Djamarah (2010, p. 399) menyatakan bahwa penggunaan metode Learning Start with a Question adalah suatu cara memberikan rangsangan kepada siswa di kelas untuk kemudian mengajukan pertanyaan terkait materi yang akan diajarkan sebelum guru memberikan penjelasan. . Tujuan dan manfaat di atas menegaskan bahwa model Learning Start with a Question mengarahkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, tidak pasif dengan hanya berperan sebagai pendengar, tetapi aktif sebagai penanya. Penelitian penggunaan model Learning Start with a Question dan metode Information Search pada laporan belajar siswa untuk pembelajaran IPS telah dilakukan oleh Afandi & Nurjanah (2018, hlm. 55).
Hasil tersebut menjelaskan bahwa hasil belajar siswa yang mendapatkan model Learning Start with a Question mencapai nilai yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan Information Research. Afandi & Nurjanah menjelaskan bahwa proses pembelajaran bagi siswa yang mendapatkan model Learning Start with a Question dilakukan secara berkelompok. Dalam penelitian ini terdapat variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi matematis dan efikasi diri serta variabel bebas yaitu model Learning Start with a Question.
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat model Learning Start with Question lebih tinggi dibandingkan siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional. Efikasi diri siswa yang mendapatkan model Learning Start with a Question lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. Terdapat korelasi antara kemampuan komunikasi matematis siswa dengan efikasi diri siswa yang memperoleh model Learning Starts with a Question.
Kelas yang mendapat perlakuan berupa penggunaan model pembelajaran Learning Start with a Question adalah kelas eksperimen, dan kelas yang mendapat perlakuan berupa penggunaan model pembelajaran konvensional adalah kelas kontrol.
Populasi dan Sampel
Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
- Validitas
- Reliabilitas
- Indeks Kesukaran
- Daya Pembeda
- Rekapitulasi Penghitungan
Alat penelitian digunakan peneliti untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan untuk penelitian terhadap hal yang diteliti (Indrawan dan Yaniawati, 2014, hlm. 112). Data diperiksa dan jika instrumen tes valid maka tes dapat digunakan dan jika tidak valid tes diperbaiki atau disusun kembali. Alat evaluasi dalam hal ini adalah alat tes kognitif yang dikatakan valid jika alat tes ini mampu mengevaluasi kekurangan yang dikandungnya (Suherman & Sukjaya, 1990, p. 135).
Mengacu pada hasil perhitungan di atas, ditemukan bahwa butir 1 dan butir 4 memiliki interpretasi yang tinggi, sedangkan butir 2, 3, 5 dan 6 memiliki validitas yang sangat tinggi. Alat yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui keteguhan instrumen tes yang diuji disebut reliabilitas (Suherman &. Merujuk pada hasil di atas, diketahui bahwa soal yang diajukan memiliki nilai kepercayaan 0,894 dengan interpretasi yang tinggi.
Untuk mengetahui indeks kesulitan tiap item dengan tipe deskripsi, dapat menggunakan rumus Lestari. Berdasarkan hasil pada tabel di atas, item 1, item 2, item 3 dan item 4 memiliki interpretasi sedang, sedangkan item 5 dan 6 memiliki interpretasi berat. Peneliti menggunakan daya pembeda dalam proses menghitung instrumen tes untuk menentukan rentang jarak antara siswa yang menjawab salah dengan siswa yang menjawab benar (Yudhanegara & Lestari, 2017, p. 217).
ππ΅ : Nilai rata-rata siswa kelas bawah ππ΄ : Nilai rata-rata siswa kelas atas π·π : Indeks Pembeda Butir. Mengacu pada hasil di atas, item 3, 4, 5 dan 6 memiliki interpretasi yang sangat baik, item 2 memiliki interpretasi yang cukup dan item 1 memiliki interpretasi yang baik. 2 Cukup Sedang Tinggi Sangat Tinggi Digunakan 3 Sangat Baik Rata-rata Tinggi Sangat Tinggi Digunakan 4 Sangat Baik Sedang Tinggi Tinggi Digunakan 5 Sangat Baik Sulit Tinggi Sangat Tinggi Digunakan 6 Sangat Baik Sulit Tinggi Sangat Tinggi Digunakan.
Berdasarkan data dan informasi di atas, semua soal yang diujikan dapat dijadikan sebagai parameter kemampuan komunikasi matematis.
Teknik Analisis Data
- Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
- Statistik Deskriptif
- Uji Normalitas
- Uji Homogenitas Dua Varians
- Uji-T (Uji Kesamaan Dua Rerata)
- Analisis Data Skala Self-Efficacy
- Analisis Korelasi Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self-Efficacy Untuk mengetahui korelasi antara kemampuan komunikasi matematis dan
- Tahap Perencanaan
- Tahap Persiapan
- Tahap Pelaksanaan
- Tahap Akhir
Setelah melakukan uji statistik deskriptif pada data pretest dan untuk mengetahui apakah data pretest berdistribusi normal atau tidak, maka perlu dilakukan analisis uji normalitas data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika diketahui data pretest berdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji Levene agar dapat diketahui homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol. H0 diterima dan variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan homogen jika nilai signifikansinya lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.
Ha diterima dan variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan tidak homogen jika nilai signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Jika diketahui variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen dan berdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji t melalui uji dua sisi dengan menggunakan independent sample test. Ha : Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda atau tidak sama.
Jika data postes diketahui berdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji Levene agar dapat diketahui homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ha diterima dan varians pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan tidak homogen jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. H0 diterima dan variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan homogen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Jika diketahui varians pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen dan berdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji t melalui uji satu sisi dengan menggunakan independent sample test.
Setelah melakukan uji statistik deskriptif pada data n-gain dan untuk mengetahui apakah data n-gain berdistribusi normal atau tidak, maka perlu dilakukan analisis uji normalitas data n-gain untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. . H0 : Data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal Ha : Data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi tidak normal. Jika data n-gain diketahui berdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Setelah dilakukan uji statistik deskriptif terhadap data kuesioner dan diketahui normalitasnya, maka perlu dilakukan analisis uji normalitas terhadap data kuesioner untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika diketahui data kuesioner berdistribusi normal maka perlu dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol. H0 diterima dan Ha ditolak, variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan homogen jika nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.
Ha diterima dan H0 ditolak, variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan tidak homogen jika nilai signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Jika variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui homogen dan berdistribusi normal, sebaiknya dilakukan uji t dua sisi dengan menggunakan independent sample test.