• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Setiap keluarga mendambakan seorang anak yang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Orangtua berupaya memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Apapun kebutuhan seorang anak akan pertumbuhan dan perkembangan, orangtua berupaya untuk mencukupinya, baik fisik maupun psikologisnya mulai dari sebelum lahir hingga dewasa.

Seorang bayi tidak akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya apabila kebutuhan fisik dan psikologisnya terpenuhi.

Kebutuhan psikologis pada bayi di antaranya adalah ikatan kasih sayang orangtua dengan bayinya, orangtua dapat membuat nyaman pada bayi dan tingkat kenyamanan ini diukur dengan ketidakgelisahan, bayi tidak rewel, dan bayi dapat tidur dengan lelap serta tidak ada gangguan tidur.1

World Health Organization (WHO) memperkirakan 15−20% anak

populasi dunia mengalami keterlambatan perkembangan, termasuk di negara berkembang sebesar 85%, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang, serta keterlambatan bicara.2 Data profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa bayi usia 0−23 bulan dengan kategori sangat kurus persentasenya adalah 3,90%, hal ini terjadi kenaikan dibanding dengan tahun 2016, yaitu 3,68%. Peningkatan gizi dengan kategori

1

(2)

sangat kurus di wilayah Jawa Barat dapat dilihat di tahun 2016 sebesar 2,39% dan tahun 2017 sebesar 2,70%.3

Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa frekuensi pemantauan pertumbuhan anak usia 6−59 bulan dalam enam bulan terakhir pada tahun 2018 terjadi peningkatan dibanding dengan tahun 2013 dibuktikan dengan frekuensi penimbangan >4 kali pada tahun 2013, yaitu sebesar 44,6% dan tahun 2018 sebesar 54,6%. Anak usia 6−59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir meningkat dari 21,1% di tahun 2013 menjadi 40,0% di tahun 2013.

Wilayah Jawa Barat terjadi peningkatan pemantauan pertumbuhan balita dalam enam bulan terakhir di tahun 2018, yaitu sekitar 6%.4

Pertumbuhan dan perkembangan bayi hingga balita di Cirebon di tahun 2016 dan 2017 terjadi peningkatan skrining deteksi tumbuh kembang. Tahun 2016 sebesar 81% balita dan tahun 2017 sebesar 85,28% balita telah dilakukan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK). Hal ini masih kurang dari target yang seharusnya 95% karena terdapat ketidakseimbangan tenaga kesehatan dengan sasaran.

Berdasar atas data yang diperoleh di Puskesmas Sitopeng Kota Cirebon, penjaringan skrining deteksi tumbuh kembang yang dilakukan setiap bulan telah ditemukan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada tahun 2017 sebanyak 9 balita mulai usia 2−50 bulan dengan keadaan gagal tumbuh, belum dapat jalan, gizi buruk, serta curiga tuli. Pada tahun 2018 sebanyak 20 balita mulai usia 4−59 bulan dengan keadaan gizi buruk, stunting, belum dapat jalan, jalan agak tidak stabil, gagal tumbuh, keterlambatan bicara, serta kelainan pada gerakan dan otot.

(3)

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dapat menimbulkan penyimpangan dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti gangguan pada bicara dan bahasa, gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat, gangguan keterlambatan perkembangan motorik baik kasar maupun halus, perawakan pendek atau stunting, gangguan retardasi mental, serta gangguan dalam memusatkan perhatian dan hiperaktivitas. 5

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi perkembangan motorik kasar dan relaksasi adalah faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal mempunyai potensi risiko terbesar terhadap tumbuh kembang anak, terutama faktor stimulasi.6 Perkembangan dapat berlangsung normal, namun belum tentu anak terbebas dari risiko gangguan tumbuh kembang; Oleh karena itu, perlu pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi dapat dilakukan tidak hanya melalui petugas kesehatan, namun orangtua dan masyarakat juga menjadi andil agar pertumbuhan serta perkembangan seperti perkembangan motorik kasar dan relaksasi pada bayi. 5

Dengan peningkatan persentase status gizi dengan kategori sangat kurus maka dapat terjadi penurunan status gizi yang dapat memengaruhi pertumbuhan serta perkembangan bayi dan balita, hal ini juga akan berpengaruh pada tinggi badan balita sehingga dapat menimbulkan balita perawakan pendek atau disebut stunting. Stimulasi diperlukan untuk meningkatkan tumbuh kembang bayi dan balita secara optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial, serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.5

(4)

Perbaikan penyimpangan tumbuh kembang pada bayi dapat dilakukan dengan beberapa upaya, yaitu meningkatkan asupan gizi yang masuk, pola asuh antara orangtua dan bayi, lingkungan sekitar dalam hal ini keluarga yang dekat dengan bayi, serta meningkatkan stimulasi pada bayi sehingga meminimalisir penyimpangan tumbuh kembang pada bayi. Salah satu bentuk stimulasi tumbuh kembang adalah dengan pijat bayi, musik, dan aromaterapi. Hal ini berdasar atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2018 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan menyatakan bahwa bidan berwenang memantau tumbuh kembang bayi melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang.7

Pijat adalah teknik yang menyentuh dan menekan bagian tubuh untuk memengaruhi saraf dan otot agar mengendur sehingga dapat bekerja dengan optimal sesuai dengan fungsinya. Pijat bayi adalah metode perawatan tubuh bayi menjadi stimulus taktil dengan memberikan sentuhan dan tekanan ringan. Dengan sentuhan dan tekanan ringan pada bayi dapat menimbulkan efek yang positif antara lain mengembangkan sistem imun, membantu bayi berlatih relaksasi, membantu mengatasi gangguan tidur, membuat bayi tidur lebih lelap dan lama, serta memperkuat ikatan (bonding) bayi dengan orangtua.8

Stimulus touch (pemijatan) yang dilakukan akan merangsang perkembangan struktur maupun fungsi sel-sel otak. Bayi memiliki tiga kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orangtuanya, yaitu kebutuhan fisik dan biologis yang berguna untuk pertumbuhan otak, sistem sensoris serta motoris, kebutuhan kasih sayang untuk kecerdasan emosi, inter, dan intrapersonal.8 Pijat bayi merupakan upaya menstimulasi tumbuh kembang, namun melalui terapi musik juga dapat

(5)

dilakukan stimulasi tumbuh kembang karena menurut Howard Gardner yang terkenal dengan teori intelegensi majemuk (multiple intellegences) menyatakan bahwa terdapat 9 macam intelegensia yang siap untuk distimulasi, salah satunya adalah perkembangan kecerdasan musikal (nada dan ritme yang berirama).9 Musik dapat dipergunakan sebagai alat mempertajam kecerdasan manusia terutama pada bayi. Kemampuan bayi dalam merespons musik dapat membuat bayi tumbuh dan berkembang dengan baik melalui kebutuhan stimulasi terhadap otak kanan dan kiri. Melodi lagu akan menstimulasi otak kanan bayi, lirik lagu yang didendangkan dapat merangsang otak kiri sehingga perlu keseimbangan stimulasi agar fungsi otak kanan dan kiri dapat berkembang secara optimal.10

Stimulasi tumbuh kembang juga dapat diberikan dengan cara memperkenalkan berbagai jenis aroma kepada bayi. Namun, wewangian yang diberikan jangan terlalu tajam baunya karena indra penciumannya sangat sensitif.

Aromaterapi merupakan terapi alternatif menggunakan minyak esensial wangi yang dirancang untuk memberikan manfaat secara fisik dan mental. Pada bayi, aromaterapi dapat membantu agar bayi lebih tenang, tidur lebih lelap, dan tidak rewel atau gelisah.11

Peningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi diperlukan upaya stimulasi sehingga pertumbuhan dan perkembangan lebih optimal. Salah satu upaya untuk stimulasi tumbuh kembang adalah dengan alat baby massage kit, yaitu alas pijat bayi inovasi yang dilengkapi dengan alat terapi musik dan aromaterapi. Baby massage kit dibuat untuk memudahkan petugas kesehatan maupun ibu dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang dan meminimalisir

(6)

gangguan keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada bayi serta balita sedini-dininya dengan meningkatkan perkembangan motorik kasar, pertumbuhan bayi seperti kenaikan berat dan tinggi badan, serta penggunaan aromaterapi yang dihirup bayi akan dirasakan relaksasi (kenyamanan) sehingga terhindar dari gangguan ketegangan baik otot maupun emosi. Pertumbuhan lebih mengarah pada peningkatan jumlah dan ukuran sel di seluruh tubuh, sedangkan perkembangan lebih ke arah bertambahnya fungsi atau kemampuan sensoris, motorik, kognitif, komunikasi, emosi-sosial, dan kemandirian. 12

Berdasar atas pengamatan terhadap permasalahan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi, tema sentral usulan penelitian ini adalah tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Stimulasi atau rangsangan termasuk ke dalam faktor eksternal, yaitu stimulasi tumbuh kembang bayi yang diberikan melalui upaya pijat bayi, terapi musik dan aromaterapi agar dapat merangsang semua sistem indera pada tubuh bayi sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi lebih optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Agar tidak terjadi gangguan dalam tumbuh kembang bayi maka upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan tumbuh kembang pada bayi salah satunya adalah penggunaan baby massage kit, yaitu alas pijat bayi inovasi yang terdiri atas pijat bayi, terapi musik, dan aromaterapi yang berfungsi meningkatkan perkembangan motorik kasar. Penggunaan aromaterapi pada bayi akan dirasakan relaksasi (kenyamanan) sehingga terhindar dari gangguan ketegangan baik otot maupun emosi.

Dari latar belakang di atas peneliti ingin melakukan penelitian perbedaan penggunaan baby massage kit dan pijat konvensional terhadap perkembangan motorik kasar dan relaksasi bayi usia 6−12 bulan di wilayah Puskesmas Sitopeng Kota Cirebon.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar atas latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian adalah:

1. apakah terdapat perbedaan penggunaan baby massage kit dan pijat konvensional terhadap perkembangan motorik kasar bayi usia 6−12 bulan?;

2. apakah terdapat perbedaan penggunaan baby massage kit dan pijat konvensional terhadap relaksasi bayi usia 6−12 bulan?.

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

1. mengetahui perbedaan penggunaan baby massage kit dan pijat konvensional terhadap perkembangan motorik kasar bayi usia 6−12 bulan;

2. mengetahui perbedaan penggunaan baby massage kit dan pijat konvensional terhadap relaksasi bayi usia 6−12 bulan.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

Kegunaan teoretis pada penelitian ini adalah untuk mengembangkan keilmuan mengenai upaya menstimulasi tumbuh kembang bayi agar tidak terjadi gangguan keterlambatan tumbuh kembang.

(8)

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis pada penelitian ini adalah:

1. menjadikan salah satu alat yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan maupun ibu untuk menstimulasi tumbuh kembang pada bayi;

2. memberikan kemudahan bagi petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan kunjungan rumah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam rangka upaya stimulasi, deteksi, dan intervensi tumbuh kembang pada bayi;

3. memberikan buku panduan penggunaan baby massage kit bagi tenaga kesehatan untuk pijat bayi.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat pentingnya keterampilan sosial dalam masa tumbuh kembang anak, maka pada penelitian kali ini, akan berfokus pada penggunaan reinforcement untuk meningkatkan

Pada klien 2 diperoleh diagnose gangguan tumbuh kembang anak sudah dapat memakai baju dengan benar, mengenal 5 huruf dan 10 angka, keluarga akan memantau tumbuh kembang anak dan defisit