1
Kegiatan ekonomi secara jelas awalnya selalu membahas persoalan konsumsi, produksi dan pertukaran yang didapat dan dilakukan lewat sumber daya ekonomi.
Baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya modal, semuanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan yang baik dalam Islam itu adalah kehidupan yang berorientasi kepada falah (kebahagian/kemenangan di dunia dan akhirat). Sementara itu, baik sosialis maupun kapitalis mencirikan kehidupan yang baik bagi seorang manusia itu adalah ketersediaan semua aspek materi yang diperlukan dalam menjalankan kehidupannya di dunia.
Penggunaan sumber daya manusia secara penuh dan efisien harus menjadi sasaran tak terpisahkan dari sistem ekonomi Islam, karena hal itu akan membantu merealisasikan bukan saja tujuan kesejahteraan ekonomi berbasis luas, tetapi juga menanamkan dalam diri manusia martabat yang dituntut oleh statusnya sebagai khalifah. Demikian juga pemanfaatan secara efisien dan penuh terhadap sumber- sumber daya alam adalah sasaran yang esensial karena menurut Islam semua sumber daya dibumi dan langit diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia dan perlu dieksploitasi secara memadai, tanpa menimbulkan kemubaziran, agar tujuan mereka tercapai.1
Prinsip yang dianut oleh ekonomi Islam seperti lembaga keuangan syariah dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan
1 Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 3.
(rahmatan lil alamin). Nilai-nilai keadilan tercermin dari penerapan imbalan atas hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara lembaga keuangan syariah dan nasabah. Kemanfaatan tercermin dari kontribusi maksimum lembaga keuangan syariah bagi pengembangan ekonomi nasional disamping aktivitas sosial yang diperankannya.2
Akar dari keuangan Islam (Islamic Finance) adalah Al-Qur’an dan Hadis.
Didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis, maka dalam penerapan sistem keuangan, Islam memiliki komitmen tinggi untuk kegiatan ekonomi yang adil dan harmonis.
Dimana tujuan dari konsumsi tidak hanya semata-mata untuk memenuhi keinginan ataupun kebutuhan dasar saja, tetapi harus juga ditujukan untuk akhirat melalui niat baik agar bernilai ibadah. Dalam Islam manusia adalah Homo Islamicus yaitu ciptaan Allah Swt. yang mana dalam setiap kegiatan muamalah seperti prilaku konsumsinya didasarkan atas prinsip syariah.3
Setiap kehidupan bermasyarakat masing-masing orang memiliki kepentingan terhadap orang lain, sehingga menimbulkan hubungan antara hak dan kewajiban.
Hubungan hak dan kewajiban itu diatur dalam kaidah-kaidah hukum dengan tujuan untuk menghindari terjadinya bentrokan berbagai kepentingan. Kaidah-kaidah yang mengatur hubungan hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat itu disebut dengan muamalah.
Salah satu bentuk muamalah yang terjadi dalam masyarakat adalah jual beli antara manusia disatu pihak sebagai pihak penyedia barang kebutuhan manusia yang disebut sebagai penjual, dan dipihak lain manusia yang membutuhkan barang disebut
2 Sri Sofiana Amni, Ani Faujiah, ‘Manajemen Akad Salam dalam Lembaga Keuangan Syariah’, Ekosiana: Jurnal Ekonomi Syariah, 7. 1 (2020). h. 21.
3 Amri Amir, Ekonomi dan Keuangan Islam (Jambi: Pustaka Muda, 2015), h. 188.
sebagai pembeli. Di dalam transaksi jual beli ada yang dilakukan secara tunai dan ada yang dilakukan secara utang/tangguh.4
Salah satu kegiatan jual beli dalam Islam yang diatur adalah transaksi dengan sistem murabahah. Murabahah dalam istilah ekonomi syariah adalah suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.5
Awalnya jual beli secara murabahah biasa dilakukan secara kontan, dimana serah terima barang dan harga dilakukan pada saat akad. Tetapi seiring berjalanya waktu, ada yang melakukan jual beli murabahah dengan pembayaran tangguh. Dalam hal ini, biasanya pembeli mengiginkan untuk mendapatkan suatu barang akan tetapi tidak memiliki alat tukar yang cukup untuk membeli barang tersebut sehingga dia meminta pihak lain untuk menjual kepadanya secara tangguh.6
Selain konsep murabahah diatas, perlu dipahami pula bahwa konsep jual beli dalam kecamata fikih semata-mata tidak hanya dalam bentuk interaksi dua orang yang membutuhkan, lebih dari itu dalam konsep fikih ada beberapa kaidah yang perlu dipahami dalam melaksanakan transaksi jual beli dalam bentuk apapun. Sebab hal itu menjadi tolak ukur sah tidaknya suatu transaksi jual beli menurut sudut pandang fikih. Dalam kaidah fikih dinyatakan bahwa segala bentuk kemanfaatan menurut
4 Irahusnawati, Srianti Permata, ‘Analisis Ekonomi Islam Sistem Pembayaran Tangguh Pupuk Pertanian dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Petani Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur’, Adz Dzahab: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 3. 2 (2018). h. 83.
5 Razali, ‘Tinjauan Ekonomi Syariah terhadap Jual Beli Murabahah pada Perbankan Syariah (Studi Bank Aceh Sharia Lhokseumawe)’, Jeskape: Jurnal Ekonomi Syariah, 1. 2 (2017). h. 188.
6 Lely Shofa Imama, Jurnal Ilmiah ‘Konsep dan Implementasi Murabahah Pada Produk Pembiayaan Bank Syariah’, Iqtishadia: Konsep dan Implementasi Murabahah, 1. 2 (2014). h. 231.
hukum asalnya adalah diperbolehkan. Oleh karena itu, segala macam bentuk muamalah yang bertujuan maupun mengakibatkan kemanfaatan diperbolehkan, demikian halnya segala segala bentuk muamalah yang menyebabkan atau mengakibatkan keburukan akan dilarang. Kegiatan muamalah harus memberikan keuntungan dan manfaat bersama bagi pihak-pihak yang terlibat.7
Setiap orang memiliki perbedaan daya beli dengan orang lain dalam hal pembelian barang. Orang yang memiliki dana cukup, cenderung membeli barang secara tunai. Sebaliknya mereka yang dananya tidak mencukupi akan lebih memilih melakukan pembelian barang secara hutang.8
Seperti petani yang tiap hari bekerja di sawah yang ada di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur. Dimana dalam memenuhi kebutuhan pertanian, masyarakat seringkali melakukan jual beli pestisida dengan cara pembayaran tertunda/tangguh. Namun dalam pembayaranya ada tambahan harga yang ditetapkan oleh penjual, artinya pembelian pestisida secara tunai dan hutang atau setelah panen ini berbeda.
Contah kasus yang ditemui di Desa Lambara Harapan ini yaitu Jual beli salah satu pestisida bermerek Loyan, penjual membeli dengan harga Rp350.000/botol kemudian menjual dengan harga Rp360.000/botol (tunai) menjadi Rp385.000/botol ketika dilakukan pembelian secara (tangguh/habis panen). artinya lebih tinggi Rp25.000 dari harga tunai. Kemudian pestisida merek Virtako, penjual membeli dengan harga Rp215.000/botol, dijual dengan harga Rp225.000/botol (tunai) menjadi
7 Muhammad Farid, ‘Murabahah dalam Perspektif Fikih Empat Mazhab’, Episteme: Jurnal Ilmiah, 1. 8 (2013). h. 115.
8 Wawan Munandar, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual-Beli Pupuk Pertanian dengan Sistem Pembayaran Tangguh (Studi pada Masyarakat Desa Siandong Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes)”, (Skripsi Sarjana; Jurusan Muamalat: Yogyakarta, 2016). h. 3.
Rp250.000/botol (tangguh/habis panen), artinya lebih tinggi Rp25.000 dari harga tunai. Sama halnya dengan pestisida merek Amistartop, dibeli dengan harga Rp235.000/botol, dijual dengan harga Rp245.000/botol (tunai) menjadi Rp260.000/botol (tangguh/habis panen) lebih tinggi Rp15.000 dari harga tunai. Ada kenaikan di setiap pembelian pestisida dengan pembayaran tangguh atau setelah panen.
Mayoritas petani sawah di Desa Lambara Harapan lebih memilih pembayaran tangguh semacam ini, dibandikan pembayaran tunai yang lebih murah. Ini disebabkan kurangnya modal untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Sehingga petani sawah kesulitan membayar secara tunai dan akhirnya memilih pembayaran tangguh walaupun dengan kenaikan harga sebesar Rp25.000/botol dari harga tunai. Transaksi seperti ini tidak memberikan petani pilihan lain, karena dalam rangka bertahan hidup mereka harus memenuhi kebutuhan pertanian seperti pestisida mereka agar potensi gagal panen dapat diminimalisir.
Praktik jual beli dengan pembayaran secara tangguh seperti ini juga terdapat dalam Islam yang dikenal sebagai akad murabahah dengan tangguhan pembayaran, namun aplikasinya berbeda dengan yang ada di masyarakat Desa Lambara Harapan dimana dalam murabahah tidak ada perbedaan harga antara pembayaran ditangguhkan dan pembayaran tunai. Harga jual barang sama saja walaupun terdapat perbedaan waktu pembayaran.
Hal ini sudah menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun diterapkan pada masyarakat Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur. Bahkan ada istilah
“Habis Panen Bayar Utang”.
Berdasarkan latar belakang inilah, peneliti memandang perlu dilakukan kajian lebih mendalam terkait jual beli tangguhan dengan penambahan harga ini. Dengan judul penelitian “Tangguhan Pembayaran Jual Beli Pestisida pada Petani di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur (Perspektif Akad Murabahah)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik tangguhan pembayaran jual beli pestisida pada petani di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur?
2. Bagaimana kesesuaian akad murabahah dengan tangguhan pembayaran jual beli pestisida pada petani di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana praktek jual beli pestisida dengan sistem pembayaran ditangguhkan pada petani Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur.
2. Untuk mengetahui apakah praktik jual beli pestisida tersebut sejalan dengan konsep murabahah.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan pokok permasalahan dan tujuan penelitian diatas, maka diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu memberikan manfaat dari segi teoritis maupun praktis:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang sistem jual beli tangguhan pembayaran khususnya jenis pestisida, selain itu menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang akad murabahah. Serta penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penulis lainnya dalam melakukan penelitian relevan dengan penelitian secara lebih mendalam.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi peneliti berikutnya yang sejenis dan menjadi referensi bagi petani di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur.