Desa Jatibarang Lor merupakan salah satu desa di Kabupaten Brebes yang memiliki jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan yang cukup banyak di Kecamatan Jatibarang. Terkait penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Jatibarang Lor, sebelum pandemi Covid-19, terdapat 146 Keluarga Penerima Manfaat (BPM). Penulis disini tertarik untuk menganalisis pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang diterapkan di Desa Jatibarang Lor, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul : “EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN DALAM UPAYA MENGATASI KEMISKINAN MASA PANDEMI DI DESA JATIBARANG LOR KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES TAHUN 2021”. Seberapa efektif pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) dalam penanggulangan kemiskinan pada masa pandemi di Desa Jatibarang Lor, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. Apa saja kendala pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk menanggulangi kemiskinan pada masa pandemi di Desa Jatibarang Lor, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
Untuk menganalisis efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) dalam menanggulangi kemiskinan pada masa pandemi di Desa Jatibarang Lor Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Untuk menganalisis kendala pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk menanggulangi kemiskinan pada masa pandemi di Desa Jatibarang Lor Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Temuan dari penelitian ini adalah: pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga angka kemiskinan menurun dengan memperkuat sumber daya manusia pada keluarga penerima manfaat (KPM).
Makmurja z naslovom “Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Memutus Rantai Kemiskinan (Studi di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto)”.
Kerangka Teori
Evaluasi Program Kebijakan
Kelima, evaluasi kebijakan, yaitu pada tahap ini suatu kebijakan yang telah dilaksanakan akan dievaluasi, apakah kebijakan tersebut menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan atau tidak (Dunn, 2003, p. 24). Ketiga, evaluasi berkontribusi melalui penerapan metode analisis kebijakan yang mencakup perumusan masalah dan rekomendasi (Dunn, 2003, p. 609). Apabila dampak setelah implementasi kebijakan publik ternyata tidak menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat, maka suatu kegiatan kebijakan dapat dikatakan gagal, namun ada kalanya hasil kebijakan publik tidak langsung terlihat dalam jangka pendek, namun hasilnya langsung terasa. setelah melalui proses tertentu” (Dunn, 2003, p.429).
Menurut Lester dan Stewart dalam (Winarno, 2012, p. 229), bahwa evaluasi kebijakan bertujuan untuk melihat apa yang menyebabkan kegagalan suatu kebijakan dan untuk dapat mengetahui apakah suatu kebijakan yang dilaksanakan telah mencapai harapan yang diinginkan. Evaluasi kebijakan bertugas menentukan konsekuensi apa yang akan mempengaruhi suatu kebijakan dengan menggambarkan dampaknya. Evaluasi kebijakan bertugas menilai suatu kebijakan yang telah dilaksanakan, apakah kebijakan tersebut berhasil atau gagal berdasarkan standar yang telah ditentukan.
Dari dua tugas yang dipaparkan Lester dan Stewart, dapat ditarik kesimpulan tentang pentingnya proses evaluasi dalam kebijakan publik. Intinya evaluasi kebijakan merupakan suatu kebijakan yang dipandang sebagai suatu kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Jenis ini merupakan jenis evaluasi kebijakan yang cukup baru, namun saat ini sudah cukup mendapat perhatian dari para pemerhati kebijakan publik.
Menurut (Hayati, 2014, p. 3484), Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan. Lebih lanjut, Program Keluarga Harapan (PKH) menurut (Saputra, 2017, hlm. 1) merupakan kebijakan yang berasal dari kementerian. Menurut Kementerian Sosial (2016) dalam (Rahmawati & Kisworo, 2017, p. 162), PKH merupakan salah satu program yang termasuk dalam program perlindungan sosial yang menyalurkan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. .
Untuk menerima bantuan PKH, peserta PKH harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan berkomitmen terhadap upaya peningkatan kesejahteraan sosial baik di bidang kesehatan maupun pendidikan. Sedangkan tujuan dari program keluarga harapan ini adalah dari segi kriteria kesehatan (baluta, ibu hamil/nifas dan anak prasekolah), kriteria pendidikan (SD, SMP/MTS, SMA/SMK sederajat) atau anak yang berusia sekitar 7-21 tahun. yang tidak mempunyai waktu untuk menyelesaikan wajib belajar dua belas tahun, dan penyandang disabilitas serta orang tua lanjut usia. Kriteria penerima manfaat PKH berbeda-beda berdasarkan (Kementerian Sosial RI, 2021, hal. 22), yaitu keluarga penerima manfaat dapat dibagi menjadi beberapa komponen yaitu berdasarkan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. komponen.
Lansia yang sudah terdaftar dalam Kartu Keluarga (KK) yang sama dan menjadi anggota keluarga. Maksudnya disini adalah seseorang yang mempunyai disabilitas berat dimana orang tersebut sudah tidak mampu lagi menghidupi dirinya sendiri dan tidak dapat melakukan aktivitas yang tercatat dalam Kartu Keluarga (KK) yang sama dan berada dalam keluarga.
Kemiskinan
Masyarakat miskin adalah mereka yang rata-rata pengeluaran per kapitanya tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Berbeda dengan pandangan BPS, Bank Dunia menyatakan dalam (Rustanto, 2015, p. 2) bahwa “kemiskinan diucapkan dalam kemakmuran”, yaitu kemiskinan dapat diartikan sebagai kondisi kesejahteraan yang tidak dapat dipenuhi. Ketika mengklasifikasikan kemiskinan, Bank Dunia menjelaskan bahwa masyarakat miskin adalah mereka yang pengeluarannya kurang dari 2 USD per hari.
Menurut Levitan (1980) dalam (Suyanto, 2001, hal. 29), kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang kekurangan jasa dan barang untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari guna mencapai taraf hidup yang layak. Sedangkan menurut Schiller (1979) dalam (Suyanto, 2001, p. 30), kemiskinan adalah keadaan seseorang yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan akan jasa atau barang secara memadai. Senada dengan itu, Emil Salim mendefinisikan dalam (Suyanto, 2001, p. 33) bahwa kemiskinan adalah keadaan seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sosialnya karena kurangnya pendapatan.
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Konsep kemiskinan yang berkembang sebagaimana dijelaskan Nasikun dalam (Suryawati, 2005, p. 122) pada dasarnya terbagi menjadi empat bentuk, yaitu. Kemiskinan absolut diketahui ketika masyarakat dengan pendapatan berbeda tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Kemiskinan struktural dapat terjadi ketika masyarakat tidak memiliki akses terhadap sumber daya sehingga tidak membantu dalam pengentasan kemiskinan. Sebagai permasalahan yang dianggap multidimensi, maka pengentasan kemiskinan sebagaimana dijelaskan Adi i (Setiawan, 2017, p. 70) harus mencakup tiga tingkatan, yaitu sistem makro. Undang-undang tersebut kemudian menjadi payung bagi pelaksanaan program pengentasan kemiskinan pada tingkat ekosistem, mesosistem, dan mikrosistem.
Kedua, kemiskinan yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang mempunyai kualitas berbeda-beda dapat dilihat pada sumber daya manusia yang berjuang untuk maju; mereka akan mencari ilmu dan keahlian. Berbeda dengan sumber daya manusia yang tidak mau maju, tidak berusaha sehingga tidak ada pembangunan. Hal ini sering dialami oleh seseorang yang ingin menjadi seorang wirausaha, namun orang tersebut tidak mempunyai modal untuk memulai usahanya.
Definisi Konseptual dan Operasional .1 Definisi Konseptual
- Definisi Operasional
- Jenis Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Subjek Penelitian
- Data Primer
- Data Sekunder
- Dokumentasi
- Analisis dan Interpretasi Data
- Data Reduction (Reduksi Data)
- Data Display (Penyajian Data)
- Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)
- Kualitas Data
Aspek yang dimaksud digambarkan dengan melihat kesesuaian penerima manfaat PKH dengan tujuan Program Keluarga Harapan (PKH) sesuai Permenso No. 1 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Program. Efektifitas Penyelenggaraan Program Keluarga Harapan dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Pada Masa Pandemi di Desa Jatibarang Lor Kecamatan Jatibarang. Hasil Efektivitas Penyelenggaraan Program Keluarga Harapan Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Pada Masa Pandemi di Desa Jatibarang Lor Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.
Hambatan pelaksanaan program Keluarga Harapan (PKH) dalam penanggulangan kemiskinan pada masa pandemi di Desa Jatibarang Lor Kecamatan Jatibarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan suatu keadaan, suatu peristiwa dan menafsirkan objek menurut apa adanya (Sugiyono, 2017, p. 9). Dalam hal ini data primer dapat berupa hasil wawancara responden pada saat peneliti melakukan penelitian lapangan (Samsu, 2017, p. 94).
Berbeda dengan data primer, seperti dijelaskan (Samsu, 2017, p. 95), data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung, yaitu mengacu pada buku, jurnal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan terbuka kepada subjek untuk memperoleh informasi (Yusuf, 2017, p. 372). Menurut (Sugiyono, 2016, p. 301), teknik pengambilan sampel dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probabilitas sampling dan non-probability sampling.
Pertimbangan khusus ini, misalnya peneliti memilih orang-orang yang dianggap memahami dan memiliki permasalahan yang ada serta kaitannya dengan efektivitas program keluarga harapan di desa Jatibarang Lor, sehingga nantinya akan memudahkan peneliti dalam mengambil tindakan. melakukan ini. Sampel atau informan dalam penelitian ini adalah pendamping program keluarga harapan, kepala desa, kader dan keluarga penerima manfaat program keluarga harapan. Dokumentasi biasanya dapat berupa catatan, notulensi rapat, transkrip, dan laporan Dinas Sosial terkait permasalahan penelitian (Samsu, 2017, p. 99).
Miles dan Huberman menjelaskan dalam (Sugiyono, 2017, p. 246) bahwa ketika melakukan analisis data kualitatif dilakukan secara intensif atau terus menerus agar data tersebut sesuai dengan keinginan. Reduksi data merupakan data yang diperoleh pada saat peneliti melakukan penelitian di lapangan sehingga jumlahnya cukup banyak. Penyajian data adalah menampilkan data, yaitu setelah data direduksi kemudian ditambah dengan menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, grafik, hubungan antar kategori, dan sejenisnya (Sugiyono, 2017, hal. 249) .
Kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti yang dikumpulkan oleh peneliti yang terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dan menghasilkan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2017, p. 252). Menurut (Sugiyono, 2017, p. 241), triangulasi adalah teknik verifikasi data dari sumber yang berbeda dengan cara yang berbeda dan waktu yang berbeda.