i
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Pendidikan keperawatan adalah sarana untuk mencapai keterampilan keperawatan yang dapat dibuktikan, mahir dengan perspektif, perilaku dan kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan dasar secara mandiri. Dalam proses pendidikan terdapat berbagai teknik pembelajaran, diantaranya adalah berpikir kritis, pengerahan individu, metode bimbingan dan lain-lain. Evaluasi dapat diterapkan dengan empat model, yaitu obsevasi, responsi, tertulis, dan ujian praktikum. Model dengan ujian praktikum (OSCE) harus lebih diterapkan dalam mendukung pembelajaran klinis untuk mahasiswa (Nursalam., 2012).
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan
suatu metode untuk menguji kompetensi klinik secara obyektif &
terstruktur dalam bentuk putaran station dalam waktu 10-15 menit.
Objektif lantaran seluruh mahasiswa diuji menggunakan ujian yang sama.
Terstuktur karena menguji klinik keterampilan dengan lembar evaluasi yang sesuai (Saputra B. D., 2019). OSCE adalah alat untuk mensurvei bagian kompetensi klinis, misalnya anamnesis, asesmen aktual, prosedural klinis, kemampuan relasional, pemahaman hasil lab, pelaksana dan lain- lain. OSCE atau biasa disebut tes lab kemampuan, diadakan setelah materi lab kemampuan yang dipusatkan oleh mahasiswa klinis telah selesai. di
3
setiap stase yang mewakili suatu kopetensi keterampilan klinis yaitu suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan dan praktek prosedur untuk menentukan tingkat pengetahuan, kemampuan, bakat atau kualifikasi peserta didik.
Ujian OSCE merupakan salah satu stressor yang dapat memicu kecemasan pada mahasiswa. Kecemasan dapat mempengaruhi organ viseral dan motorik, pikiran, persepsi, dan pembelajaran. Oleh karena itu, kecemasan dapat menghambat fungsi kognitif yang berpengaruh pada performa ketika ujian OSCE (Novitasari, 2019). Mahasiswa memiliki perasaan takut akan kegagalan atau merasa panik dalam menghadapi ujian, walaupun memiliki motivasi untuk berprestasi, tetap saja mereka akan mengalami kesulitan untuk dapat meraih prestasi yang maksimal.
Kekhawatiran akan hasil atau nilai ujian memungkinkan menyebabkan mahasiswa merasa terbebani dan menunjukan bahwa mahasiswa mengalami kegagalan dalam mengatur kecemasan yang dirasakannya.
Ujian OSCE di Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung sudah digunakan sejak tahun 2016 berlangsung hingga saat ini, ujian OSCE dilaksanakan setiap akhir blok dan setiap bloknya terdiri dari beberapa klinis yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan pembelajaran blok. Selanjutnya, mahasiswa mengikuti ujian OSCE memasuki ruangan dengan beberapa klinis beserta penguji yang akan menilai keterampilannya. Setelah mahasiswa melakukan keterampilan dalam waktu 15 menit perklinisnya, penguji memberikan penilaian dan
4
evaluasi kepada mahasiswa agar mahasiswa bisa mengetahui kekurungannya. Adapun penanganan di Indonesia untuk saat ini terkait kecemasan menjelang OSCE terjadi pada mahasiswa belum tertangani dengan baik. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa yang akan menghadapi OSCE diharapkan lebih mempersiapkan terkait materi OSCE maupun mental agar pelaksanaan OSCE dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang memuaskan (Yuhelrida, 2016).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2015), individu yang mengalami kecemasan diperkirakan sebesar 3,6%.
Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada perempuan 4,6%
dibandingkan pada laki-laki 2,6%. Adapun data di Indonesia merupakan negara dimana setiap tahunnya angka kecemasan semakin meningkat, kecemasan diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7%
remaja merasa cemas (Yuhelrida, 2016).
Studi terdahulu yang dilakukan oleh Tresna (2011) mendapatkan adanya fenomena cemas dalam menghadapi ujian, tentunya dapat menghambat tujuan belajar yang ingin dicapai mahasiswa. Kecemasan dalam menghadapi ujian dipicu oleh kondisi pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang dikendalikan. Manifestasi kognitif yang tidak bisa dikendalikan dapat menimbulkan perasaan akan terjadinya hal buruk dan perilaku motorik yang tidak terkendali menyebabkan mahasiswa menjadi gugup dan gemeter saat menghadapi ujian.
5
Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Vina & Mustikasari (2015) di Program Studi Keperawatan Universitas Indonesia saat menghadapi ujian OSCE mendapatkan hasil dengan mengalami kecemasan ringan yaitu 71 (65,14%), kecemasan sedang 19 (17,43%), kecemasan berat 17 (15,6%) dan panik 2 (1,83%).
Seperti yang diindikasikan oleh Suprajitno, kecemasan dapat muncul dengan intensitas yang berbeda, tingkatan ini terbagi menjadi kecemasan ringan, sedang, berat, dan dapat menimbulkan kegelisahan dari individu itu sendiri, terkadang dapat membuat menghalangi kegiatan atau pekerjaan yang akan dilakukan. Kecemasan merupakan pengalaman perasaan tidak menyenangkan. Kecemasan timbul dari reaksi ketegangan- ketegangan atau dari kerangka dalam tubuh, ketegangan ini akibat suatu dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf yang otonom. Individu yang merasakan kecemasan bisa mengganggu keseimbangan pribadi seperti tegang, resah, cemas, khawatir, gugup, dan berkeringat. Kecemasan dapat diklasifikasikan dari tingkat yang sangat rendah hingga dengan tingkat tertinggi (Yuhelrida, 2016).
Kecemasan dapat terjadi ketika seseorang merasa khawatir tentang kondisi yang terjadi. Kecemasan bisa menjadi suatu hal yang positif jika seseorang dapat mengatasi kecemasannya dan berbuat yang terbaik. Jika mahasiswa tidak dapat mengatasi ancaman tersebut maka seseorang akan cenderung untuk merasa cemas (Keltner, Musculoskeletal OSCE, 2011).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain usia,
6
pendidikan, jenis kelamin, pengalaman negatif pada masa lalu, dan pemikiran yang tidak rasional. Jika kecemasan tidak dapat teratasi maka akibat yang terjadi pada mahasiswa mengalami kecemasan disebabkan oleh ujian OSCE dapat berdampak pada emosi atau fisik seperti perasaan negatif, rendah diri terhadap ujian OSCE, tegang, resah dan berkeringat.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, pada umumnya mahasiswa mengalami keccemasan setiap mengikuti ujian OSCE. Permasalahan mahasiswa yang dihadapinya adalah kekhawatiran materi yang diujiankannya tidak terkuasai, materi yang sulit, dan materi yang banyak. permasalahan lainnya mahasiswa membayangkan ketegangan selama ujian OSCE dan kekhawatiran nilai yang diperoleh sangat minim sehingga harus mengulang ujian tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil studi pendahuluan oleh peneliti, maka disusunlah penelitian tentang gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di Stikes Dharma Husada Bandung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang terdapat pada latar belakang diatas, maka permasalahan pada penelitian ini, yaitu:”Bagaimana gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di STIKes Dharma Husada Bandung”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
7
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di STIKes Dharma Husada Bandung.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi ujian OSCE.
b. Mengidentifikasi arakteristik yang dapat mempengaruhi kecemasan pada mahasiswa dalam menghadapi ujian OSCE D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian mengenai gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di STIKes Dharma Husada Bandung, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian lain yang sejenis dan menambah pemahaman.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi mahasiswa
Agar mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai gambaran tingkat kecemasan, dan mengetahui cara mengatasi kecemasannya.
b. Manfaat bagi program studi sarjana keperawatan
8
Agar program studi dapat menambahkan pengetahuan dan pemahaman mengenai gambaran tingkat kecemasan, dan lebih memahami lagi mahasiswa saat menghadapi ujian OSCE.
c. Manfaat bagi institusi
Merupakan bahan masukan untuk melakukan identifikasi mengenai gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di STIKes Dharma Husada Bandung, sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian- penelitian selanjutnya yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di STIKes Dharma Husada Bandung.
d. Manfaat bagi peneliti
Diharapkan dapat menambahkan pengetahuan tentang gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di STIKes Dharma Husada Bandung.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup dan waktu
Penelitian berdasarkan ini dilaksanakan pada bulan Maret – September 2021.
2. Ruang lingkup materi
9
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di STIKes Dharma Husada Bandung.
3. Ruang lingkup keilmuan
Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu Keperawatan Jiwa.
4. Ruang lingkup metode
Ruang lingkup metode pada penelitian ini tentang gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sarjana keperawatan dalam menghadapi ujian OSCE di STIKes Dharma Husada Bandung.