1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar seperlima dari penduduk dunia terdiri dari remaja berumur 10−19 tahun.
Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data Demografi di Amerika Serikat menunjukan jumlah remaja umur 10−19 tahun sekitar 15% populisi. Asia Pasifik jumlah penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, 1/5 merupakan remaja umur 10−19 tahun. Indonesia menurut biro pusat statistik kelompok umur 10−19 tahun adalah 22% yang terdiri dari 50,9 remaja laki−laki dan 49,1% remaja perempuan.1 Hasil penelitian menunjukan bahwa di Amerika Serikat, dimana anak-anak menjadi dewasa setahun lebih awal daripada anak-anak di negera Eropa.2
Hasil secara nasional berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukan rata-rata usia menarche pada wanita usia 10−59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun dan ada yang lebih lambat sampai 20 tahun.3
Peristiwa menstruasi pertama atau menarche merupakan tanda awal di mulainya sistem reproduksi remaja putri. Menurut manuaba (2015), sebagai puncak kedewasaan, wanita mulai mengalami perdarahan rahim pertama yang disebut menarche sedangkan pada laki-laki terjadi ejakulasi
2
waktu tidur (mimpi basah). Sejak menarche remaja mempunyai kemungkinan menjadi hamil bila berhubungan dengan lawan jenis.4
Usia menarche remaja putri cenderung mengalami pencepatan selama 100 tahun terakhir. Pubertas remaja yang ditandai dengan usia menarche terjadi lebih cepat. Hal ini terjadi karena peningkatan status gizi dan berkurangnya penyakit infeksi.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche antara lain parameter ukuran tubuh, seperti berat badan dan tinggi atau Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT sangat berkorelasi dengan usia menarche. Tingkat lemak subkutan yang lebih tinggi dan IMT pada usia sebelum pubertas 5−9 tahun berhubungan dengan kemungkinan peningkatan awal menarche (<11 tahun). Anak dengan IMT lebih tinggi akan mengalami maturitas lebih cepat dibandingkan dengan anak dengan IMT rendah.6
Faktor konsumsi gizi juga mempengaruhi usia menarche, meningkatkan asupan energi yang dikontrol dengan konsumsi lemak dikaitkan dengan menarche dini. Faktor sosial ekonomi, seperti tempat tinggal perkotaan/pedesaan, ukuran keluarga, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan orang tua juga dapat mempengaruhi pubertas. Anak perempuan dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi mempunyai usia menarche lebih dini daripada anak perempuan dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.7
3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di dapatkan status gizi anak umur 5−12 tahun menurut Indeks massa tubuh/umur (IMT/U) di Indonesia, yaitu prevalensi kurus adalah 11,2%
terdiri dari 4,0% sangat kurus 7,2% kurus. Masalah gemuk pada anak di Indonesia juga masih tinggi dengan prevalensi 18,8% terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. Sedangkan prevalensi pendek
yaitu 30,7% terdiri dari 12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek (Direktorat Jendral Bina Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan
RI, 2011 ).8
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Menyebutkan bahwa sebanyak 16 provinsi dengan prevalansi sangat kurus diatas nasional 5,3%
yaitu Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tengah, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Riau, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur.9
Secara Nasional Masalah gemuk pada anak umur 5−12 tahun masih tinggi yaitu 18,8%, terdiri dari gemuk (Obesitas) 8,8%. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur 8,7%, dan tertinggi di DKI Jakarta 30,1%. Sedangkan menurut data Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) (2013), diketahui bahwa prevalensi obesitas pada kelopok umur 13−15 tahun di Indonesia sebesar 2,5%.10
4
Menurut Aishah dalam penelitiannya menunjukan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarchepada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Shafiyyatul Amaliyah Medan Tahun 2011.11 Dan penelitian yang dilakukan oleh Harpini pada siswi SMP di Depok, menunjukan adanya hubungan antara status gizi dengan status menarche.12 Selanjutnya menurut Santrock, (2007) yang menyebutkan pula bahwa antara status gizi dengan status menarche berkaitan erat. Status gizi yang di nilai dengan indeks massa tubuh mempengaruhi terjadinya menarche. Massa tubuh merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya pubertas, beberapa peneliti bahkan telah menyatakan bahwa berat tubuh sekitar 106 poin kurang atau lebih 3 poin memicu terjadinya menarche. 13
Kajian literature ini dilakukan untuk mempertegas kembali apakah ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja.
Sehingga penulis tertarik untuk melakukan kajian literature mengenai
“Hubungan Status Gizi Dan Usia Menarche Pada Remaja”.
5 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas,terdapat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada “Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Remaja ?”
C. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja.