B
Salah Menulis ?
Dra. Waridah, M. Hum.
 salah tulis = salah ketik
 salah ketik adalah masalah teknis, kesalahan manusiawi
yang bisa dilakukan setiap orang
 Menulis itu butuh ketelitian,
jangan sampai salah huruf,
apalagi salah kata
 Bila kita sampai salah huruf bahkan
salah memilih diksi, bisa-bisa tulisan
kita berakibat salah pemahaman
bahkan fatal bagi pembacanya
misalnya:
penjahat – penjahit
pengecut – pengecat
pencuri – pencari
pemikul – pemukul
Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti, contoh:
cagar dan cakar
/g/ tidak sama dengan /k/
kapan dan kafan
/p/ tidak sama dengan /f/
kesalahan menulis ini karena dilatarbelakangi gejala bahasa:
1. Gejala Analogi
Analogi dalam bahasa artinya suatu bentukan bahasa yang meniru contoh yang sudah ada untuk memperkaya perbendaharaan bahasa, contoh:
dewa – dewi saudara – saudari siswa – siswi pemuda – pemudi
/a/ dan /i/ sebagai pembeda jenis kelamin
dari /a/ dan /i/ tersebut muncul pula penggunaan akhiran (-wan) dan (-wati), seperti:
hartawan, rupawan, bangsawan
dibentuk pula kata-kata baru, yaitu olah ragawan, negarawan, sosiawan untuk jenis kelamin laki-laki dan olahragawati, negarawati, sosiawati untuk jenis kelamin perempuan
akhiran –wati dianalogikan kepada nama Dang Merduwati di dalam hikayat Hang Tuah, maka muncullah kata:
Fatmawati Megawati
Susilawati, dll.
tidak berlaku pada kata:
papa – papi mama– mami
polwan – polwati, dll.
ada juga analogi yang salah teladan – tauladan
sentosa – sentausa
kesalahan itu terjadi karena mencontohkan
gejala analogi dari bahasa Arab, yaitu
taubat, taufan, taurat
2. Gejala Kontaminasi
Kontaminasi ialah suatu
gejala bahasa yang dalam
bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancuan. Rancu
artinya kacau, jadi kerancuan
artinya kekacauan
Apanya yang rancu:
1. susunannya
2. perserangkaiannya 3. penggabungannya contoh:
berulang-ulang berasal dari kata berulang-ulang dan berkali-kali
seringkali berasal dari kata sering dan banyak kali, kerap kali, acap kali
kata di belakang kali
seharusnya di belakang tidak perlu menambahkan dengan kata kali
kata jangan bolehkan
seharusnya jangan biarkan atau tidak boleh
kata mengenyampingkan bentuk rancu dari kata menyampingkan dan mengesampingkan
3. Gejala Pleonasme
Gejala pleonasme dalam bahasa berarti pemakaian kata yang berlebih-lebihan yang sebenarnya tidak perlu
suatu ucapan disebut pleonastis Pleonastis dapat terjadi:
1. dibuat dengan tidak sengaja 2. tidak tahu kata itu berlebihan
3. sengaja sebagai salah satu bentuk gaya berbahasa
contoh:
zaman dahulu kala cukup dengan kata zaman dahulu atau dahulu kala
sejak dari kecil cukup dengan sejak kecil atau dari kecil naik ke atas
turun ke bawah maju ke depan
mundur ke belakang
bentuk jamak:
para dosen-dosen semua murid-murid
contoh dari lagunya Inul Daratista
4. Gejala Hiperkorek
kata yang sudah betul dibetulkan menjadi salah
Gejala ini selalu menunjukkan sesuatu yang salah baik ucapan maupun ejaannya (tulisan)
s—sy sakit bukan syakit
kh—h—k khawatir bukan hawatir bukan kuatir p—f parkir bukan farkir
j—z ijazah bukan ijajah
timbulnya gejala hiperkorek:
1. Orang tidak tahu mana bentuk asli yang betul, lalu meniru saja
2. Mungkin ingin gagah, ingin hebat, betul dibetulkan jadi salah
batin menjadi bathin
sayang menjadi sayank
3. Dari segi linguistik huruf f, kh, sy, dan z diadopsi dari bahasa Arab
mana yang benar kata di bawah ini:
silahkan atau silakan antri atau antre
sekedar atau sekadar dimana atau di mana aktifitas atau aktivitas nasehat atau nasihat resiko atau risiko