BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persalinan dan nifas merupakan suatu proses yang fisiologis namun dalam perjalanannya dapat berubah menjadi patologis. Keadaan patologis dalam persalinan maupun nifas dapat menyebabkan kematian pada ibu.
Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia pada tahun 2017 mencapai 295.000 jiwa.1
Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, pada tahun 2019 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup.2 Di Provinsi Jawa Barat Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2017 sebanyak 696 orang (76,03 per 100.000 kelahiran hidup).3
Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu adalah infeksi pada masa nifas dimana infeksi tersebut berawal dari ruptur perineum.4 Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan karena infeksi mencapai 20-30%.5 Kasus infeksi ini (25-55%) disebabkan karena infeksi jalan lahir atau ruptur perineum.5 Pada tahun 2015 terdapat 2,7 juta kasus ruptur perineum pada ibu bersalin di seluruh dunia, dimana angka ini diperkirakan akan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050.6 Di Asia ruptur perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian ruptur perineum di dunia terjadi di Asia.6 Di Indonesia luka perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1.951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum 28% karena episiotomi dan 29%
karena robekan spontan.7
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama (primipara) dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (multipara).8 Robekan perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin dan faktor penolong.8 Ruptur perineum ini pada dasarnya
dapat dicegah, namun masih banyak ibu yang mengalami ruptur perineum pada proses persalinan.8
Perlukaan pada jalan lahir merupakan media yang baik untuk berkembangnya kuman. Perlukaan tersebut menyebabkan bakteri pathogen masuk dan dapat menimbulkan infeksi.9 Luka perineum ibu post partum yang tidak terjaga dengan baik sangat rentan terkena penyakit dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka perineum.9 Biasanya penyembuhan luka pada robekan perineum ini akan sembuh bervariasi, ada yang sembuh normal dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya.10 Proses penyembuhan luka perineum yang normal adalah 6 sampai 7 hari post partum.11 Penyembuhan luka jahitan normal akan terjadi pada hari ke-5 hingga hari ke-7 dan bisa juga lebih cepat dalam waktu 5 hari yang ditandai dengan luka kering.12 Dalam proses penyembuhan luka salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka adalah perawatan perineum.7 Akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab menjadi tempat perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.13 Di dunia pada tahun 2016 ada 26% ibu dengan robekan perineum mengalami penyembuhan luka yang lambat lebih dari 7 hari setelah persalinan.14
Perawatan perineum menurut Asuhan Persalinan Normal (APN) salah satunya yaitu dengan mencuci luka perineum dengan air dan sabun 3-4 x sehari.7 Namun, perawatan luka perineum secara khusus perlu dilakukan pada ibu nifas untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan ibu serta untuk mencegah terjadinya infeksi pada perineum.15 Setelah menjaga personal hygiene ibu post partum juga perlu mencari alternatif lain.16
Penatalaksanaan penyembuhan luka perineum dapat diberi terapi secara konvensional ataupun dengan terapi komplementer. Terapi konvensional dapat dilakukan dengan penggunaan obat-obat non steroid anti inflamasi (NSAID) yang umum dipakai untuk mengurangi rasa sakit
dan mempercepat penyembuhan luka episiotomi, walaupun dilaporkan beberapa obat-obat tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti tukak lambung. Betadine (yodium) juga biasa digunakan untuk mencegah infeksi dan membantu penyembuhan luka episiotomi, namun berbagai studi menunjukkan bahwa ia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah mikroorganisme.17 Selain itu, pemberian obat antibiotik dan antiseptik (povidone iodine) untuk perawatan luka perineum juga bisa dilakukan, akan tetapi obat dan bahan ini memiliki efek samping seperti alergi.18 Karena tingginya biaya perawatan kimia dan efek obat yang tidak mencukupi, kecenderungan untuk menggunakan obat tradisional dalam penyembuhan dan pencegahan infeksi telah meningkat.19
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. Menurut WHO (World Health Organization), negara-negara di Afrika, Asia dan Negara Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima.20 Di beberapa negara Asia dan Afrika, hingga 80% dari populasi bergantung pada obat tradisional.21 Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional atau SUSENAS pada tahun 2017 tercatat ada lebih kurang 22,3% orang Indonesia memilih pengobatan dengan tumbuh- tumbuhan atau herbal, seperti tanaman, buah-buahan, umbi dan akar tanaman.22
Ada beberapa tanaman ekstrak herbal yang dapat digunakan untuk perawatan luka perineum diantaranya yaitu lavender, kunyit, kayu manis, minyak zaitun,17 calendula, chamomile, daun sirih, daun binahong, lidah buaya (aloe vera) dan lain-lain. Salah satu obat tradisional yang digunakan untuk proses penyembuhan luka perineum adalah lidah buaya (Aloe Vera). Lidah buaya (Famili Liliaceae) berasal dari kelompok tanaman berbunga monokotil asli Afrika Utara dan merupakan salah satu spesies obat penting yang digunakan untuk mengobati banyak penyakit sejak tahun 1500 SM.23
Menurut penelitian yang dilakukan di Mangalore pada tahun 2017 menunjukkan hasil bahwa gel lidah buaya (aloe vera) efektif dalam
mengurangi nyeri luka episiotomi dibandingkan minyak lavender diantara ibu postnatal.24 Berbagai penelitian melaporkan bahwa lidah buaya (aloe vera) memiliki efek yang berguna pada luka terutama penyembuhan luka kulit.25 Lidah buaya mempunyai 75 senyawa termasuk 20 mineral, 20 asam amino, vitamin dan air. Studi in vitro dan studi yang dilakukan pada organisme hidup telah menunjukkan bahwa lidah buaya (aloe vera) dapat menghambat tromboksan (penghambat penyembuhan luka), meningkatkan proses penyembuhan luka, dan mengurangi peradangan.26 Khasiat penyembuhan terkait dengan senyawa yang disebut glukomanan, yang diperkaya dengan polisakarida seperti mannose. Glukomanan mempengaruhi faktor pertumbuhan fibroblast dan merangsang aktivitas dan proliferasi sel-sel ini dan pada gilirannya meningkatkan produksi dan sekresi kolagen. Lendir lidah buaya (aloe vera) tidak hanya meningkatkan jumlah kolagen di lokasi luka, tetapi juga meningkatkan konekai transversal di antara pita-pita ini daripada menciptakan perubahan dalam struktur kolagen dan sebagai hasilnya mempercepat perbaikan luka.27 Lidah buaya (aloe vera) mengandung anti-inflamasi yang efektif dalam penyembuhan luka23 dan mengandung antraquinone, tannin, polisakarida, flavonoid serta saponin yang bersifat sebagai anti bakteri.28
Lidah buaya (aloe vera) merupakan tumbuhan yang dapat dengan mudah dijumpai karena telah banyak dibudidayakan dan penggunaannya mudah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Iran pada tahun 2013 mengemukakan bahwa salep lidah buaya (aloe vera) sangat meningkatkan kecepatan penyembuhan luka episiotomi sehingga dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan episiotomi.23 Saat ini sudah banyak penelitian tentang keefektifitasan pemberian lidah buaya (aloe vera) terhadap waktu penyembuhan luka perineum, penelitian tersebut telah dilakukan dibeberapa negara yaitu : Indonesia, Iran, Pakistan, India, Turki dan Amerika namun masih terbatas pada pemberian secara topikal dan dalam kegiatan praktek masih belum banyak diterapkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian literature mengenai ”Pengaruh Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Kesembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka memberikan dasar bagi penulis untuk merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh Lidah Buaya (Aloe Vera) terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Lidah Buaya (Aloe Vera) terhadap Kesembuhan Luka Perineum pada ibu nifas
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi waktu penyembuhan luka perineum pada ibu nifas dengan terapi lidah buaya (aloe vera)
b. Mengetahui cara penerapan terapi lidah buaya (aloe vera)
c. Mengetahui kandungan dan peran lidah buaya (aloe vera) dalam proses penyembuhan luka perineum
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan terutama dalam ruang lingkup asuhan kebidanan pada ibu nifas untuk mempercepat proses penyembuhan luka perineum
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Diploma Tiga Kebidanan.
b. Bagi Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan tentang pengaruh pemberian lidah buaya (aloe vera) terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas
c. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif pengobatan luka perineum yang relatif murah dan mudah didapatkan untuk ibu nifas di masa yang akan datang
d. Bagi Institusi
Sebagai tambahan referensi atau pustaka, serta sebagai bahan pertimbangan bagi dosen dan mahasiswa untuk dilakukan pengabdian masyarakat terkait pengaruh pemberianlidah buaya (aloe vera) terhadap kesembuhan luka perineum
e. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dan menambah pengetahuan dalam meneliti pengaruh pemberian lidah buaya (aloe vera) terhadap kesembuhan luka perineum
E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Keilmuan
Fokus penelitian ini dalam ruang lingkup ilmu kebidanan, khususnya pelayanan kebidanan pada ibu nifas
2. Ruang Lingkup Masalah
Permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah ibu nifas yang mengalami luka perineum baik karena episiotomi maupun robekan spontan
3. Ruang Lingkup Waktu
Rangkaian penelitian ini dilaksanakan sesuai jadwal akademik 4. Ruang Lingkup Materi
Materi yang dibahas pada penelitian ini adalah menilai efektifitas pemberian lidah buaya (aloe vera) terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas