang sumbu bola mata (axial length). Myopia dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan waktu timbulnya, yaitu myopia kongenital, school myopia dan adult onset myopia. School myopia adalah istilah yang digunakan terhadap myopia yang muncul dan berkembang pada anak usia sekolah (Andrias L, Deni HM, 2015).

Profil Anak Indonesia 2018 menyajikan keadaan anak Indonesia berusia 0-17 tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa 30,5 persen atau 79,6 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2017 adalah anak- anak berusia 0-17 tahun. Ini artinya hampir satu diantara tiga penduduk Indonesia adalah anak-anak. Diprediksikan proporsi anak di Indonesia pada beberapa kurun waktu ke depan juga tidak akan mengalami perubahan signifikan (Yembise, 2018)

(4)

STIKes Dharma Husada Bandung

Berbagai faktor dapat mempengaruhi progresifitas myopia pada usia sekolah. Faktor genetik dan kebiasaan atau perilaku membaca dekat disertai penerangan yang kurang menjadi faktor utama terjadinya myopia. Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap media visual yang ada.

Kurangnya outdoor activity juga mempengaruhi pertumbuhan myopia.

Vitamin D yang didapat ketika melakukan aktivitas luar ruangan memiliki peran dalam pembentukan kolagen dimana merupakan komponen unuk sklera.

(Riordan, 2007). Intensitas cahaya yang tinggi juga dpat mempengaruhi tingkat keparahan myopia karena mempengaruhi bekerjanya pupil dan lensa mata.

(Karouta, 2015)

Myopia sebagai kelainan refraksi menjadi penyebab terbanyak gangguan penglihatan didunia hingga diestimasikan separuh dari penduduk dunia menderita myopia pada tahun 2020. 1 Segala golongan usia dapat mengalami myopia, terutama pada remaja. Prevalensi myopia pada anak usia sekolah terus meningkat signifikan di seluruh dunia (Lei yu, dkk 2011).

Data penunjang dari penelitian ini diambil dari data pendahuluan yang penulis lakukan pada siswa kelas X MA Al-Mursyid Bandung yang menderita myopia. Siswa kelas X MA Al-Mursyid bandung yang menderita myopia adalah 10 siswa dari 15 siswa. Dengan rincian siswa lakilaki sebanyak 4 orang dan perempuan sebanyak 6 orang. Tercatat yang menggunakan kacamata hanya 5 orang, sedangkan sisanya belum menggunakan kacamata. Di MA Al- Mursyid Bandung belum terdapat penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi derajat myopia pada remaja.

(5)

STIKes Dharma Husada Bandung

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan judul “Angka kejadian Refraksi Myopia Pada Anak Usia Sekolah”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, peneliti mencoba merumuskan suatu masalah yaitu :

"Bagaimana Angka Kejadian Kelainan Refraksi myopia pada anak usia sekolah ?"

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini adalah untuk mengetahui Angka kejadian pada anak usia sekolah.

2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dala penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui angka kejadian kelainan myopia berdasarkan jenis kelamin dan usia.

b. Untuk mengetahui angka kejadian myopia berdasarkan besarnya derajat myopia.

c. Untuk mengetahui angka kejadian kelainan myopia berdasarkan penyebab kelainan refraksi

d. Untuk mengetahui angka kejadian myopia berdasarkan faktor genetik dan lingkungan.

(6)

STIKes Dharma Husada Bandung

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengembangan ilmu dibidang refraksi dan menjadi gambaran mengenai angka kejadian myopia.

b. Manfaat Praktis

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencegahan dini terhadap pasien refraksi myopia agar dapat menjaga kesehatan mata sehingga tidak terjadi myopia.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Masalah

Masalah yang akan diteliti dibatasi dengan masalah mengenai angka kejadian myopia, prevelensi serta kecendrungan gender yang mengalami kelainan refraksi myopia

2. Lingkup Metode

Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan literature review matrix yaitu dengan menggabungkan berbagai jurnal baik jurnal nasional maupun internasional yang bersifat relevan, mutakhir, dan memadai.

3. Lingkup Keilmuan

(7)

STIKes Dharma Husada Bandung

Penelitian ini merupakan bidang ilmu Refraksi Optisi khususnya ilmu Refraksi Klinik, fisiologi persepsi dan penglihatan, metedeologi penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat Teoritis Sebagai referensi bagi mahasiswa STIKES Dharma Husada Bandung pada umumnya dan bagi mahasiswa Program Sarjana Kesehatan Masyarakat pada khususnya, untuk pengembangan

iii Program Studi Strata I Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung 2017 ABSTRAK Indra Herdiawan HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING DI RUANG RAWAT