• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - SIAKAD STIKes DHB - STIKes Dharma Husada Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - SIAKAD STIKes DHB - STIKes Dharma Husada Bandung"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah/spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan yang dilakukan, serta mampu menyinergikan kecerdasan lainnya yakni kecerdasan rasional, emosional, dan spiritual dengan seimbang. Makna dari konsep Kecerdasan Spiritual yang dikemukakan Ary Ginanjar ini adalah segala bentuk kegiatan dan ibadah yang dilakukan harus dilaksanakan dengan berpegang pada prinsip

“Hanya Karena Allah”. (Ary Ginanjar Agustian 2011)

Tanda-tanda dari Kecerdasan Spiritual yang telah berkembang dengan baik seperti kemampuan bersikap fleksibel, adaptif (menyesuaikan diri) Secara Spontan dan aktif. serta memiliki pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan disaat mengalami dilematis,tingkat kesadaran diri yang tinggi, yaitu kemampuan seseorang untuk merenungkan apa yang dianggap bernilai, serta berusaha memperhatikan segala macam peristiwa dan kejadian dengan berpegang pada keyakinanya, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan permasalahan, yaitu kemampuan seseorang untuk menghadapi permasalahan yang dialami serta menjadikan permasalahan tersebut sebagai sesuatu yang menjadikan lebih bijaksana sehingga,

(2)

permasalahan tersebut bisa dijadikan pelajaran dan motivasi untuk kehidupan yang lebih baikdimasa depan,Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, yaitu kemampuan seseorang untuk berusaha agar hidupnya didasarkan pada tujuan yang pasti dan berpegang teguh pada nilai-nilai yang diyakini untuk mencapai tujuan tersebut, kesadaran untuk menghindari atau melakukan hal-hal yang dianggap merugikan bagi diri sendiri atau orang lain, Berpikir Secara Holistik,yaitu kemampuan seseorang untuk dapat melihat dan memahami hikmah dari keterkaitan peristiwa-peristiwa yang terjadi, Menjadi Pribadi Yang Mandiri. (Zohar dan Ian Marshal,2011)

Dari aspek spiritual keagamaan,dan kontrol diri Usia mahasiswa, untuk strata 1 (S1) umumnya sekitar 18-24 tahun, mereka berada pada masa remaja akhir dan dewasa awal, atau berada di antara keduanya yakni masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. bahwa mahasiswa yang memasuki perkuliahan tingkat di tingkat II umurnya berkisaran 18 dan 19 tahun (Hurlock, 2010). sedangkan mahasiswa yang memasuki tingkat akhir atau IV memiliki usia sekitar 20-24 tahun (Winaryo J,2012) bahwanya mahasiswa yang sudah memasuki umur 20 tahun keatas mereka sudah bisa mengkontrol emosional dan bisa menerima masukan sudah mulai memiliki tanggung jawab sedangkan mahasiswa yang duduk ditingkat II mempunyai sifat yang tidak peduli dikarenakan dimasa tersebut mereka mencari jati diri.dan emosional yang tidak stabil dan pada masa peralihan ini dimana masa remaja akhir menuju masa dewasa. Pola kepercayaan pada masa ini bersifat individual reflektif yang ditandai dengan munculnya Berpikir kritis terhadap seluruh pendapat, keyakinan, dan nilai-nilai religius yang dulu dipegangnya

(3)

sebagai sebuah prinsip. pada tahap ini muncul kesadaran bahwa dirinya tidak bisa lagi bergantung pada pendapat orang-orang di sekitarnya, melainkan dia harus mengambil tanggung jawab atas pilihannya sendiri. Memperoleh kebebasan emosional mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya. pada masa ini pribadi menyadari perlunya refleksi kritis terhadap segala sesuatu sehingga menjadi relevan dan jelas bagi keseluruhan dirinya. Pada tahap ini juga pribadi menginginkan kepemilikan diri yang autentik dan mandiri dalam menentukan pilihan hidup dan segala yang berkaitan dalam aktivitasnya. Di sini ada upaya menunjukkan identitas diri yang merupakan pilihannya. (Safaria, 2009).

Kontrol diri terkait dengan kemampuan individu dalam mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya. Individu yang mampu mengendalikan rasa marah, sedih, dan takut yang dialaminya menunjukkan bahwa dirinya mampu mengendalikan emosi dengan baik. Kemampuan dalam mengendalikan keinginan, hasrat, dan ambisi individu juga menunjukkan bahwa individu mampu mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya. (Hurlock Ghufron & Risnawita, 2010)

Ada lima aspek kontrol diri yaitu, Self Discipline (disiplin diri) adalah mengacu pada kedisiplinan individu dalam melakukan sesuatu, Deliberate/Nonimpulsif adalah berkaitan dengan kecenderungan individu untuk melakukan suatu tindakan yang tidak impulsive (tidak diduga-duga), Healthy habits adalah kemampuan mengatur pola perilaku menjadi kebiasaan yang menyehatkan bagi individu, Work ethic adalah berkaitan dengan penilaian

(4)

individu terhadap regulasi diri mereka di dalam layanan etika kerja individu mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik tanpa dipengaruhi oleh hal-hal dari luar, Reliability adalah dimensi yang terkait dengan penilaian individu terhadap kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang. (Tangney, Baumeister dan Boone 2011)

Kontrol diri pada mahasiswa seperti,membimbing, mengatur, dan mengarahkan dirinya untuk membeli barang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga tidak mudah melakukan pembelian tanpa manfaat. Kemampuan mahasiswa dalam mengendalikan perilakunya akan membantu mahasiswa untuk tidak berperilaku menyimpang. Hal ini berlaku sebaliknya, mahasiswa yang kurang mampu mengontrol perilakunya akan cenderung lebih berprilaku menyimpang. Hal ini berkaitan dengan kehidupan mahasiswa tidak terlepas dari berbagai masalah baik pada perkuliahan maupun pada kehidupan sehari-hari. Jika mahasiswa tidak dapat menyelesaikan berbagai masalah tersebut dengan baik. maka tidak jarang dari mahasiswa akan menimbulkan penyaluran emosi yang salah. Penyaluran emosi yang salah adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri.

Adapun dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Najibuddin mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri santri pondok pesantren tebuireng jombang. Diketahui bahwa tingkat spiritual quotient pada santri kelas XI Madrasah Aliyah yang berdomisili di pondok pesantren yang memiliki tingkat spiritual quotient tinggi yaitu 17,8 % (16 responden), tingkat sedang 73,3 % (66 responden), dan tingkat rendah 8,9% (9 responden). (Najibuddin ,2015)

(5)

Selanjutnya yang dilakukan oleh Indahwati mengenai hubungan anatara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada remaja, ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada remaja, yaitu ditemukan nilai r = 0,761 dengan p = 0,000 pada taraf signifikansi 0,01 yang artinya semakin tinggi kecerdasan spiritual semakin tinggi pula kontrol dirinya. Nilai r2 diperoleh sebesar 0,579 yang berarti bahwa kecerdasan spiritual memiliki sumbangan efektif terhadap kontrol diri remaja sebesar 57,9% (Indahwati, D., 2010).

Berdasarkan studi pendahuluann awal yang penulis lakukan pada bulan Januari 2019 di STIKes Dharma Husada Bandung, melalui Hasil Wanwancara dari 12 orang mahasiswa, berkaitan dengan sembilan aspek kecerdasan spiritual.

Didapatkan hasil bahwa dua orang mahasiswa mempunya sikap fleksibel dimana keterbukaan kepada siapa saja karena keterbukaan adalah kunci dari segalanya agar kita bisa dipercaya dengan teman, orang tua dosen. Tingkat kesadaran tinggi, banyak mahsiswa yang slalu mensyukuri apa yang ada didunia ini baik yang mereka alami atau tidak alami. empat kemampuan menghadapi masalah sebagai mahasiswa kita tidak boleh menyerah dalam menghadapi permasalahan yang kita alami seperti, tugas kuliah yang menumpuk, biaya kuliah, selisih paham dengan teman dan masih banyak lagi. Tiga orang yang mempunyai kriteria dari Kualitas hidup yang diilahami oleh visi dan nilai-nilai dari.seperti selalu mempunyai pandangan positif setiap masabah yang dialaminya adalah ujian dari tuhan yang dibalik ujian tersebut memiliki hikmah yang terindah. empat orang masuk kedalam aspek keenganan untuk menyebabkan yang tidak perlu. Jika dihadapi masalah

(6)

maka mahasiswa bisa memecahkan masalahnya. lima orang banyak masuk kedalam kriteria aspek berfikir secara holistik maksudnya sebagian mahasiswa tersebut mengatakan, bahwa segala yang ada dibumi dan apa yang kita lakukan dalam perkuliahan dan kehidupan sehari-hari semua ini harus dikembalikan oleh pencipta. Dan selanjutnya aspek kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana seorang mahasiswa saat wawancara banyak sekali yang rasa ingin tahunya tinggi seperti selalu mencari jawaban dan bertanya pada yang lebih ahli dengan contoh, mengapa kita diberi ujian, mengapa ketika diberi ujian allah sayang, megapa kita harus melakukan perintah solat lima waktu dan masih banyak lagi yang di pertanyakan. Dan aspek yang terakhir adalah menjadi pribadi yang mandiri, tujuh orang mahasiswa tidak mengikuti teman-teman dikerjakan dengan sendiri, memiliki usaha sendiri,mengerjakan tugas dengan baik tanpa mencontek tugas temannya, pada saat melaksanakan ujian tidak membuat catatan kecil dan menyontek pekerjaan temanya.

Selanjutnya adalah 5 aspek control diri bahwa dari 12 orang Mahasiswa didapatkan Hasil 3 orang mahasiswa sering melakukan tindakan Kasar seperti tidak bisa menahan emosi, sering mengeluarkan kata-kata kotor,selalu mendapatkan nilai yang kurang baik karena malas untuk belajar sehingga ketika menghadapi ujian tidak siap,dan tidak mengikuti ekstrakulikuler yang ada di kampus artinya mahasiswa tersebut tidak termasuk Healty habits (kebiasaan baik) yang artinya kebiasaan yang baik selalu dilakukan oleh mahasiswa selalu bertutur kata sopan pada siapapun baik dilingkungan rumah maupun kampus,selalu menahan amarah dalam setiap keadaan apapun yang membuat mahasiswa menjadi tidak terkontrol

(7)

dalam menahan amarah ,rajin belajar selalu siap dalam menghadapi ujian seperti UAS,UTS atau ujian lainya, selalu membuat jadwal harian dan memanfaatkan waktu dengan mengikuti kegiatan yang ada di dalam kampus seperti ektrakulikuler.

adapun 4 orang mahasiwa suka membolos, dan suka tidak mengerjakan tuga-tugas kampus, telat masuk jam perkuliahan, tidak mengikuti peraturan yang diterapkan oleh kampus seperti solat berjamaah dan mengikuti kajian,tidak menggunakan jilbab berpolet,tidak memakai kaos kaki atau menggunakan kaos kaki warna warni, tidak memakai Nametage tidak mengumpulkan tugas tepat waktu. dan ini tidak termasuk diciplin yang artinya sikap mental yang tercermin dari tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, atika dan lain-lain yang berlaku.contohnya dalam kehidupan mahasiswa selalu datang tepat waktu, mentaati peraturan di kampus seperti solat berjamaah, membaca Asmaul Husnasebelum memulai jam perkuliahan, mengikuti pengajian rutin yang di terapkan oleh kampus, menggunakan seragam yang sesuai dengan peraturan kampus ,work etic (etika Berkerja) pada mahasiswa adalah etika dalam berkerja dalam arti berkerja sama dalam organisasi, disiplin, mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh,dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan oleh team atau dosen seperti tugas-tugas kuliah lainya.lima orang selalu melakukan tindakan yang selalu buru-buru dan asal-asalan dalam mengerjaka tugas kuliah,membuat aturan sendiri dan ini sesuai dengan aspek Deliberate/nonimpulsive (Kecenderungan menerima diri) yang artinya kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan tertentu, bersifat hati-hati, dan tidak tergesa-gesa. Contohnya mahasiswa tidak buru-buru

(8)

dalam menyelesaikan tugasnya dan tidak pula melakukan system kebut semalam untuk menyelesaikan tugas,dan selalu mengontrol diri agar kecendrungan untuk bertindak yang tidak baik akan terkontrol Reliability (reabilitas) yang artinya kemampuan individu dalam menilai dirinya dan merancang rencana untuk selalu konsisten contohnya Mahasiswa selalu mengikuti peraturan kampus, tidak melakukan tindakan kekerasan dan tidak pernah bolos saat jam perkuliahan dan memikirkan sesuatu yang positif untuk kedepanya untuk meraih cita-cita di masa depan .

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan atau kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual dibutuhkan untuk dapat memaknai setiap tindakan individu dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, di dalam diri setiap individu memiliki kontrol diri (self control) yang mampu mengendalikan atau mengatur individu dalam berperilaku. Kemudian, jika kecerdasan spiritual dan kontrol diri ini dimiliki oleh individu maka akan menghasilkan individu yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan menghasilkan perilaku yang bermakna. Akan tetapi individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, tidak dapat dipastikan bahwa ia juga pasti memiliki kontrol diri yang baik dan begitu pula sebaliknya.

(9)

Berdasarkan fenomena-fenomena dan beberapa penelitian terkait yang telah dipaparkan diatas, penulis mempunyai pandangan penting untuk melakukan penelitian Mengenai “Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri pada Mahasiswa Tingkat II (dua) Program studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri pada Mahasiswa Tingkat II (dua) Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung?

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol diri pada Mahasiswa Tingkat II (dua) Program Studi Sarjana STIKes Dharma Husada Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Kecerdasan Spiritual pada Mahasiswa Tingkat II (dua) Program Studi Sarjana STIKes Dharma Husada Bandung

b. Mengidentifikasi Kontrol Diri Pada Mahasiswa Tingkat II (dua) Program Studi Sarjana STIKes Dharma Husada Bandung

c. Menganalisis hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri Pada Mahasiswa Tingkat II (dua) Prodi Sarjana STIKes Dharma Husada Bandung

(10)

C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Hasil Ini mampu memberikan Informasi Mengenai Kecerdasan Spiritual dan Kontrol diri pada Mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung

2. Bagi Institusi pendidikan STIKes Dharma Husada Bandung

Memberikan informasi atau kontribusi serta Data Untuk Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dalam melakukan penelitian dan dapat Dijadikan dasar Untuk Penelitian Selanjutnya Bagi Profesi Keperawatan dan Dijadikan dasar sebagai syarat untuk penerimaan mahasiswa baru dengan cara melakukan wawancara atau mengisi Kuisioner.

3. Bagi Mahasiwa

Mampu memberikan informasi mengenai Bahwa kecerdasan Spiritual Mempengaruhi Kontrol diri Setiap Individu. Dengan memperaktekan sembilan aspek kecerdasan spiritual dan lima aspek kontrol diri dilingkungan kampus maupun lingkungan rumah.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup meteri Penelitian ini termasuk dalam bidang keperawatan jiwa .Lokasi penelitian ini dilakukan di STIKes Dharma

(11)

Husada Bandung Jl. Terusan Jakarta No.71 - 75, Cicaheum, Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat . waktu pelaksanaan bulan Juli 2019.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

STIKes Dharma Husada Bandung Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan judul “Angka kejadian Refraksi Myopia Pada Anak Usia Sekolah”

Pola asuh orang tua berperan penting dalam proses sosialisasi di lingkungan dan sekolah untuk mempengaruhi perilaku anak, pelaku bullying biasanya adalah anak-anak dari orangtua yang

Untuk Insititusi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan khususnya program studi Diploma III Optometri mengenai pengaruh cahaya terhadap kuallitas tidur

Selain dengan adanya peningkatan dan perkembangan dalam industri optik nasional, Indonesia sebagai negara di wilayah Asia Tenggara juga dihadapkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA

Untuk mengetahui pengetahuan Lansia tentang penyebab stroke di kelurahan Kebon Waru RW 06 wilayah kerja puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung tahun 2018.. Untuk mengetahui Pengetahuan

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas , maka diidentifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut “Bagaimana gambaran pengetahuan tentang radiasi

Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan P3K terhadap pengetahuan pengemudi dalam menolong kecelakaan lalu lintas diharapkan dapat

Berdasarkan hal-hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Terhadap Pengetahuan Tentang Anemia Pada