1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tentang Pokok-pokok Perkawinan, tertulis bahwa yang disebut anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau selama ikatan perkawinan yang sah. Bagaimana melindungi hak waris anak yang lahir melalui program bayi tabung dari ayah kandungnya. Menurut KUH Perdata, apa peran notaris dalam menjaminkan harta warisan bagi anak yang lahir melalui program bayi tabung beberapa tahun setelah ayah kandungnya meninggal?
Untuk menganalisis perlindungan hak waris anak yang lahir melalui program bayi tabung dari ayah kandungnya. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam pengamanan bagian warisan bagi anak yang lahir melalui program bayi tabung beberapa tahun setelah ayah kandungnya meninggal dunia menurut KUH Perdata. Hasil penelitian menyatakan bahwa hukum Islam memandang anak yang dilahirkan dari bayi tabung sebagai anak sah apabila benih yang digunakan berasal dari kedua orang tuanya dalam perkawinan yang sah.
Pasal 100 KHI kembali menegaskan bahwa anak yang dilahirkan di luar nikah hanya mempunyai hubungan dengan ibu dan keluarga ibu. Tanpa pencatatan hukum negara, tidak ada anak yang lahir di luar nikah.
Unsur-Unsur Hukum Waris
1 Tahun 1991, hukum waris adalah undang-undang yang mengatur tentang peralihan hak milik atas harta benda yang ditinggalkan oleh ahli waris, kemudian menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa besarnya masing-masing.
Pengertian Anak
Jenis-Jenis Anak a. Anak Sah
Sedangkan Pasal 99 KHI mengatur bahwa anak sah adalah: a) anak yang dilahirkan dalam atau di luar perkawinan yang sah; (b) hasil pembuahan suami isteri di luar kandungan dan dilahirkan oleh isteri. Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa anak sah berdasarkan KHI adalah anak yang dilahirkan oleh ibu yang menikah dan mempunyai hubungan darah dengan bapak dan ibu. Anak yang sah mempunyai kedudukan atau status tertentu dalam keluarganya, maka orang tua wajib memberikan kepada anak upah minimum, pendidikan yang layak, dan mengurus kehidupannya sampai ia dewasa atau mampu menghidupi dirinya sendiri.
Anak haram adalah anak yang lahir dari hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan yang tidak kawin secara sah atau anak hasil perzinahan. Akibat dari zina tidak hanya berdampak pada si pezina, namun juga pada anak yang dilahirkannya. Pasal 43 Undang-Undang Perkawinan menyebutkan, (1) anak di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata hanya dengan ibunya dan keluarga ibunya. 2) Kedudukan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pengertian Bayi Tabung
Proses Teknik Bayi Tabung ditinjau dari Kesehatan
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 127 ayat 1 yang menyatakan bahwa “usaha untuk hamil di luar cara alami hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah menurut peraturan.
Kedudukan Hukum Anak yang dilahirkan Melalui Proses Bayi Tabung a. Kedudukan hukum anak yang dilahirkan lewat proses bayi tabung
Status hukum anak yang lahir melalui proses bayi tabung. sah dalam perkawinan, kemudian embrio tersebut ditanamkan dalam rahim isteri. Anak sah adalah anak yang mempunyai hak dan kewajiban yang tidak berbeda dengan anak yang dilahirkan secara alami. Karena anak itu dilahirkan oleh pasangan suami istri yang sah, maka sel sperma dan sel telurnya adalah milik pasangan suami istri yang sah, dan yang mengandung dan melahirkan adalah istri dari suami tersebut.
Dan pembuahan terjadi di dalam tabung gelas atau cangkir, dan proses selanjutnya tetap berada di dalam rahim wanita.18. Persoalan anak sah diatur dalam Pasal 250 KUH Perdata dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 250 KUH Perdata menyatakan: “Setiap anak yang dilahirkan atau dibesarkan dalam perkawinan mempunyai suami sebagai ayah.”
Lebih lanjut, Pasal 42 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: “anak sah adalah anak yang lahir dalam atau akibat perkawinan yang sah”. Melihat pasal tersebut, dalam menentukan status hukum seorang anak yang dilahirkan melalui teknik bayi tabung dari donor sperma, jelas bahwa anak tersebut dikatakan sebagai anak sah. IVF mungkin diperbolehkan jika sperma dan sel telurnya berasal dari pasangan suami istri yang sah.
Pengertian In Vitro Fertilization (IVF)
Proses Pelaksanaan IVF
4 Motilitas sperma Dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi, 50% dari seluruh spermatozoa hidup mempunyai motilitas progresif yang cepat. Fase pertama, fase persiapan pengambilan telur 48 (Per-Uvu) yang meliputi fase down-regulation dan terapi stimulasi. Pada tahap ini, wanita diberikan obat yang merangsang ovarium, sehingga melepaskan banyak sel telur.
Dokter akan memberikan pengobatan yang berguna dalam menetapkan kadar hormon seksual atau reproduksi yang selaras untuk proses ovulasi sel telur matang pada pasangan suami istri. Obat yang diberikan dokter kepada wanita tersebut dapat berupa obat yang dimakan atau obat suntik yang diberikan setiap hari sejak awal haid dan dihentikan setelah ternyata sel telur sudah matang. Pematangan oosit diamati setiap hari dengan pemeriksaan darah wanita dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Fase ini dapat dilakukan bila pada pagi hari terdapat tiga atau lebih folikel yang memiliki diameter 18 mm dan pertumbuhan folikelnya sama. Dalam pengambilan ini tentunya istri akan dibius total yang tujuannya untuk menciptakan ketenangan bagi istri, sehingga pengambilan sel telur atau sel telur dapat berjalan dengan lancar. Tahap ketiga, setelah berhasil menghasilkan sejumlah sel telur, dokter akan meminta sperma dari pria tersebut, baik yang dikeluarkan melalui masturbasi atau menggunakan prosedur pengambilan khusus oleh dokter di ruang operasi.
Setelah proses pembersihan selesai, sperma berkualitas baik dengan oosit matang dimasukkan ke dalam tabung kaca di laboratorium untuk proses pembuahan. Sebanyak kurang lebih 20.000 sperma pria ditempatkan dalam wadah khusus bersama dengan 1 sel telur wanita matang. Dengan metode ini, para ahli medis berharap proses pembuahan sel telur dengan sperma akan berlangsung dalam waktu 17-20 jam setelah sel telur diambil dari indung telur.
Ovum yang biasanya dapat dibuahi, ditandai dengan dua sel berinti, segera membelah menjadi embrio.
Jenis Metode IVF
Kemudian setelah terjadi pembuahan, pada waktu yang telah ditentukan, sperma kembali dipindahkan dari tuba menuju rahim wanita sebagai pemilik sel telur, sehingga sel sperma yang telah dibuahi dapat menempel pada dinding rahim hingga sel mani berkembang dan memulai kehidupan sebagai janin. Seperti diberitakan di surat kabar internasional dan berbagai media lainnya, jumlah bayi tabung kini semakin meningkat. Pembuahan sel secara eksternal (di dalam tabung) terjadi antara sel sperma yang diambil dari laki-laki dan sel telur yang diambil dari indung telur perempuan lain yang bukan istri sahnya (sekarang disebut donor).
Mereka menggunakan cara kedua ini, ketika indung telur wanita tidak subur (tidak berproduksi), namun rahimnya sehat dan siap untuk pembuahan. Pembuahan sel secara lahiriah (di dalam tabung) terjadi antara sel sperma laki-laki dengan sel telur perempuan yang bukan istri sahnya, kemudian pembuahan terjadi di dalam rahim perempuan lain yang sudah mempunyai suami (ada 2 relawan perempuan). Pembuahan sel secara eksternal (dalam sebuah tabung) antara 2 benih sel laki-laki dan perempuan, setelah itu terjadi proses pembuahan di dalam rahim perempuan lain yang akan hamil.
Cara keempat ini digunakan ketika wanita tersebut tidak dapat hamil karena ada masalah pada rahimnya namun indung telurnya masih sehat dan mampu bereproduksi atau dia tidak mau hamil dan menginginkan wanita lain untuk mengandung. Pelaksanaan cara kelima ini sama dengan cara keempat, bedanya perempuan yang diminta menjadi relawan siap hamil adalah istri kedua dari suami perempuan pemilik sel telur tersebut, sehingga Wanita kedua adalah yang mengalami proses kehamilan dan pembuahan. Cara kelima ini tidak berlaku di negara yang hukumnya melarang poligami dan hanya berlaku di negara yang melegalkan poligami.
IVF dari Sperma Laki-Laki yang Sudah Meninggal
Sumber Bahan Hukum (Legal Sources) 1. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer meliputi peraturan perundang-undangan, beberapa catatan resmi atau serangkaian risalah tentang ketentuan peraturan perundang-undangan dan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Bahan hukum sekunder yang dimaksud adalah bahan hukum yang memberikan gambaran luas mengenai pokok bahasannya dan mengidentifikasi peraturan perundang-undangan (statuta), peraturan (regulation), ketentuan pokok (constitutional condition) dan kasus-kasus penting yang berkaitan dengan topik penelitian, jenis-jenis hukum sekunder. bahan berupa: 27. Tata cara pengumpulan bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan cara menelaah peraturan perundang-undangan, sejumlah dokumen resmi dan beberapa literatur yang berkaitan erat dengan hal tersebut. berhubungan dengan masalah yang sedang diselidiki.
Merujuk pada data tersebut, kemudian dilakukan analisis dan dilakukan perumusan sebagai data pendukung penelitian ini. Bahan hukum diolah secara deduktif yaitu menarik kesimpulan tentang suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan sebenarnya yang dihadapi. Tujuan penelitian metode deskriptif ini adalah menyusun secara sistematis gambaran, gambaran, hubungan antar fenomena yang diteliti.
Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang bergerak sementara ketika ditulis dan untuk menyelidiki sebab-sebab suatu gejala tertentu.29 Selanjutnya analisis dilakukan dengan melakukan pemeriksaan konseptual terhadap suatu pernyataan, sehingga tersedia informasi. Dengan menggunakan metode ini, penulis mencoba menyampaikan apa yang terdapat dalam literatur agar para pembaca dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai status keperdataan hak waris anak yang lahir melalui program bayi tabung yang ayahnya telah meninggal dunia. Metode Ushuliyah Metode Ushuliyah yang dimaksud disini adalah ushul fiqh, yaitu ilmu tentang berbagai kaidah dan pembahasan yang menjadi sarana atau sarana untuk menetapkan hukum syariah. tentang perbuatan atau tingkah laku manusia berdasarkan dalil-dalilnya yang terperinci.31 Dengan kata lain kumpulan kaidah dan pembahasan yang menjadi alat atau sarana untuk berargumentasi tentang hukum syariah mengenai perbuatan.
Pembagian penulisan akan disusun secara sistematis agar pembaca mudah memahami isi tugas ini, yang disusun sebagai berikut. 31 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, diterjemahkan oleh M. Zuhri dan Ahmad Qorib, Dina Utama, Semarang, 1994, hal. 32 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, diterjemahkan oleh M. Zuhri dan Ahmad Qorib, Dina Utama, Semarang, 1994), hal.
PENDAHULUAN
BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP STATUS HAK WARIS ANAK YANG TERLAHIR MELALUI PROGRAM IVF DARI AYAH
BAB III PERAN NOTARIS TERHADAP KEPASTIAN BAGIAN WARISAN UNTUK ANAK YANG TERLAHIR MELALUI PROGRAM IVF
PENUTUP