• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Sumber daya air (selanjutnya disingkat SDA) mempunyai nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, serta merupakan salah satu unsur utama dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sumber daya air tidak dapat dimiliki dan/atau dikuasai oleh perseorangan, kelompok masyarakat, atau badan usaha. Untuk menggantikan peraturan perundang-undangan dalam UUUSDA No.7/2004, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah No.

Batas-batas wilayah sumber daya air (selanjutnya disebut SDA) dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan untuk mengatur pengelolaannya agar dapat dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan manusia dengan tetap menjaga kelestariannya. Makna konotatif dari pernyataan tersebut adalah “Air merupakan sumber daya yang terbatas, sehingga rentan untuk dieksploitasi. Sifat air merupakan bagian integral dari sumber daya air (SDA) yang mempunyai dimensi nyata (fisik) berupa ‘struktur fisik’. bentuk sebagai zat dan wadah yang membawanya (sungai, danau, rawa dan sebagainya), dan yang tidak berwujud seperti siklus hidrologi;

Air merupakan sumber daya yang vital bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga pemanfaatannya harus seimbang dengan daya dukung lingkungan dengan tetap menjaga kelestariannya. Mengingat air merupakan sumber daya yang ketersediaannya terbatas dan rentan terhadap intervensi antropogenik, maka pengelolaannya harus didasarkan pada daya dukung alam dan bukan berdasarkan permintaan. Air merupakan sumber daya vital yang menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga penguasaannya harusnya dipegang oleh negara dan bukan oleh pemerintah, swasta atau perorangan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian Jaringan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dengan judul.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Manfaat Akademik dan Teoritis

Kontribusi penelitian ini berupa pemikiran terhadap model konseptual pengelolaan air perkotaan terpadu (PSDAPT) atau jaringan kebijakan pengelolaan air perkotaan terpadu (IUWRM). Pemikiran ini didasari oleh munculnya paradigma baru dalam pengelolaan air. yang digambarkan dalam empat skenario pendekatan intervensi, yaitu: (i) Peningkatan ketersediaan air; (ii) Memperluas kemampuan pengolahan air melalui penggunaan teknologi; (iii) Mendaur ulang air limbah sebagai sumber air baru melalui proses pemulihan energi dan nutrisi; dan (iv) Menciptakan lingkungan yang mendukung konservasi sumber daya alam melalui kolaborasi lintas sektoral dan lintas lembaga antara pelaku dan pemangku kepentingan. Model konseptual jaringan kebijakan PSDAPPT tidak didasarkan pada koordinasi sebagaimana diatur dalam Pasal 64 UUSDA No. Dalam praktiknya, kemitraan merupakan bentuk hubungan antara aktor dan pemangku kepentingan, sedangkan wadahnya adalah ‘komunitas’.

Harapan penulis terhadap hasil penelitian ini adalah “agar model konseptual jaringan kebijakan PSDAPT” dapat divalidasi secara internal dan eksternal melalui penelitian lebih lanjut pada kesempatan berikutnya, sehingga menjadi model yang dapat diimplementasikan dalam berbagai situasi dan kondisi.

Manfaat Praktis

Manfaat Bagi Masyarakat

Batasan Penelitian

Penelitian ini tidak dimaksudkan sebagai penelitian hukum atau penelitian administrasi publik, meskipun tidak dapat dipungkiri adanya kontak antara disiplin ilmu pengelolaan lingkungan hidup dengan disiplin ilmu hukum dan administrasi publik atau pemerintahan.

Fokus Studi

Upaya mencapai tujuan PSDAPT memerlukan kebijakan PSDA yang terintegrasi di perkotaan, namun kendala terbesarnya adalah “koordinasi”, yang sebenarnya menjadi substansi UUSDA No. Model jaringan kebijakan PSDAPT yang dikonsep melalui penelitian ini justru ditujukan untuk menjawab permasalahan koordinasi. UUUSDA itu no.

Kerangka Konsep Penelitian

Ketika data berhasil dikumpulkan, kerangka kerja ini akan membantu peneliti membandingkan temuan mereka dengan konsep, teori, dan penemuan sebelumnya. Jika ditemukan ketidaksesuaian, peneliti mungkin mempertanyakan apakah kerangka yang mereka buat berguna dalam menjelaskan temuannya. Konsep merupakan representasi simbolik atau abstraksi suatu gagasan yang mengacu pada teori tertentu yang relevan.

Kerangka konseptual didefinisikan sebagai “seperangkat konsep yang menjelaskan dan memprediksi peristiwa atau kenyataan dengan memahami fenomena yang diamati. Isi kerangka konseptual meliputi: ruang lingkup pekerjaan yang mendefinisikan fenomena, konteks, konsep, indikator dan karakteristik. Kerangka konseptual berfungsi sebagai alat analisis untuk membedakan ide-ide dalam situasi dan konteks yang berbeda.

Kerangka konseptual juga berperan sebagai “peta konsep” yang menggambarkan hubungan dan interaksi ide-ide utama peneliti dengan implikasi yang berbeda-beda menurut konsep tertentu (Rocco & Plakhotnik, 2009; Imenda, 2014; Astalin, 1994).

Kerangka Teori

Kedudukan teori dalam penelitian kualitatif ibarat pisau analisis yang berfungsi untuk: (i) memprediksi dan mengendalikan tindakan berdasarkan logika ilmu pengetahuan; ii) mempertimbangkan variasi; (iii) menjelaskan bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi dalam konteks hubungan sebab akibat; dan (iv) membangun pengetahuan (perspektif) untuk memperbaiki realitas sosial yang akan dibangun (Imenda, 2014; Rocco & Plakhotnik, 2009; Collins & Stockton, 2018). Konsep dan konstruk merupakan dua istilah yang mempunyai arti yang sama, yaitu suatu abstraksi suatu ide/gagasan yang mengacu pada teori yang relevan dan diterjemahkan ke dalam tataran praktis atau empiris (Trigueros, 2018; Imenda, 2014; Astalin, 1994; Collins & Stockton, 2018). Model adalah abstraksi atau representasi simbolis dari metode atau pendekatan yang digunakan untuk melakukan suatu tindakan.

Model adalah bagian dari suatu teori yang mempunyai atribut dan karakteristik tertentu untuk mengoperasionalkan konsep-konsep teoritis secara konkrit pada tataran praktis. Misalnya, teori pembangunan berkelanjutan dapat menjelaskan mengapa air sebagai sumber daya vital harus dikelola secara holistik dan terpadu. Teori ketergantungan sumber daya atau resource dependency theory dapat menjelaskan mengapa air sebagai sumber daya yang terbatas, rentan terhadap eksploitasi dan menjadi penghidupan banyak orang harus dikelola secara efisien dan Teori Adaptive Co-Management (ACM) menjelaskan mengapa persoalan lingkungan hidup sebagai sumber daya alam harus dikelola secara efisien, serta pendekatan adaptif.

Lebih lanjut teori kebijakan publik menjelaskan proses perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan publik yang berkaitan dengan persoalan pemenuhan kebutuhan publik, misalnya kebutuhan air bersih dan air minum. Pemilihan teori yang digunakan sebagai alat analisis dalam suatu penelitian hendaknya disesuaikan dengan substansi dan hakikat fenomena atau masalah yang diteliti. Teori digunakan untuk mengorganisasikan variabel-variabel atau konstruk yang akan dianalisis dan sekaligus membuat definisi konseptual dari setiap variabel atau konstruk.

Definisi konseptual yang telah dikumpulkan kemudian digunakan untuk mengembangkan definisi operasional yang terdiri dari indikator, parameter dan skala pengukuran atau evaluasi. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 1.2. Hubungan antara Kerangka Konsep dengan Kerangka Teori
Gambar 1.2. Hubungan antara Kerangka Konsep dengan Kerangka Teori

Definisi Konsep dan Definisi Operasional

Tema atau judul penelitian dikembangkan dari hasil identifikasi, analisis dan pemetaan permasalahan pada saat observasi pra penelitian. Peran studi literatur adalah membantu peneliti dalam mengkontekstualisasikan dan mengkodifikasi permasalahan menurut teori yang relevan. Hasil studi literatur digunakan untuk mengembangkan konstruk (variabel) yang kemudian dirumuskan menjadi tema atau judul penelitian.

Dalam penelitian ini, fenomena pencemaran Sub DAS Kaligarang yang berasal dari PerumdaA Tirta Moedal Water Supply milik Pemerintah Kota Semarang merupakan cerminan dari kenyataan belum adanya kebijakan sumber daya air yang berkelanjutan di Kota Semarang. Realitas tersebut kemudian dijabarkan ke dalam empat konstruk (variabel) yang meliputi: jaringan kebijakan, Sumber Daya Air (SDA), Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kemitraan yang terintegrasi dan sekaligus menjadi unit analisis dalam penelitian ini. Selanjutnya konstruk tersebut digunakan untuk mengembangkan tema/judul penelitian dan kemudian menciptakan definisi konseptual dan operasional.

Definisi konsep penelitian terdiri dari definisi setiap konstruk (variabel) yang sesuai dengan teori terkait, sedangkan definisi operasional terdiri dari indikator setiap konstruk (variabel), instrumen. Proses kerjasama antar pihak, berdasarkan kemitraan dalam melakukan tindakan kolektif untuk mengatasi permasalahan bersama dengan berbagi sumber daya, risiko dan manfaat (Greer, 2017).

Tabel 1.1. Definisi Konsep dan Definisi Operasional Penelitian  Konstruk
Tabel 1.1. Definisi Konsep dan Definisi Operasional Penelitian Konstruk

Penelitian Terdahulu

Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENUTUP

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian Jejaring Kebijakan PSDAT
Gambar 1.2. Hubungan antara Kerangka Konsep dengan Kerangka Teori
Gambar 1.3.  Kerangka Teori
Tabel 1.1. Definisi Konsep dan Definisi Operasional Penelitian  Konstruk
+2

Referensi

Dokumen terkait

LPPM Universitas Duta Bangsa Surakarta, Indonesia - September, 2022 86 THE CONTRIBUTION OF THE FURNITURE INDUSTRY IN SUKOHARJO REGENCY AND STEPS TO FACING THE THREAT OF AN ECONOMIC